JEMBER, RADARJEMBER.ID – Efektivitas sistem belajar mengajar secara daring bisa dikatakan tak mampu mencakup seluruh kalangan guru dan siswa. Guru tidak bisa maksimal dalam mengajar. Pun demikian dengan siswa. Mereka tidak maksimal menerima apa yang diajarkan gurunya. Nah, di SDN 4 Badean, Desa Bangsalsari, banyak siswa yang memilih melakukan belajar kelompok alih-alih menjadikan daring sebagai sistem belajar utama mereka.
Tidak efektifnya belajar daring terjadi karena sejumlah faktor. Pertama, waktu yang digunakan tergolong singkat. Selain itu, tidak semua orang tua siswa memiliki gawai (gadget). Ketiga, tidak semua desa di Jember memiliki sinyal jaringan internet secara baik. Apalagi, masih terdapat puluhan lokasi blank spot alias tak terkena sinyal internet.
Guna mengatasi hal semacam itu, SDN 4 Desa Badean yang lokasinya berada di ketinggian harus menemukan solusi yang efektif. Yaitu dengan menerapkan belajar kelompok. Sejumlah siswa berkumpul dan guru datang ke kelompok-kelompok yang telah dibuat. “Ini kami lakukan karena belajar jarak jauh tidak efektif. Sinyal sering hilang, dan tidak semua punya HP. Kalau kami memaksakan daring, maka tidak semua siswa bisa belajar,” kata Ahmad Fauzan, guru Pendidikan Agama SDN 4 Badean.
Sistem daring, kata dia, sempat dicoba di kawasan yang letaknya 22 kilometer dari jantung Kota Jember tersebut. Hasilnya, hanya beberapa siswa yang sinyal internetnya nyantol ke ponsel mereka. Sementara, saat digunakan, banyak kata dan kalimat yang diucapkan menjadi hilang. Contohnya, “ayah pergi ke pasar”. Sementara yang didengar siswa menjadi “ayah pergi”.
Akibat sistem daring tak bisa dijalankan secara efektif, maka sekolah membuat terobosan demi jalannya sistem belajar mengajar. Jadi, mau tidak mau mereka harus bertatap muka langsung, tetapi tidak melibatkan semua siswa secara bersamaan alias digilir.
Sela Angraeni, seorang siswa SD setempat, mengaku dirinya sudah kangen ingin masuk sekolah seperti hari-hari biasanya. Akan tetapi, karena masih belum diperbolehkan, mereka pun kerap melakukan belajar kelompok. “Sebenarnya ingin masuk sekolah, tetapi belum bisa. Jadi sering belajar kelompok,” ulasnya.