29.7 C
Jember
Thursday, 23 March 2023

Kakek Kasiman Hampir Setengah Abad Tekuni Servis Kamera

Mobile_AP_Rectangle 1

SOLO,RADARJEMBER.ID-Usia Kasiman telah menginjak kepala tujuh, namun pria lanjut usia tersebut masih jeli memperbaiki detail kerusakan kamera. Terlebih lagi, pria asal Wonogiri itu belajar reparasi secara otodidak.

Tidak itu saja, rahasia dia bisa bertahan menjalani usaha karena selalu mengikuti perkembangan teknologi kamera.Puluhan kamera lawas berjejer rapi di tembok toko Aneka. Toko milik Kasiman di gang Citarum No. 17B, Joyosuran, Surakarta.

“Itu kamera dari dulu. Dulu sempat jual beli kamera, selain servis.”jelas pria kelahiran 1952 itu.Sudah sekitar lima tahun terakhir, jual-beli kamera berhenti. Padahal saat usaha baru dibuka, toko milik Kasiman terlihat ramai didatangi orang dari berbagai kota.

Mobile_AP_Rectangle 2

 Itu terjadi sekira 1979-1980. Kala itu toko Kasiman masih berada di daerah Kemlayan.“Sekarang sulit untuk jual-beli. Trennya Android.”kata Kasiman ketika ditemui Jawa Pos Radar Solo di rumah sekaligus toko.

Kini, Kasiman hanya menerima reparasi kamera. Mulai analog hingga digital, dia mampu mengatasi berbagai problem kamera.Meski terpaksa harus menggunakan kacamata dan kaca pembesar. Mengingat, penglihatan Kakek Kasiman tak seperti saat muda.

“Dulu dua jam bisa selesai. Saat ini penglihatan sudah berkurang, jadi kadang bisa dua sampai tiga hari,” imbuh Kasiman.Untuk umur 70 tahunan, matanya termasuk masih jeli. Bagaimana tidak, memperbaiki kamera sudah jadi makanan sehari-hari.

Lebih mengejutkan, Kasiman belajar memperbaiki kamera secara mandiri alias otodidak.“Dari awal itu saya elektronik. Zaman dulu itu TV, radio, dan lainnya. Tapi kok radio ongkosnya kecil. Cuma 2.000 rupiah, padahal sulit banget nangkap sinyalnya. Tidak seperti TV.”tegas pria itu.

Di suatu hari ketika kamera miliknya rusak, Kasiman baru tahu kalau ongkos perbaikan kamera lumayan. Sekira Rp 7.500, berbanding jauh dengan elektronik lain. Mulai dari situ, dia belajar mengutak-utik kamera sendiri. Kemudian membuka toko.

“Kebetulan saya tahu elektronik. Sebetulnya sama saja tekniknya, tapi tetap ada bedanya. Saya dulu pakai alat tradisional. Seperti tang kecil, solder, dan lain-lain.”imbuh Kasiman.Tahun demi tahun berlalu, zaman semakin berkembang.

Datanglah era kamera digital. Kala itu, Kasiman sempat kebingungan, harus kerja apa jika digital masuk. Hebatnya, dia berusaha survive. Mencoba belajar lagi tentang kamera digital.“Otodidak juga untuk digital. Sedikit demi sedikit membetulkan kamera itu.”ucap Kasiman.

Tapi analog dan digital itu berbeda. Analog lebih ke mesin, sedangkan digital itu elektronik mikro. Artinya, lebih kecil lagi bagiannya. Kemajuan membuat rangkaian makin rumit. Inilah tantangan baginya.

Harus serba hati-hati, kalau tidak bisa korslet. Sehingga bagian lain ikut rusak.“Fatalnya di situ. Kebetulan saya tahu. Pernah kesetrum. Setrumnya tinggi lagi. Kalau tidak terbiasa ya bisa terkejut hingga trauma.”pungkas Kasiman.(*)

Editor:Winardyasto HariKirono

Foto;Arief Budiman/Jawa Pos Radar Solo

Sumber Berita:Jawa Pos Radar Solo

- Advertisement -

SOLO,RADARJEMBER.ID-Usia Kasiman telah menginjak kepala tujuh, namun pria lanjut usia tersebut masih jeli memperbaiki detail kerusakan kamera. Terlebih lagi, pria asal Wonogiri itu belajar reparasi secara otodidak.

Tidak itu saja, rahasia dia bisa bertahan menjalani usaha karena selalu mengikuti perkembangan teknologi kamera.Puluhan kamera lawas berjejer rapi di tembok toko Aneka. Toko milik Kasiman di gang Citarum No. 17B, Joyosuran, Surakarta.

“Itu kamera dari dulu. Dulu sempat jual beli kamera, selain servis.”jelas pria kelahiran 1952 itu.Sudah sekitar lima tahun terakhir, jual-beli kamera berhenti. Padahal saat usaha baru dibuka, toko milik Kasiman terlihat ramai didatangi orang dari berbagai kota.

 Itu terjadi sekira 1979-1980. Kala itu toko Kasiman masih berada di daerah Kemlayan.“Sekarang sulit untuk jual-beli. Trennya Android.”kata Kasiman ketika ditemui Jawa Pos Radar Solo di rumah sekaligus toko.

Kini, Kasiman hanya menerima reparasi kamera. Mulai analog hingga digital, dia mampu mengatasi berbagai problem kamera.Meski terpaksa harus menggunakan kacamata dan kaca pembesar. Mengingat, penglihatan Kakek Kasiman tak seperti saat muda.

“Dulu dua jam bisa selesai. Saat ini penglihatan sudah berkurang, jadi kadang bisa dua sampai tiga hari,” imbuh Kasiman.Untuk umur 70 tahunan, matanya termasuk masih jeli. Bagaimana tidak, memperbaiki kamera sudah jadi makanan sehari-hari.

Lebih mengejutkan, Kasiman belajar memperbaiki kamera secara mandiri alias otodidak.“Dari awal itu saya elektronik. Zaman dulu itu TV, radio, dan lainnya. Tapi kok radio ongkosnya kecil. Cuma 2.000 rupiah, padahal sulit banget nangkap sinyalnya. Tidak seperti TV.”tegas pria itu.

Di suatu hari ketika kamera miliknya rusak, Kasiman baru tahu kalau ongkos perbaikan kamera lumayan. Sekira Rp 7.500, berbanding jauh dengan elektronik lain. Mulai dari situ, dia belajar mengutak-utik kamera sendiri. Kemudian membuka toko.

“Kebetulan saya tahu elektronik. Sebetulnya sama saja tekniknya, tapi tetap ada bedanya. Saya dulu pakai alat tradisional. Seperti tang kecil, solder, dan lain-lain.”imbuh Kasiman.Tahun demi tahun berlalu, zaman semakin berkembang.

Datanglah era kamera digital. Kala itu, Kasiman sempat kebingungan, harus kerja apa jika digital masuk. Hebatnya, dia berusaha survive. Mencoba belajar lagi tentang kamera digital.“Otodidak juga untuk digital. Sedikit demi sedikit membetulkan kamera itu.”ucap Kasiman.

Tapi analog dan digital itu berbeda. Analog lebih ke mesin, sedangkan digital itu elektronik mikro. Artinya, lebih kecil lagi bagiannya. Kemajuan membuat rangkaian makin rumit. Inilah tantangan baginya.

Harus serba hati-hati, kalau tidak bisa korslet. Sehingga bagian lain ikut rusak.“Fatalnya di situ. Kebetulan saya tahu. Pernah kesetrum. Setrumnya tinggi lagi. Kalau tidak terbiasa ya bisa terkejut hingga trauma.”pungkas Kasiman.(*)

Editor:Winardyasto HariKirono

Foto;Arief Budiman/Jawa Pos Radar Solo

Sumber Berita:Jawa Pos Radar Solo

SOLO,RADARJEMBER.ID-Usia Kasiman telah menginjak kepala tujuh, namun pria lanjut usia tersebut masih jeli memperbaiki detail kerusakan kamera. Terlebih lagi, pria asal Wonogiri itu belajar reparasi secara otodidak.

Tidak itu saja, rahasia dia bisa bertahan menjalani usaha karena selalu mengikuti perkembangan teknologi kamera.Puluhan kamera lawas berjejer rapi di tembok toko Aneka. Toko milik Kasiman di gang Citarum No. 17B, Joyosuran, Surakarta.

“Itu kamera dari dulu. Dulu sempat jual beli kamera, selain servis.”jelas pria kelahiran 1952 itu.Sudah sekitar lima tahun terakhir, jual-beli kamera berhenti. Padahal saat usaha baru dibuka, toko milik Kasiman terlihat ramai didatangi orang dari berbagai kota.

 Itu terjadi sekira 1979-1980. Kala itu toko Kasiman masih berada di daerah Kemlayan.“Sekarang sulit untuk jual-beli. Trennya Android.”kata Kasiman ketika ditemui Jawa Pos Radar Solo di rumah sekaligus toko.

Kini, Kasiman hanya menerima reparasi kamera. Mulai analog hingga digital, dia mampu mengatasi berbagai problem kamera.Meski terpaksa harus menggunakan kacamata dan kaca pembesar. Mengingat, penglihatan Kakek Kasiman tak seperti saat muda.

“Dulu dua jam bisa selesai. Saat ini penglihatan sudah berkurang, jadi kadang bisa dua sampai tiga hari,” imbuh Kasiman.Untuk umur 70 tahunan, matanya termasuk masih jeli. Bagaimana tidak, memperbaiki kamera sudah jadi makanan sehari-hari.

Lebih mengejutkan, Kasiman belajar memperbaiki kamera secara mandiri alias otodidak.“Dari awal itu saya elektronik. Zaman dulu itu TV, radio, dan lainnya. Tapi kok radio ongkosnya kecil. Cuma 2.000 rupiah, padahal sulit banget nangkap sinyalnya. Tidak seperti TV.”tegas pria itu.

Di suatu hari ketika kamera miliknya rusak, Kasiman baru tahu kalau ongkos perbaikan kamera lumayan. Sekira Rp 7.500, berbanding jauh dengan elektronik lain. Mulai dari situ, dia belajar mengutak-utik kamera sendiri. Kemudian membuka toko.

“Kebetulan saya tahu elektronik. Sebetulnya sama saja tekniknya, tapi tetap ada bedanya. Saya dulu pakai alat tradisional. Seperti tang kecil, solder, dan lain-lain.”imbuh Kasiman.Tahun demi tahun berlalu, zaman semakin berkembang.

Datanglah era kamera digital. Kala itu, Kasiman sempat kebingungan, harus kerja apa jika digital masuk. Hebatnya, dia berusaha survive. Mencoba belajar lagi tentang kamera digital.“Otodidak juga untuk digital. Sedikit demi sedikit membetulkan kamera itu.”ucap Kasiman.

Tapi analog dan digital itu berbeda. Analog lebih ke mesin, sedangkan digital itu elektronik mikro. Artinya, lebih kecil lagi bagiannya. Kemajuan membuat rangkaian makin rumit. Inilah tantangan baginya.

Harus serba hati-hati, kalau tidak bisa korslet. Sehingga bagian lain ikut rusak.“Fatalnya di situ. Kebetulan saya tahu. Pernah kesetrum. Setrumnya tinggi lagi. Kalau tidak terbiasa ya bisa terkejut hingga trauma.”pungkas Kasiman.(*)

Editor:Winardyasto HariKirono

Foto;Arief Budiman/Jawa Pos Radar Solo

Sumber Berita:Jawa Pos Radar Solo

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca