24.9 C
Jember
Saturday, 25 March 2023

Delapan Suspek, Dua Positif Leptospirosis di Lumajang

Temuan Kasus di Kunir dan Jatiroto

Mobile_AP_Rectangle 1

ROGOTRUNAN, Radar Semeru – Wabah leptospirosis atau penyakit yang disebabkan oleh kencing tikus sudah terdeteksi di sejumlah daerah di Jawa Timur. Bahkan, hal ini menjadi atensi Gubernur Jawa Timur Khofifah Indarparawansa. Termasuk temuan kasus di Lumajang.

Berdasar data Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Bencana (Dinkes P2KB) Lumajang, sejak Januari hingga awal Maret tahun ini, ada delapan warga yang terdeteksi atau terindikasi suspek leptospirosis. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, dua orang yang dinyatakan positif.

Sub Koordinator Sub Substansi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Dinkes P2KB Lumajang Askap Hariyanto menerangkan, dua orang yang terpapar itu berasal dari dua kecamatan berbeda. Yakni di Kecamatan Kunir dan Jatiroto. “Keduanya sempat menjalani perawatan di rumah sakit,” terangnya.

Mobile_AP_Rectangle 2

Askap mengatakan, setelah mendapatkan perawatan, kedua warga itu sudah sembuh dan sehat. Keduanya dinyatakan positif leptospirosis setelah memeriksakan diri di rumah sakit. Yakni pada tanggal 10 Januari dan 28 Februari, lalu.

Dia menjelaskan, penyakit leptospirosis disebabkan oleh bakteri leptospira. Penyakit tersebut menyebar melalui urin dari hewan yang terinfeksi bakteri leptospira seperti tikus. Setelah terinfeksi, virus itu mengontaminasi lingkungan. Terutama di lingkungan yang terdapat genangan air dan kontak dengan kulit yang luka.

Oleh sebab itu, penyebaran virus dari tikus ke manusia cukup cepat. Masa inkubasi dalam tubuh bisa sampai dua pekan. “Penyakit ini bisa terdeteksi dari gejala-gejala yang dirasakan. Seperti demam, suhu badan panas tinggi, tubuh lemah, sakit kepala hingga mata memerah. Lebih spesifik ada nyeri di otot betis. Ini yang paling jelas membedakan dengan gejala penyakit lainnya,” jelasnya.

Askap mengimbau agar masyarakat lebih peka terhadap kesehatan dan kebersihan lingkungan. Terutama menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Sebab, cara itu bisa menjadi pencegah agar terhindar dari penyakit leptospirosis.

“Selalu waspada. Tempat makanan dan minuman harus ditutup. Apalagi di musim penghujan. Kalau misalkan harus beraktivitas di genangan air, lebih baik mengenakan sepatu boots. Kalau dirasa ada gejala, segera periksa ke dokter atau faskes,” pungkasnya.(kin/fid)

- Advertisement -

ROGOTRUNAN, Radar Semeru – Wabah leptospirosis atau penyakit yang disebabkan oleh kencing tikus sudah terdeteksi di sejumlah daerah di Jawa Timur. Bahkan, hal ini menjadi atensi Gubernur Jawa Timur Khofifah Indarparawansa. Termasuk temuan kasus di Lumajang.

Berdasar data Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Bencana (Dinkes P2KB) Lumajang, sejak Januari hingga awal Maret tahun ini, ada delapan warga yang terdeteksi atau terindikasi suspek leptospirosis. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, dua orang yang dinyatakan positif.

Sub Koordinator Sub Substansi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Dinkes P2KB Lumajang Askap Hariyanto menerangkan, dua orang yang terpapar itu berasal dari dua kecamatan berbeda. Yakni di Kecamatan Kunir dan Jatiroto. “Keduanya sempat menjalani perawatan di rumah sakit,” terangnya.

Askap mengatakan, setelah mendapatkan perawatan, kedua warga itu sudah sembuh dan sehat. Keduanya dinyatakan positif leptospirosis setelah memeriksakan diri di rumah sakit. Yakni pada tanggal 10 Januari dan 28 Februari, lalu.

Dia menjelaskan, penyakit leptospirosis disebabkan oleh bakteri leptospira. Penyakit tersebut menyebar melalui urin dari hewan yang terinfeksi bakteri leptospira seperti tikus. Setelah terinfeksi, virus itu mengontaminasi lingkungan. Terutama di lingkungan yang terdapat genangan air dan kontak dengan kulit yang luka.

Oleh sebab itu, penyebaran virus dari tikus ke manusia cukup cepat. Masa inkubasi dalam tubuh bisa sampai dua pekan. “Penyakit ini bisa terdeteksi dari gejala-gejala yang dirasakan. Seperti demam, suhu badan panas tinggi, tubuh lemah, sakit kepala hingga mata memerah. Lebih spesifik ada nyeri di otot betis. Ini yang paling jelas membedakan dengan gejala penyakit lainnya,” jelasnya.

Askap mengimbau agar masyarakat lebih peka terhadap kesehatan dan kebersihan lingkungan. Terutama menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Sebab, cara itu bisa menjadi pencegah agar terhindar dari penyakit leptospirosis.

“Selalu waspada. Tempat makanan dan minuman harus ditutup. Apalagi di musim penghujan. Kalau misalkan harus beraktivitas di genangan air, lebih baik mengenakan sepatu boots. Kalau dirasa ada gejala, segera periksa ke dokter atau faskes,” pungkasnya.(kin/fid)

ROGOTRUNAN, Radar Semeru – Wabah leptospirosis atau penyakit yang disebabkan oleh kencing tikus sudah terdeteksi di sejumlah daerah di Jawa Timur. Bahkan, hal ini menjadi atensi Gubernur Jawa Timur Khofifah Indarparawansa. Termasuk temuan kasus di Lumajang.

Berdasar data Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Bencana (Dinkes P2KB) Lumajang, sejak Januari hingga awal Maret tahun ini, ada delapan warga yang terdeteksi atau terindikasi suspek leptospirosis. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, dua orang yang dinyatakan positif.

Sub Koordinator Sub Substansi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Dinkes P2KB Lumajang Askap Hariyanto menerangkan, dua orang yang terpapar itu berasal dari dua kecamatan berbeda. Yakni di Kecamatan Kunir dan Jatiroto. “Keduanya sempat menjalani perawatan di rumah sakit,” terangnya.

Askap mengatakan, setelah mendapatkan perawatan, kedua warga itu sudah sembuh dan sehat. Keduanya dinyatakan positif leptospirosis setelah memeriksakan diri di rumah sakit. Yakni pada tanggal 10 Januari dan 28 Februari, lalu.

Dia menjelaskan, penyakit leptospirosis disebabkan oleh bakteri leptospira. Penyakit tersebut menyebar melalui urin dari hewan yang terinfeksi bakteri leptospira seperti tikus. Setelah terinfeksi, virus itu mengontaminasi lingkungan. Terutama di lingkungan yang terdapat genangan air dan kontak dengan kulit yang luka.

Oleh sebab itu, penyebaran virus dari tikus ke manusia cukup cepat. Masa inkubasi dalam tubuh bisa sampai dua pekan. “Penyakit ini bisa terdeteksi dari gejala-gejala yang dirasakan. Seperti demam, suhu badan panas tinggi, tubuh lemah, sakit kepala hingga mata memerah. Lebih spesifik ada nyeri di otot betis. Ini yang paling jelas membedakan dengan gejala penyakit lainnya,” jelasnya.

Askap mengimbau agar masyarakat lebih peka terhadap kesehatan dan kebersihan lingkungan. Terutama menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Sebab, cara itu bisa menjadi pencegah agar terhindar dari penyakit leptospirosis.

“Selalu waspada. Tempat makanan dan minuman harus ditutup. Apalagi di musim penghujan. Kalau misalkan harus beraktivitas di genangan air, lebih baik mengenakan sepatu boots. Kalau dirasa ada gejala, segera periksa ke dokter atau faskes,” pungkasnya.(kin/fid)

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca

/