25.8 C
Jember
Thursday, 1 June 2023

Terbelahnya Sungai Petung, Saksi Dahsyatnya Banjir

Dua Aliran yang Tetap Dibiarkan

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Tidak semua orang mengetahui bagaimana banjir bandang di Desa Badean, Kecamatan Bangsalsari, akhir Januari 2022 lalu. Di lokasi itu, aliran sungai menjadi salah satu saksi bisu akan dahsyatnya bencana yang merusak pekarangan rumah warga, sawah, bahkan rumah beberapa orang.

Sungai Petung di Desa Badean bahkan terbelah menjadi dua aliran. Hal itu disebabkan material batu ukuran kecil hingga yang besarnya lebih dari ukuran kepala manusia menumpuk di tengah sungai. Akibatnya, sungai menggerus sisi kanan dan kiri sungai sehingga alirannya terbelah. Penelusuran Jawa Pos Radar Jember, anak-anak sungai itu bahkan sampai merusak empat rumah milik warga di Dusun Pertelon, Desa Pakis, Kecamatan Panti.

Sisa-sisa banjir seluruhnya memang dievakuasi. Kebanyakan orang bisa jadi hanya fokus akan keberadaan rumah warga yang rusak atau sekadar pada lahan pertanian yang habis diterjang banjir. Akan tetapi, keberadaan sungai yang sampai membentuk dua aliran tentu, mengubah letak geografis sungai sekalipun skalanya tidak terlampau besar. Hal terpenting, untuk mengembalikan dua aliran sungai menjadi satu dibutuhkan dana yang tidak sedikit.

Mobile_AP_Rectangle 2

Nah, pantauan Jawa Pos Radar Jember, proses normalisasi Sungai Petung ini sebelumnya sempat terkendala oleh banjir susulan. Sehingga proses normalisasi yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum dan Sumber Daya Air (DPUSDA) Provinsi Jawa Timur tidak bisa langsung dilakukan. Petugas yang menerjunkan ekskavator atau alat berat ke lokasi juga tidak bisa langsung menormalisasi karena harus mempertimbangkan keselamatan serta cuaca.

Bahkan, normalisasi yang dilakukan sempat berulang kali terjadi. Hal ini sempat muspro hingga dua kali karena aliran sungai yang sudah pernah dikeruk kembali terbelah menjadi dua sungai. Apalagi, sebagian sungai yang sempat dikeruk lagi-lagi tertutup dengan material batu dan pasir. “Saat dilakukan normalisasi sempat terkendala cuaca, tiba-tiba hujan deras dan aliran sungai membesar. Jadi, sekarang dikeruk lagi,” kata Prabowo, staf Dinas PUSDA Jawa Timur.

Berkat kerja keras semua pihak, normalisasi sungai Desa Petung sudah selesai. Aliran sungai yang sempat terbelah menjadi dua terpaksa dibiarkan. Sebab, jika salah satunya ditutup, dikhawatirkan intensitas sungai cukup besar saat hujan terjadi. Alhasil, sungai yang dulunya hanya satu aliran, kini tetap ada dua aliran sungai. “Aliran baru tetap dibiarkan dan tidak ditutup. Kalau aliran baru ditutup, sewaktu waktu terjadi banjir akan tergerus lagi. Bisa bahaya,” ucap Prabowo.

Ahmad Sukur, salah seorang warga, mengharapkan agar pemerintah ikut mengontrol kondisi sungai. Apabila hujan lebat terjadi, setidaknya satu dari dua aliran sungai tidak ada yang tertutup. “Kalau satu aliran sungainya tertutup, khawatirnya air malah naik. Dicek berkala juga lebih baik,” tuturnya, kemarin. (jum/c2/nur).

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Tidak semua orang mengetahui bagaimana banjir bandang di Desa Badean, Kecamatan Bangsalsari, akhir Januari 2022 lalu. Di lokasi itu, aliran sungai menjadi salah satu saksi bisu akan dahsyatnya bencana yang merusak pekarangan rumah warga, sawah, bahkan rumah beberapa orang.

Sungai Petung di Desa Badean bahkan terbelah menjadi dua aliran. Hal itu disebabkan material batu ukuran kecil hingga yang besarnya lebih dari ukuran kepala manusia menumpuk di tengah sungai. Akibatnya, sungai menggerus sisi kanan dan kiri sungai sehingga alirannya terbelah. Penelusuran Jawa Pos Radar Jember, anak-anak sungai itu bahkan sampai merusak empat rumah milik warga di Dusun Pertelon, Desa Pakis, Kecamatan Panti.

Sisa-sisa banjir seluruhnya memang dievakuasi. Kebanyakan orang bisa jadi hanya fokus akan keberadaan rumah warga yang rusak atau sekadar pada lahan pertanian yang habis diterjang banjir. Akan tetapi, keberadaan sungai yang sampai membentuk dua aliran tentu, mengubah letak geografis sungai sekalipun skalanya tidak terlampau besar. Hal terpenting, untuk mengembalikan dua aliran sungai menjadi satu dibutuhkan dana yang tidak sedikit.

Nah, pantauan Jawa Pos Radar Jember, proses normalisasi Sungai Petung ini sebelumnya sempat terkendala oleh banjir susulan. Sehingga proses normalisasi yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum dan Sumber Daya Air (DPUSDA) Provinsi Jawa Timur tidak bisa langsung dilakukan. Petugas yang menerjunkan ekskavator atau alat berat ke lokasi juga tidak bisa langsung menormalisasi karena harus mempertimbangkan keselamatan serta cuaca.

Bahkan, normalisasi yang dilakukan sempat berulang kali terjadi. Hal ini sempat muspro hingga dua kali karena aliran sungai yang sudah pernah dikeruk kembali terbelah menjadi dua sungai. Apalagi, sebagian sungai yang sempat dikeruk lagi-lagi tertutup dengan material batu dan pasir. “Saat dilakukan normalisasi sempat terkendala cuaca, tiba-tiba hujan deras dan aliran sungai membesar. Jadi, sekarang dikeruk lagi,” kata Prabowo, staf Dinas PUSDA Jawa Timur.

Berkat kerja keras semua pihak, normalisasi sungai Desa Petung sudah selesai. Aliran sungai yang sempat terbelah menjadi dua terpaksa dibiarkan. Sebab, jika salah satunya ditutup, dikhawatirkan intensitas sungai cukup besar saat hujan terjadi. Alhasil, sungai yang dulunya hanya satu aliran, kini tetap ada dua aliran sungai. “Aliran baru tetap dibiarkan dan tidak ditutup. Kalau aliran baru ditutup, sewaktu waktu terjadi banjir akan tergerus lagi. Bisa bahaya,” ucap Prabowo.

Ahmad Sukur, salah seorang warga, mengharapkan agar pemerintah ikut mengontrol kondisi sungai. Apabila hujan lebat terjadi, setidaknya satu dari dua aliran sungai tidak ada yang tertutup. “Kalau satu aliran sungainya tertutup, khawatirnya air malah naik. Dicek berkala juga lebih baik,” tuturnya, kemarin. (jum/c2/nur).

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Tidak semua orang mengetahui bagaimana banjir bandang di Desa Badean, Kecamatan Bangsalsari, akhir Januari 2022 lalu. Di lokasi itu, aliran sungai menjadi salah satu saksi bisu akan dahsyatnya bencana yang merusak pekarangan rumah warga, sawah, bahkan rumah beberapa orang.

Sungai Petung di Desa Badean bahkan terbelah menjadi dua aliran. Hal itu disebabkan material batu ukuran kecil hingga yang besarnya lebih dari ukuran kepala manusia menumpuk di tengah sungai. Akibatnya, sungai menggerus sisi kanan dan kiri sungai sehingga alirannya terbelah. Penelusuran Jawa Pos Radar Jember, anak-anak sungai itu bahkan sampai merusak empat rumah milik warga di Dusun Pertelon, Desa Pakis, Kecamatan Panti.

Sisa-sisa banjir seluruhnya memang dievakuasi. Kebanyakan orang bisa jadi hanya fokus akan keberadaan rumah warga yang rusak atau sekadar pada lahan pertanian yang habis diterjang banjir. Akan tetapi, keberadaan sungai yang sampai membentuk dua aliran tentu, mengubah letak geografis sungai sekalipun skalanya tidak terlampau besar. Hal terpenting, untuk mengembalikan dua aliran sungai menjadi satu dibutuhkan dana yang tidak sedikit.

Nah, pantauan Jawa Pos Radar Jember, proses normalisasi Sungai Petung ini sebelumnya sempat terkendala oleh banjir susulan. Sehingga proses normalisasi yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum dan Sumber Daya Air (DPUSDA) Provinsi Jawa Timur tidak bisa langsung dilakukan. Petugas yang menerjunkan ekskavator atau alat berat ke lokasi juga tidak bisa langsung menormalisasi karena harus mempertimbangkan keselamatan serta cuaca.

Bahkan, normalisasi yang dilakukan sempat berulang kali terjadi. Hal ini sempat muspro hingga dua kali karena aliran sungai yang sudah pernah dikeruk kembali terbelah menjadi dua sungai. Apalagi, sebagian sungai yang sempat dikeruk lagi-lagi tertutup dengan material batu dan pasir. “Saat dilakukan normalisasi sempat terkendala cuaca, tiba-tiba hujan deras dan aliran sungai membesar. Jadi, sekarang dikeruk lagi,” kata Prabowo, staf Dinas PUSDA Jawa Timur.

Berkat kerja keras semua pihak, normalisasi sungai Desa Petung sudah selesai. Aliran sungai yang sempat terbelah menjadi dua terpaksa dibiarkan. Sebab, jika salah satunya ditutup, dikhawatirkan intensitas sungai cukup besar saat hujan terjadi. Alhasil, sungai yang dulunya hanya satu aliran, kini tetap ada dua aliran sungai. “Aliran baru tetap dibiarkan dan tidak ditutup. Kalau aliran baru ditutup, sewaktu waktu terjadi banjir akan tergerus lagi. Bisa bahaya,” ucap Prabowo.

Ahmad Sukur, salah seorang warga, mengharapkan agar pemerintah ikut mengontrol kondisi sungai. Apabila hujan lebat terjadi, setidaknya satu dari dua aliran sungai tidak ada yang tertutup. “Kalau satu aliran sungainya tertutup, khawatirnya air malah naik. Dicek berkala juga lebih baik,” tuturnya, kemarin. (jum/c2/nur).

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca