MANGLI, RADARJEMBER.ID – Muhammad Taufiq Hidayatullah, mahasiswa baru Universitas Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember ini tiba-tiba dikenal banyak orang, lantaran videonya yang anti-mainstream. Dengan berbekal skill videografi dan editingnya, video milik Taufiq mendapat respons positif dari banyak orang di media sosial, khususnya di akun TikTok.
“Awalnya sudah malas yang mau bikin. Terus, lihat punya yang lain kok begitu-begitu saja. Akhirnya aku bikin sesuai style videoku. Itu bikinnya tidak sampai sehari. Karena durasinya pendek,” katanya kepada Jawa Pos Radar Jember, beberapa waktu lalu.
Taufiq mengaku, dirinya memang menyukai dunia videografi sejak SD. Namun, saat itu dia sekadar penikmat atau penonton karya saja. Berawal dari kebiasaannya menonton film kartun, iklan-iklan di televisi, dan tayangan video lainnya, Taufiq pun mulai tertarik dan berniat ingin mengetahui cara membuatnya. “Mulai kepo bagaimana cara bikinnya itu mulai SD. Kayak sepatu terbang, kok bisa ada sepatu yang bisa terbang. Caranya bagaimana? Ternyata, ya, diedit,” tuturnya.
Rasa ingin tahu tersebut berlanjut hingga ia lulus dari bangku SMP. Memasuki bangku madrasah aliyah (MA), dia mulai mempelajari dasar-dasar videografi dan mengikuti organisasi intra bidang jurnalistik. Saat itulah, dia merasa mulai menemukan bakat dan kesenangannya.
Tiga tahun mengenyam pendidikan MA, lelaki asal Lumajang ini terus belajar ilmu videografi dari orang-orang atau komunitas yang dia kenali. Untuk mengasah kemampuannya, dia mulai aktif membuat video content di YouTube, Instagram, dan TikTok. Melihat banyaknya tayangan video vulgar dan tak mendidik, baik di televisi maupun media sosial, Taufiq semakin antusias untuk membuat konten mendidik. Itu semua dia lakukan untuk menggalahkan popularitas video yang tak mendidik itu. “Kalau generasi bangsa setiap hari mengonsumsi video begitu, ya, seperti apa nanti jadinya negara ini. Nggak bakal maju,” bebernya.
Hal tersebut juga semakin membuatnya bertekad untuk menjadi seorang filmmaker atau pembuat film. Apalagi, di beberapa literasi yang pernah dia pelajari, industri digital memiliki potensi besar terhadap perkembangan ekonomi negara. Dan content creator bakal semakin gencar di pasar dunia. Dia menginginkan Indonesia juga mampu berkontribusi dalam pasar internasional tersebut.
Berkat kegigihannya, lelaki kelahiran April 2003 ini berhasil masuk pada top nomine 30 besar Madrasah Vlog Competition tingkat nasional pada 2019 lalu. Tak lama setelah itu, dia kembali mewakili sekolahnya menghadiri workshop film pendek di Kinasih Resort, Depok.
Taufiq juga merasa beruntung pada awal 2021 lalu dirinya masuk dalam frame YouTube rewind yang di dalamnya terdapat youtuber legendaris dan andal dari seluruh Indonesia. “Bangga juga bisa masuk di YouTube rewind. Di situ juga ada Agung Habsah, itu salah satu tokoh inspiratif menurutku. Karya-karyanya luar biasa,” ungkapnya, bangga.
Lulus MA, dia mulai mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi dengan jurusan yang berkaitan dengan videografi. Namun, beberapa kali dia mengikuti seleksi, Taufiq selalu gagal. Kini, alumnus MAN 1 Jember tersebut memilih Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) di UIN KHAS Jember yang dia anggap sesuai dengan bidang dan kebutuhannya. “Dulu sempat daftar di ISI (Institut Seni Indonesia, Red), kemudian di TV dan Film Universitas Jember (Unej). Di situ orang tua kurang setuju, mereka ingin aku kuliah di UIN KHAS. Mungkin karena itu juga, aku jadi tidak diterima,” tuturnya.
Keinginan menjadi kreator film juga berasal dari pengalamannya yang pernah dikucilkan oleh temannya. “Itu ada sekelompok temanku, mereka upload foto lagi nonton bareng dan aku nggak diajak. Akhirnya aku mikir, bagaimana caranya nanti aku nggak bersama mereka, tapi di satu sisi ada namaku sebagai pencipta filmnya di sana,” ujarnya.
Reporter : Delfi Nihayah
Fotografer : Taufiq For Radar Jember
Editor : Mahrus Sholih