Mobile_AP_Rectangle 1
JEMBER, RADARJEMBER.ID – Pemerintah telah mengeluarkan aturan yang melarang pengisian bahan bakar menggunakan jeriken di SPBU. Larangan ini ternyata membuat penjual pertalite eceran putar otak untuk tetap berjualan.
Baca Juga :Â Pertalite Langka Belum Dijelaskan Detail
Berdasarkan pantauan Jawa Pos Radar Jember, di beberapa SPBU sudah tidak lagi terlihat pengecer yang membawa jeriken. Niku Haris Oktagiar, pemilik kios bensin di Jalan Sumatra, Sumbersari, mengaku, dirinya tetap menjual pertalite dan membeli di SPBU Jalan Ahmad Yani. Dia membeli dengan memanfaatkan sepeda motor Vixion miliknya untuk menampung bensin. “Saya biasanya beli pakai sepeda Vixion,” kata Niku sambil menunjuk ke arah motornya.
Mobile_AP_Rectangle 2
Biasanya dia akan bolak-balik sampai empat kali untuk mengisi. Ketika sampai di kiosnya, dia akan menampung kembali pertalite dari tangki motornya ke jeriken-jeriken besar. Di lain waktu, Niku juga memakai pikap untuk menampung pertalite.
Niku melakukan hal tersebut hampir setiap hari. Dia mengatakan, sudah dua tahun sejak awal pandemi melanda dan pemerintah melarang pembelian bensin di SPBU memakai jeriken. “Sudah dua tahun, sejak pemerintah melarang tidak boleh beli pakai jeriken,” jelasnya.
Selain itu, ada juga pengecer yang membelinya melalui agen. Karena itu, tidak perlu mengisi di SPBU, hanya tinggal menunggu kiriman dari pedagang lain. Seperti yang dilakukan oleh Anang Prasetyo, pemilik kios bensin di sekitar jalan jurusan Jember–Bondowoso.
Anang mengatakan, dia tidak pernah membeli pertalite atau pertamax untuk jualannya sendiri. “Saya biasanya dikirim sama orang. Tidak pernah beli di SPBU,” ujarnya. (mg8/c2/dwi)
Fotografer : Dokumentasi Radar Jember
- Advertisement -
JEMBER, RADARJEMBER.ID – Pemerintah telah mengeluarkan aturan yang melarang pengisian bahan bakar menggunakan jeriken di SPBU. Larangan ini ternyata membuat penjual pertalite eceran putar otak untuk tetap berjualan.
Baca Juga :Â Pertalite Langka Belum Dijelaskan Detail
Berdasarkan pantauan Jawa Pos Radar Jember, di beberapa SPBU sudah tidak lagi terlihat pengecer yang membawa jeriken. Niku Haris Oktagiar, pemilik kios bensin di Jalan Sumatra, Sumbersari, mengaku, dirinya tetap menjual pertalite dan membeli di SPBU Jalan Ahmad Yani. Dia membeli dengan memanfaatkan sepeda motor Vixion miliknya untuk menampung bensin. “Saya biasanya beli pakai sepeda Vixion,” kata Niku sambil menunjuk ke arah motornya.
Biasanya dia akan bolak-balik sampai empat kali untuk mengisi. Ketika sampai di kiosnya, dia akan menampung kembali pertalite dari tangki motornya ke jeriken-jeriken besar. Di lain waktu, Niku juga memakai pikap untuk menampung pertalite.
Niku melakukan hal tersebut hampir setiap hari. Dia mengatakan, sudah dua tahun sejak awal pandemi melanda dan pemerintah melarang pembelian bensin di SPBU memakai jeriken. “Sudah dua tahun, sejak pemerintah melarang tidak boleh beli pakai jeriken,” jelasnya.
Selain itu, ada juga pengecer yang membelinya melalui agen. Karena itu, tidak perlu mengisi di SPBU, hanya tinggal menunggu kiriman dari pedagang lain. Seperti yang dilakukan oleh Anang Prasetyo, pemilik kios bensin di sekitar jalan jurusan Jember–Bondowoso.
Anang mengatakan, dia tidak pernah membeli pertalite atau pertamax untuk jualannya sendiri. “Saya biasanya dikirim sama orang. Tidak pernah beli di SPBU,” ujarnya. (mg8/c2/dwi)
Fotografer : Dokumentasi Radar Jember
JEMBER, RADARJEMBER.ID – Pemerintah telah mengeluarkan aturan yang melarang pengisian bahan bakar menggunakan jeriken di SPBU. Larangan ini ternyata membuat penjual pertalite eceran putar otak untuk tetap berjualan.
Baca Juga :Â Pertalite Langka Belum Dijelaskan Detail
Berdasarkan pantauan Jawa Pos Radar Jember, di beberapa SPBU sudah tidak lagi terlihat pengecer yang membawa jeriken. Niku Haris Oktagiar, pemilik kios bensin di Jalan Sumatra, Sumbersari, mengaku, dirinya tetap menjual pertalite dan membeli di SPBU Jalan Ahmad Yani. Dia membeli dengan memanfaatkan sepeda motor Vixion miliknya untuk menampung bensin. “Saya biasanya beli pakai sepeda Vixion,” kata Niku sambil menunjuk ke arah motornya.
Biasanya dia akan bolak-balik sampai empat kali untuk mengisi. Ketika sampai di kiosnya, dia akan menampung kembali pertalite dari tangki motornya ke jeriken-jeriken besar. Di lain waktu, Niku juga memakai pikap untuk menampung pertalite.
Niku melakukan hal tersebut hampir setiap hari. Dia mengatakan, sudah dua tahun sejak awal pandemi melanda dan pemerintah melarang pembelian bensin di SPBU memakai jeriken. “Sudah dua tahun, sejak pemerintah melarang tidak boleh beli pakai jeriken,” jelasnya.
Selain itu, ada juga pengecer yang membelinya melalui agen. Karena itu, tidak perlu mengisi di SPBU, hanya tinggal menunggu kiriman dari pedagang lain. Seperti yang dilakukan oleh Anang Prasetyo, pemilik kios bensin di sekitar jalan jurusan Jember–Bondowoso.
Anang mengatakan, dia tidak pernah membeli pertalite atau pertamax untuk jualannya sendiri. “Saya biasanya dikirim sama orang. Tidak pernah beli di SPBU,” ujarnya. (mg8/c2/dwi)
Fotografer : Dokumentasi Radar Jember