JEMBER, RADARJEMBER.ID – Belum adanya kabar atau rencana perbaikan terhadap kondisi lapangan golf Glantangan membuat nasib para pemandu pemain golf atau kedi dan para karyawan di sana terkatung-katung. Padahal pada 2021 kemarin, Pemkab Jember sempat mengalokasikan dana sekitar Rp 5 miliar untuk rencana perbaikan lapangan golf yang memiliki luas total sekitar 50 hektare tersebut.
Karena tak kunjung ada kabar kapan terealisasi, kondisi itu dikeluhkan oleh para kedi dan karyawan di sana dengan melakukan aksi menanam jagung di salah satu holt golf. Ada sekitar 100 orang saat itu. Sambil membawa gajuk dari kayu, mereka mencangkul tanah di lapangan tersebut dan menebar bibit jagung. “Siapa tahu dengan ditanami jagung seperti ini, hasilnya bisa lebih terlihat,” celoteh para peserta aksi saat itu.
Meskipun terkesan sembrono, aksi mereka itu dinilainya sebagai bentuk protes terhadap pihak yayasan, pengelola, dan Pemkab Jember yang tak kunjung ada perbaikan. Padahal mereka menilai, merawat dan memelihara lapangan golf tersebut juga berarti memberdayakan masyarakat sekitar. “Para kedi dan karyawan semuanya rata-rata warga sini,” kata Suyitno, master kedi sekaligus karyawan di home base lapangan golf di sana.
Mereka menilai, sejak beberapa tahun terakhir, kondisi fisik, sarana, dan sejumlah fasilitas di lapangan golf mengalami kerusakan. Bahkan, kondisi bangunan home base pemain golf juga demikian. Pantauan Jawa Pos Radar Jember ke lokasi, kemarin, sejumlah atap pada beberapa ruangan tertentu telah ambruk dan rusak. Lalu, beberapa tiang penyangga di sisi depan dan belakang home base juga telah keropos dan beberapa diakali dengan kayu. “Ini membahayakan kalau ditempati pemain. Terus-terus dibiarkan, semakin lama semakin besar pula kerusakannya,” kata Suyitno.
Minimnya perawatan juga terlihat di sejumlah lapangan golf. Dari total 18 holt di lapangan golf Glantangan, ada beberapa di antaranya yang kondisinya memprihatinkan. Rumputnya tidak lagi standar, banyak rumput liar, hingga sejumlah titik yang justru tandus dan terlihat begitu jelas pasirnya. “Sebenarnya setiap seminggu, minimal dua kali rumput ini disiram. Tapi, pompa airnya sudah lama rusak,” keluh Abdul Hayyi, salah seorang kedi di sana.
Kondisi itu, menurutnya, sudah berlangsung cukup lama. Sebab, hal itu juga membuat para pemain golf enggan untuk berlatih atau sekadar bermain golf di sana. Dalam seminggu, itu pun jika ada pegolf satu atau dua tim. “Hanya pegolf asal Jember dan Lumajang yang sering ke sini, karena kondisinya memang kurang layak. Jadi, kurang begitu menarik bagi pemain dari daerah lain. Hal itu pengaruhnya ke kita (karyawan dan kedi, Red),” akunya.
Sementara, kabar akan adanya bantuan Rp 5 miliar untuk memperbaiki dan perawatan fasilitas golf di sana sempat disambut baik oleh para kedi dan karyawan. Namun, sekian lama menanti kabar, kesabaran mereka sepertinya telah habis dan tumpah ruah melalui aksi tanam jagung di lapangan golf tersebut. “Kami berharapnya perbaikan dan perawatan itu segera dilakukan. Perbaikan itu tidak hanya untuk menarik kembali pemain golf, namun juga mengembalikan nasib mata pencarian warga sini,” harapnya.
Usai melakukan aksinya itu, para kedi dan karyawan kemudian memasang banner yang diletakkan persis di depan pintu masuk home base pemain golf. Banner itu berisikan aspirasi dan tuntutan mereka. Seperti meminta pergantian pengurus golf yang dinilai tidak bertanggung jawab, lalu meminta yayasan diserahkan kepada Pemkab Jember, mendesak manajer Kebun Glantangan agar memperhatikan kesejahteraan dan nasib karyawan sekaligus kedi, dan mengizinkan mereka menanam jagung di lapangan golf. “Jika aspirasi ini tidak disikapi, kami akan mogok kerja dan akan terus menanam jagung saja,” seru para peserta aksi, kemarin.
Jurnalis: Maulana
Fotografer: Maulana
Editor: Nur Hariri