Pantauan Jawa Pos Radar Jember di Jalan Jawa, Kalimantan, dan Karimata, hasilnya juga tak jauh berbeda. Di kawasan ini terdapat tujuh pohon rusak di Jalan Kalimantan, kemudian sembilan pohon di Jalan Jawa, dan tiga pohon di Jalan Karimata. Rata-rata, pohon rusak atau rawan tumbang tersebut karena batang pohon sudah lapuk, kekeringan akibat penyakit, dan keropos akibat bekas pembakaran.
Tak sengaja, Minggu (7/11) kemarin, tampak salah seorang juru parkir di Jalan Karimata tampak sedang sibuk menyapu sampah yang ada di halaman warung makan. Bersama sang pemilik warung, sampah itu bukannya dibuang ke tempat sampah, namun ditumpuk begitu saja, tepat di bawah pohon rindang yang berada di tepi jalan. Ternyata, sampah itu dibakar dan sulutan apinya mengenai sebagian akar, bahkan dahan pohon besar itu.
Tak ada raut wajah bersalah atau khawatir pohon itu akan rusak dan tumbang. Juru parkir itu mengakui, kebiasaan membakar sampah di bawah pohon sudah lama ia lakukan. Kebiasaan tersebut juga tidak hanya dilakukan seorang diri, namun juga sebagian warga atau pemilik toko sekitar jalan tersebut.
Alasannya tidak masuk akal. Kegiatan membakar sampah di bawah pohon itu untuk menjaga kenyamanan pengunjung warung yang berlalu lalang melewati halaman untuk memarkir kendaraannya. “Biar tidak mengganggu pelanggan yang berjalan atau yang mau masuk warung. Kalau di tengah-tengah justru bikin kotor,” ungkapnya.
Kegiatan membakar sampah itu dia lakukan hampir setiap hari, khususnya pada waktu siang hingga sore. Ia tak sadar bahwa tindakannya justru membuat dahan pohon tersebut menjadi keropos, sehingga berpotensi membahayakan dirinya sendiri dan banyak orang saat tiba angin kencang. “Pokoknya kalau sudah kotor, tempat sampah sudah penuh, itu dibakar. Mau dibuang ke mana?” jawab juru parkir yang mengaku bernama Ilyas itu.
Terpisah, hari sebelumnya, Jawa Pos Radar Jember juga sempat mewawancarai warga sekitar tentang kondisi pohon di Jalan Jawa yang juga mengkhawatirkan. Fitria Ningsih, mahasiswa asal Jepara yang mengontrak di daerah bundaran kantor DPRD Jember, mengaku, dirinya tak pernah tenang melintasi jalan daerah kota saat hujan disertai angin.
Bahkan, beberapa kali saat berdiam di depan kontrakan, perempuan 24 tahun ini sering menemui secara langsung adanya dahan yang jatuh berserakan akibat tiupan angin kencang. Namun, peristiwa itu tak sampai mengenai dirinya. “Dulu pernah di daerah kampus, setelah melewati Senyum Media itu ada pohon kering. Waktu itu anginnya lumayan banter. Jadi, aku lihat sendiri itu dahan sama ranting-rantingnya rontok,” katanya.
Memang, belakangan ini ia juga kerap melihat pemotongan dahan atau ranting pepohonan rimbun di wilayah kota oleh petugas berpakaian oranye. Namun, menurut dia, upaya antisipasi tersebut tidaklah cukup. Sebab, bukan hanya pohon rindang yang berpotensi untuk tumbang, namun juga pohon-pohon lapuk atau kering yang tetap dibiarkan berdiri tinggi menjulang.
“Pohon-pohon tua yang kering itu kan juga banyak, harusnya itu juga ditebang. Lagian kan tidak bisa buat berteduh. Tidak bisa buat penghijauan. Mending itu ditanami pohon yang baru,” saran Fitri.
Sementara itu, pohon yang ada di Jalan dr Seobandi, Lingkungan Kreongan, Kelurahan Jember Lor, Kecamatan Patrang, depan Kantor Dinas Pendidikan (Dispendik) Jember, juga rawan roboh. Ini karena pohon berukuran besar itu hanya tinggal kulitnya. Di bagian bawah atau akar ada bekas dibakar, sehingga pohonnya miring ke jalan raya. “Kalau tidak ada tiang telepon dan kabel, mungkin pohon ini sudah roboh,” kata Imam Iriyanto, pegawai Dispendik Jember, warga Jalan Sultan Agung, Kaliwates.
Dia mengungkapkan, dulu pernah ada truk besar yang kecantol pohon bagian atas karena pohon itu sudah miring ke jalan. Seharusnya, dia berkata, pihak terkait langsung memotong pohon yang tinggal menunggu waktu roboh itu. “Ketimbang roboh duluan dan memakan korban,” pungkasnya.
Reporter : Radar Jember
Fotografer : Dokumentasi Radar Jember
Editor : Mahrus Sholih