Mobile_AP_Rectangle 1
Menurutnya, warga yang paling banyak menyeberang di bawah Jembatan Jompo itu adalah ibu-ibu. Orang yang enggan naik ke jembatan itu kebanyakan adalah warga yang pergi dan pulang dari Pasar Tanjung. Ada pula warga yang berbelanja di pertokoan Jalan Samanhudi. “Menyeberang jalan tanpa naik ke atas jembatan itu sangat berbahaya,” timpal Saleh, warga lain.
Pantauan Jawa Pos Radar Jember, warga yang menyeberang tanpa melewati JPO bukan saja mereka yang pergi ke pasar. Sebaliknya, orang yang akan naik angkot juga langsang lewat jalan aspal. Akibatnya, keberadaan JPO itu benar-benar minim fungsi. (jum/c2/nur)
- Advertisement -
Menurutnya, warga yang paling banyak menyeberang di bawah Jembatan Jompo itu adalah ibu-ibu. Orang yang enggan naik ke jembatan itu kebanyakan adalah warga yang pergi dan pulang dari Pasar Tanjung. Ada pula warga yang berbelanja di pertokoan Jalan Samanhudi. “Menyeberang jalan tanpa naik ke atas jembatan itu sangat berbahaya,” timpal Saleh, warga lain.
Pantauan Jawa Pos Radar Jember, warga yang menyeberang tanpa melewati JPO bukan saja mereka yang pergi ke pasar. Sebaliknya, orang yang akan naik angkot juga langsang lewat jalan aspal. Akibatnya, keberadaan JPO itu benar-benar minim fungsi. (jum/c2/nur)
Menurutnya, warga yang paling banyak menyeberang di bawah Jembatan Jompo itu adalah ibu-ibu. Orang yang enggan naik ke jembatan itu kebanyakan adalah warga yang pergi dan pulang dari Pasar Tanjung. Ada pula warga yang berbelanja di pertokoan Jalan Samanhudi. “Menyeberang jalan tanpa naik ke atas jembatan itu sangat berbahaya,” timpal Saleh, warga lain.
Pantauan Jawa Pos Radar Jember, warga yang menyeberang tanpa melewati JPO bukan saja mereka yang pergi ke pasar. Sebaliknya, orang yang akan naik angkot juga langsang lewat jalan aspal. Akibatnya, keberadaan JPO itu benar-benar minim fungsi. (jum/c2/nur)