22.8 C
Jember
Tuesday, 21 March 2023

Tahukah Kamu Usia Mobil Ini Sudah Setengah Abad

Damkar Sudah Tiga Kali Pindah Kantor

Mobile_AP_Rectangle 1

TEGAL GEDE, Radar Jember – Pemadam kebakaran (damkar) bakal menjadi dinas, tidak lagi menjadi bagian dari satpol PP. Hal ini setelah Pemkab dan DPRD Jember menyepakati Peraturan Daerah (Perda) tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah di Kabupaten Jember melalui paripurna di gedung dewan, pekan ini. Sebelum berstatus unit pelaksana teknis (UPT) di bawah institusi penegak perda, damkar sempat bergabung di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

Sebenarnya, damkar sudah berdiri sejak lama. Keberadaan pasukan berseragam biru-biru itu diperkirakan sudah ada lebih dari 50 tahun atau setengah abad lalu. Tugas mereka tidak hanya memadamkan kebakaran, tapi juga upaya penyelamatan. Misalnya mengamankan hewan berbisa yang masuk ke rumah warga, sampai pernah ada kasus menolong warga yang tak bisa melepaskan cincin hingga tangannya membengkak.

Jejak eksistensi damkar tersebut bisa dilihat saat memasuki kantor damkar di Jalan Danau Toba. Persis di halaman depan, sebuah armada damkar lawas dipajang di sana. Kendaraan yang saat ini kondisinya telah berkarat tersebut sengaja dipasang di sekitar pintu masuk kantor untuk menjadi monumen. “Ini mobil paling tua buatan tahun 1960 yang dimiliki oleh Damkar Jember. Tentu mobil ini sudah tidak lagi dioperasikan karena uzur. Namun, tetap dipajang agar bisa dilihat semua orang,” ungkap Sugeng Prayitno, Komandan Pleton Damkar Jember.

Mobile_AP_Rectangle 2

Kepada Jawa Pos Radar Jember, pria yang tinggal di Desa Panduman, Kecamatan Jelbuk, tersebut menceritakan, damkar pertama kali berdiri menempati markas di Jalan Trunojoyo yang kini ditempati oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Pandalungan. Dari Jalan Trunojoyo selanjutnya pindah di belakang Masjid Al-Huda di Jalan Melati. Tak lama kemudian, kembali menempati lokasi baru di Jalan Danau Toba yang menjadi kantor saat ini. “Di Jalan Danau Toba mulai tahun 1983 sampai sekarang. Damkar juga pernah di bawah kendali BPBD dari tahun 2013 sampai 2016,” imbuh Sugeng.

Ketika mendengar kabar dalam waktu dekat ini damkar bakal berubah status menjadi dinas, Sugeng mengaku sangat setuju. Menurut dia, bila hal itu terealisasi, maka akan memudahkan koordinasi di internal damkar.

Hal senada diungkapkan Aris Setiawan, tenaga honorer Damkar Jember. Pria yang telah mengabdi selama tujuh tahun itu mengatakan, bila damkar naik kelas menjadi dinas, maka dia meyakini kepercayaan masyarakat akan meningkat. Dan hal itu harus dibarengi oleh peningkatan pelayanan. Selain itu, nasib tenaga honorer seperti Aris diharapkan juga bisa berganti menjadi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK), sehingga kesejahteraan mereka bisa lebih baik lagi. “Untuk jumlah pasukan damkar saat ini 70 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 48 orang berstatus honorer,” ungkapnya.

Selain berada di mako Jalan Danau Toba, mereka juga tersebar di tiga posko. Rambipuji, Ambulu, dan Kalisat. Penyediaan posko di kawasan Jember selatan dan utara ini untuk memudahkan penanganan kebakaran atau bantuan penyelamatan jika terjadi peristiwa sewaktu-waktu. Setiap posko terdapat 14 sampai 17 personel yang dilengkapi satu unit armada damkar. (sto/c2/rus)

- Advertisement -

TEGAL GEDE, Radar Jember – Pemadam kebakaran (damkar) bakal menjadi dinas, tidak lagi menjadi bagian dari satpol PP. Hal ini setelah Pemkab dan DPRD Jember menyepakati Peraturan Daerah (Perda) tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah di Kabupaten Jember melalui paripurna di gedung dewan, pekan ini. Sebelum berstatus unit pelaksana teknis (UPT) di bawah institusi penegak perda, damkar sempat bergabung di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

Sebenarnya, damkar sudah berdiri sejak lama. Keberadaan pasukan berseragam biru-biru itu diperkirakan sudah ada lebih dari 50 tahun atau setengah abad lalu. Tugas mereka tidak hanya memadamkan kebakaran, tapi juga upaya penyelamatan. Misalnya mengamankan hewan berbisa yang masuk ke rumah warga, sampai pernah ada kasus menolong warga yang tak bisa melepaskan cincin hingga tangannya membengkak.

Jejak eksistensi damkar tersebut bisa dilihat saat memasuki kantor damkar di Jalan Danau Toba. Persis di halaman depan, sebuah armada damkar lawas dipajang di sana. Kendaraan yang saat ini kondisinya telah berkarat tersebut sengaja dipasang di sekitar pintu masuk kantor untuk menjadi monumen. “Ini mobil paling tua buatan tahun 1960 yang dimiliki oleh Damkar Jember. Tentu mobil ini sudah tidak lagi dioperasikan karena uzur. Namun, tetap dipajang agar bisa dilihat semua orang,” ungkap Sugeng Prayitno, Komandan Pleton Damkar Jember.

Kepada Jawa Pos Radar Jember, pria yang tinggal di Desa Panduman, Kecamatan Jelbuk, tersebut menceritakan, damkar pertama kali berdiri menempati markas di Jalan Trunojoyo yang kini ditempati oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Pandalungan. Dari Jalan Trunojoyo selanjutnya pindah di belakang Masjid Al-Huda di Jalan Melati. Tak lama kemudian, kembali menempati lokasi baru di Jalan Danau Toba yang menjadi kantor saat ini. “Di Jalan Danau Toba mulai tahun 1983 sampai sekarang. Damkar juga pernah di bawah kendali BPBD dari tahun 2013 sampai 2016,” imbuh Sugeng.

Ketika mendengar kabar dalam waktu dekat ini damkar bakal berubah status menjadi dinas, Sugeng mengaku sangat setuju. Menurut dia, bila hal itu terealisasi, maka akan memudahkan koordinasi di internal damkar.

Hal senada diungkapkan Aris Setiawan, tenaga honorer Damkar Jember. Pria yang telah mengabdi selama tujuh tahun itu mengatakan, bila damkar naik kelas menjadi dinas, maka dia meyakini kepercayaan masyarakat akan meningkat. Dan hal itu harus dibarengi oleh peningkatan pelayanan. Selain itu, nasib tenaga honorer seperti Aris diharapkan juga bisa berganti menjadi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK), sehingga kesejahteraan mereka bisa lebih baik lagi. “Untuk jumlah pasukan damkar saat ini 70 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 48 orang berstatus honorer,” ungkapnya.

Selain berada di mako Jalan Danau Toba, mereka juga tersebar di tiga posko. Rambipuji, Ambulu, dan Kalisat. Penyediaan posko di kawasan Jember selatan dan utara ini untuk memudahkan penanganan kebakaran atau bantuan penyelamatan jika terjadi peristiwa sewaktu-waktu. Setiap posko terdapat 14 sampai 17 personel yang dilengkapi satu unit armada damkar. (sto/c2/rus)

TEGAL GEDE, Radar Jember – Pemadam kebakaran (damkar) bakal menjadi dinas, tidak lagi menjadi bagian dari satpol PP. Hal ini setelah Pemkab dan DPRD Jember menyepakati Peraturan Daerah (Perda) tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah di Kabupaten Jember melalui paripurna di gedung dewan, pekan ini. Sebelum berstatus unit pelaksana teknis (UPT) di bawah institusi penegak perda, damkar sempat bergabung di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

Sebenarnya, damkar sudah berdiri sejak lama. Keberadaan pasukan berseragam biru-biru itu diperkirakan sudah ada lebih dari 50 tahun atau setengah abad lalu. Tugas mereka tidak hanya memadamkan kebakaran, tapi juga upaya penyelamatan. Misalnya mengamankan hewan berbisa yang masuk ke rumah warga, sampai pernah ada kasus menolong warga yang tak bisa melepaskan cincin hingga tangannya membengkak.

Jejak eksistensi damkar tersebut bisa dilihat saat memasuki kantor damkar di Jalan Danau Toba. Persis di halaman depan, sebuah armada damkar lawas dipajang di sana. Kendaraan yang saat ini kondisinya telah berkarat tersebut sengaja dipasang di sekitar pintu masuk kantor untuk menjadi monumen. “Ini mobil paling tua buatan tahun 1960 yang dimiliki oleh Damkar Jember. Tentu mobil ini sudah tidak lagi dioperasikan karena uzur. Namun, tetap dipajang agar bisa dilihat semua orang,” ungkap Sugeng Prayitno, Komandan Pleton Damkar Jember.

Kepada Jawa Pos Radar Jember, pria yang tinggal di Desa Panduman, Kecamatan Jelbuk, tersebut menceritakan, damkar pertama kali berdiri menempati markas di Jalan Trunojoyo yang kini ditempati oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Pandalungan. Dari Jalan Trunojoyo selanjutnya pindah di belakang Masjid Al-Huda di Jalan Melati. Tak lama kemudian, kembali menempati lokasi baru di Jalan Danau Toba yang menjadi kantor saat ini. “Di Jalan Danau Toba mulai tahun 1983 sampai sekarang. Damkar juga pernah di bawah kendali BPBD dari tahun 2013 sampai 2016,” imbuh Sugeng.

Ketika mendengar kabar dalam waktu dekat ini damkar bakal berubah status menjadi dinas, Sugeng mengaku sangat setuju. Menurut dia, bila hal itu terealisasi, maka akan memudahkan koordinasi di internal damkar.

Hal senada diungkapkan Aris Setiawan, tenaga honorer Damkar Jember. Pria yang telah mengabdi selama tujuh tahun itu mengatakan, bila damkar naik kelas menjadi dinas, maka dia meyakini kepercayaan masyarakat akan meningkat. Dan hal itu harus dibarengi oleh peningkatan pelayanan. Selain itu, nasib tenaga honorer seperti Aris diharapkan juga bisa berganti menjadi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK), sehingga kesejahteraan mereka bisa lebih baik lagi. “Untuk jumlah pasukan damkar saat ini 70 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 48 orang berstatus honorer,” ungkapnya.

Selain berada di mako Jalan Danau Toba, mereka juga tersebar di tiga posko. Rambipuji, Ambulu, dan Kalisat. Penyediaan posko di kawasan Jember selatan dan utara ini untuk memudahkan penanganan kebakaran atau bantuan penyelamatan jika terjadi peristiwa sewaktu-waktu. Setiap posko terdapat 14 sampai 17 personel yang dilengkapi satu unit armada damkar. (sto/c2/rus)

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca