22.4 C
Jember
Wednesday, 31 May 2023

Dampak Lonjakan Pasien Covid-19, Tabung Oksigen Langka

Pemerintah daerah sepertinya perlu menyiapkan langkah darurat. Sebab, laju penularan Covid-19 di Jember selama sepekan terakhir kian melesat. Bahkan, tingginya kasus baru korona itu membuat tempat tidur khusus pasien Covid-19 di beberapa rumah sakit hampir habis. Ketersediaan oksigen juga menipis.

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Siang itu, sekitar pukul 09.00, seorang lelaki dengan tergesa-gesa mendatangi sebuah toko alat kesehatan (alkes) yang masih tutup. Wajahnya panik. Sebab, ia mengaku sudah mendatangi beberapa toko alkes untuk membeli tabung oksigen. Namun, hasilnya nihil. Ia tidak bisa mendapatkan tabung oksigen di rumah sakit. Padahal ibunya sedang menjalani rawat jalan. “Cari tabung oksigen dari kemarin kok ya susah,” katanya, kemudian bergegas menaiki sepeda, Selasa (6/7).

SULIT DITEMUKAN: Tabung gas oksigen berukuran 1,5 M3 yang sudah kosong di toko alkes. Selain tabung oksigen, oksimeter dan regulator tabung juga mulai langka di pasaran.

Iwan Tri Saksony, salah satu pemilik toko alkes, mengungkapkan, kekosongan tabung gas oksigen sudah berlangsung sejak satu pekan terakhir. Tepatnya menjelang pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat.

Dia berkata, setiap hari, banyak pelanggan yang kembali lantaran tabung gas oksigen di tempatnya sudah habis. Tak jarang ia menyarankan pelanggannya yang mencari tabung gas oksigen agar membeli tabung oksigen ukuran 6M3 ke agen lain atau langsung di Samator Cabang Jember. “Tabung oksigen kosong sejak satu minggu yang lalu. Tapi kalau ngisi masih bisa,” ungkap Iwan.

Mobile_AP_Rectangle 2

Karena mulai langka, harganya menjadi naik. Bahkan, nyaris tembus dua kali lipat dari harga normalnya. Dengan kondisi demikian, Iwan pun memilih tidak menjual. Sebab, harganya terlampau mahal. “Informasinya, barang masuk pertengahan Juli ini,” ujarnya.

Menurut dia, kondisi ini sama seperti naiknya harga masker yang terjadi di awal pandemi tahun lalu. Kala itu, Iwan juga memilih tidak membeli dalam jumlah besar seperti kondisi normal. Ia justru membeli masker lebih sedikit. “Karena harganya mahal, saya lebih baik tidak beli,” tutur pemilik toko alkes di kawasan Patrang itu.

Selain Iwan, penjual alkes lainnya di wilayah Patrang mengungkapkan, pada kondisi normal, pihaknya menjual tabung oksigen dengan harga Rp 1,5 juta. Lalu, harganya naik menjadi Rp 1,7 dalam beberapa hari belakangan ini. Dalam kondisi umum, tokonya mampu mendatangkan 10 tabung oksigen. Namun, sejak sepekan terakhir, pihaknya memesan lagi 10 tabung oksigen. Tapi, hanya bisa mendapatkan 6 tabung saja. “Ini sudah memesan lagi. Tapi belum datang. Tidak tahu mau datang kapan,” tutur perempuan paruh baya yang enggan disebutkan namanya itu.

Selain tabung oksigen, oksimeter dan regulator tabung juga langka. Karena itu, ke depan ia berharap kelangkaan ini akan segera terselesaikan. Dan ketersediaan tabung gas mampu mencukupi permintaan.

Terpisah, Direktur RS Soebandi Hendro Soelistijono menuturkan, tabung gas oksigen di rumah sakitnya masih tersedia. Sebab, kemarin pagi, Selasa (6/7), tabung oksigen sudah datang. Ia pun juga mengkhawatirkan jika ketersediaan akan terbatas. Melihat beberapa daerah sudah mengalami kelangkaan.

Sebagai alternatif, jika ketersediaan oksigen terbatas, pihaknya sudah menyediakan tabung gas oksigen liquid yang bisa langsung dipakai oleh pasien. “Tadi malam sempat menipis. Tapi, paginya datang. Kan kami juga punya oksigen liquid yang bisa langsung dipakai. Sehingga bagaimana caranya agar ketersediaan terjamin,” bebernya.

 

 

Jurnalis : Dian Cahyani
Fotografer : Dwi Siswanto, Delfi Nihayah
Redaktur : Mahrus Sholih

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Siang itu, sekitar pukul 09.00, seorang lelaki dengan tergesa-gesa mendatangi sebuah toko alat kesehatan (alkes) yang masih tutup. Wajahnya panik. Sebab, ia mengaku sudah mendatangi beberapa toko alkes untuk membeli tabung oksigen. Namun, hasilnya nihil. Ia tidak bisa mendapatkan tabung oksigen di rumah sakit. Padahal ibunya sedang menjalani rawat jalan. “Cari tabung oksigen dari kemarin kok ya susah,” katanya, kemudian bergegas menaiki sepeda, Selasa (6/7).

SULIT DITEMUKAN: Tabung gas oksigen berukuran 1,5 M3 yang sudah kosong di toko alkes. Selain tabung oksigen, oksimeter dan regulator tabung juga mulai langka di pasaran.

Iwan Tri Saksony, salah satu pemilik toko alkes, mengungkapkan, kekosongan tabung gas oksigen sudah berlangsung sejak satu pekan terakhir. Tepatnya menjelang pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat.

Dia berkata, setiap hari, banyak pelanggan yang kembali lantaran tabung gas oksigen di tempatnya sudah habis. Tak jarang ia menyarankan pelanggannya yang mencari tabung gas oksigen agar membeli tabung oksigen ukuran 6M3 ke agen lain atau langsung di Samator Cabang Jember. “Tabung oksigen kosong sejak satu minggu yang lalu. Tapi kalau ngisi masih bisa,” ungkap Iwan.

Karena mulai langka, harganya menjadi naik. Bahkan, nyaris tembus dua kali lipat dari harga normalnya. Dengan kondisi demikian, Iwan pun memilih tidak menjual. Sebab, harganya terlampau mahal. “Informasinya, barang masuk pertengahan Juli ini,” ujarnya.

Menurut dia, kondisi ini sama seperti naiknya harga masker yang terjadi di awal pandemi tahun lalu. Kala itu, Iwan juga memilih tidak membeli dalam jumlah besar seperti kondisi normal. Ia justru membeli masker lebih sedikit. “Karena harganya mahal, saya lebih baik tidak beli,” tutur pemilik toko alkes di kawasan Patrang itu.

Selain Iwan, penjual alkes lainnya di wilayah Patrang mengungkapkan, pada kondisi normal, pihaknya menjual tabung oksigen dengan harga Rp 1,5 juta. Lalu, harganya naik menjadi Rp 1,7 dalam beberapa hari belakangan ini. Dalam kondisi umum, tokonya mampu mendatangkan 10 tabung oksigen. Namun, sejak sepekan terakhir, pihaknya memesan lagi 10 tabung oksigen. Tapi, hanya bisa mendapatkan 6 tabung saja. “Ini sudah memesan lagi. Tapi belum datang. Tidak tahu mau datang kapan,” tutur perempuan paruh baya yang enggan disebutkan namanya itu.

Selain tabung oksigen, oksimeter dan regulator tabung juga langka. Karena itu, ke depan ia berharap kelangkaan ini akan segera terselesaikan. Dan ketersediaan tabung gas mampu mencukupi permintaan.

Terpisah, Direktur RS Soebandi Hendro Soelistijono menuturkan, tabung gas oksigen di rumah sakitnya masih tersedia. Sebab, kemarin pagi, Selasa (6/7), tabung oksigen sudah datang. Ia pun juga mengkhawatirkan jika ketersediaan akan terbatas. Melihat beberapa daerah sudah mengalami kelangkaan.

Sebagai alternatif, jika ketersediaan oksigen terbatas, pihaknya sudah menyediakan tabung gas oksigen liquid yang bisa langsung dipakai oleh pasien. “Tadi malam sempat menipis. Tapi, paginya datang. Kan kami juga punya oksigen liquid yang bisa langsung dipakai. Sehingga bagaimana caranya agar ketersediaan terjamin,” bebernya.

 

 

Jurnalis : Dian Cahyani
Fotografer : Dwi Siswanto, Delfi Nihayah
Redaktur : Mahrus Sholih

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Siang itu, sekitar pukul 09.00, seorang lelaki dengan tergesa-gesa mendatangi sebuah toko alat kesehatan (alkes) yang masih tutup. Wajahnya panik. Sebab, ia mengaku sudah mendatangi beberapa toko alkes untuk membeli tabung oksigen. Namun, hasilnya nihil. Ia tidak bisa mendapatkan tabung oksigen di rumah sakit. Padahal ibunya sedang menjalani rawat jalan. “Cari tabung oksigen dari kemarin kok ya susah,” katanya, kemudian bergegas menaiki sepeda, Selasa (6/7).

SULIT DITEMUKAN: Tabung gas oksigen berukuran 1,5 M3 yang sudah kosong di toko alkes. Selain tabung oksigen, oksimeter dan regulator tabung juga mulai langka di pasaran.

Iwan Tri Saksony, salah satu pemilik toko alkes, mengungkapkan, kekosongan tabung gas oksigen sudah berlangsung sejak satu pekan terakhir. Tepatnya menjelang pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat.

Dia berkata, setiap hari, banyak pelanggan yang kembali lantaran tabung gas oksigen di tempatnya sudah habis. Tak jarang ia menyarankan pelanggannya yang mencari tabung gas oksigen agar membeli tabung oksigen ukuran 6M3 ke agen lain atau langsung di Samator Cabang Jember. “Tabung oksigen kosong sejak satu minggu yang lalu. Tapi kalau ngisi masih bisa,” ungkap Iwan.

Karena mulai langka, harganya menjadi naik. Bahkan, nyaris tembus dua kali lipat dari harga normalnya. Dengan kondisi demikian, Iwan pun memilih tidak menjual. Sebab, harganya terlampau mahal. “Informasinya, barang masuk pertengahan Juli ini,” ujarnya.

Menurut dia, kondisi ini sama seperti naiknya harga masker yang terjadi di awal pandemi tahun lalu. Kala itu, Iwan juga memilih tidak membeli dalam jumlah besar seperti kondisi normal. Ia justru membeli masker lebih sedikit. “Karena harganya mahal, saya lebih baik tidak beli,” tutur pemilik toko alkes di kawasan Patrang itu.

Selain Iwan, penjual alkes lainnya di wilayah Patrang mengungkapkan, pada kondisi normal, pihaknya menjual tabung oksigen dengan harga Rp 1,5 juta. Lalu, harganya naik menjadi Rp 1,7 dalam beberapa hari belakangan ini. Dalam kondisi umum, tokonya mampu mendatangkan 10 tabung oksigen. Namun, sejak sepekan terakhir, pihaknya memesan lagi 10 tabung oksigen. Tapi, hanya bisa mendapatkan 6 tabung saja. “Ini sudah memesan lagi. Tapi belum datang. Tidak tahu mau datang kapan,” tutur perempuan paruh baya yang enggan disebutkan namanya itu.

Selain tabung oksigen, oksimeter dan regulator tabung juga langka. Karena itu, ke depan ia berharap kelangkaan ini akan segera terselesaikan. Dan ketersediaan tabung gas mampu mencukupi permintaan.

Terpisah, Direktur RS Soebandi Hendro Soelistijono menuturkan, tabung gas oksigen di rumah sakitnya masih tersedia. Sebab, kemarin pagi, Selasa (6/7), tabung oksigen sudah datang. Ia pun juga mengkhawatirkan jika ketersediaan akan terbatas. Melihat beberapa daerah sudah mengalami kelangkaan.

Sebagai alternatif, jika ketersediaan oksigen terbatas, pihaknya sudah menyediakan tabung gas oksigen liquid yang bisa langsung dipakai oleh pasien. “Tadi malam sempat menipis. Tapi, paginya datang. Kan kami juga punya oksigen liquid yang bisa langsung dipakai. Sehingga bagaimana caranya agar ketersediaan terjamin,” bebernya.

 

 

Jurnalis : Dian Cahyani
Fotografer : Dwi Siswanto, Delfi Nihayah
Redaktur : Mahrus Sholih

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca