29.7 C
Jember
Thursday, 23 March 2023

Sampah Kiriman Banjir Menumpuk di Pantai Puger Jember

Mobile_AP_Rectangle 1

PUGER KULON, Radar Jember –Tumpukan sampah di beberapa titik pantai Pantai Pancer Puger sedikit demi sedikit terus dibersihkan. Pantai yang terletak di Desa Puger Kulon, Puger itu beberapa pekan belakangan kondisinya cukup banyak sampah.

Miris dengan kondisi itu, komunitas pegiat lingkungan, World Cleanup Day  Indonesia (WCDI) Jember bersama relawan lainnya melakukan bersih-bersih bibir pantai, Minggu (5/3) kemarin. Giat itu juga melibatkan beberapa instansi. Macam Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Selain itu juga dari anggota pramuka, TNI serta Polri bersama pemerintah desa setempat.

Sampah yang banyak di pantai, kebanyakan adalah potongan kayu, bambu, kain bekas dan plastik makanan minuman. Bahkan popok bayi serta botol-botol plastik lainnya pun juga ada.

Mobile_AP_Rectangle 2

“Kami merasa terpanggil ketika melihat kondisi laut banyak kiriman sampah itu. Sampah-sampah ini merupakan sampah kiriman saat terjadi banjir. Sehingga sampah yang biasa dibuang dipinggir sungai maupun selokan sehingga setelah banjir sampahnya bermuara di pantai,” kata Masbud salah seorang pegawai dari DLH Jember.

Total sebanyak 500 relawan gabungan, terjun langsung ke bibir Pantai Pancer. “Karena sudah menjadi fenomena, pantai tercemari sampah karena ulah orang yang tidak tertib membuang sampah. Sekarang banyak temuan sampah dibuang di pinggir sungai, sehingga ketika terjadi hujan deras maka sampah itu ikut air dan terbawa banjir,” katanya.

Dirinya menambahkan, total sekitar 300 ton sampah berhasil terkumpulkan dari giat bersih-bersih pantai itu. Sementara pantauan Jawa Pos Radar Jember, sayangnya sampah yang sudah siap diangkut truk milik DLH itu terlanjur dibakar. Asap tebal pun membuat pengunjung pantai yang singgah di warung-warung pedagang tak kuat menahan bau dan perih mata.

“Seharusnya sampah yang masih basah itu tidak dibakar, karena ketika kering warga sendiri atau pemulung akan membakarnya tetapi dimana hari bukan saat ada wisatawan yang berkunjung. Ini yang dirugikan juga pengunjung serta pemilik warung,” jelas Matori, salah satu pemilik warung setempat. (jum/bud)

- Advertisement -

PUGER KULON, Radar Jember –Tumpukan sampah di beberapa titik pantai Pantai Pancer Puger sedikit demi sedikit terus dibersihkan. Pantai yang terletak di Desa Puger Kulon, Puger itu beberapa pekan belakangan kondisinya cukup banyak sampah.

Miris dengan kondisi itu, komunitas pegiat lingkungan, World Cleanup Day  Indonesia (WCDI) Jember bersama relawan lainnya melakukan bersih-bersih bibir pantai, Minggu (5/3) kemarin. Giat itu juga melibatkan beberapa instansi. Macam Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Selain itu juga dari anggota pramuka, TNI serta Polri bersama pemerintah desa setempat.

Sampah yang banyak di pantai, kebanyakan adalah potongan kayu, bambu, kain bekas dan plastik makanan minuman. Bahkan popok bayi serta botol-botol plastik lainnya pun juga ada.

“Kami merasa terpanggil ketika melihat kondisi laut banyak kiriman sampah itu. Sampah-sampah ini merupakan sampah kiriman saat terjadi banjir. Sehingga sampah yang biasa dibuang dipinggir sungai maupun selokan sehingga setelah banjir sampahnya bermuara di pantai,” kata Masbud salah seorang pegawai dari DLH Jember.

Total sebanyak 500 relawan gabungan, terjun langsung ke bibir Pantai Pancer. “Karena sudah menjadi fenomena, pantai tercemari sampah karena ulah orang yang tidak tertib membuang sampah. Sekarang banyak temuan sampah dibuang di pinggir sungai, sehingga ketika terjadi hujan deras maka sampah itu ikut air dan terbawa banjir,” katanya.

Dirinya menambahkan, total sekitar 300 ton sampah berhasil terkumpulkan dari giat bersih-bersih pantai itu. Sementara pantauan Jawa Pos Radar Jember, sayangnya sampah yang sudah siap diangkut truk milik DLH itu terlanjur dibakar. Asap tebal pun membuat pengunjung pantai yang singgah di warung-warung pedagang tak kuat menahan bau dan perih mata.

“Seharusnya sampah yang masih basah itu tidak dibakar, karena ketika kering warga sendiri atau pemulung akan membakarnya tetapi dimana hari bukan saat ada wisatawan yang berkunjung. Ini yang dirugikan juga pengunjung serta pemilik warung,” jelas Matori, salah satu pemilik warung setempat. (jum/bud)

PUGER KULON, Radar Jember –Tumpukan sampah di beberapa titik pantai Pantai Pancer Puger sedikit demi sedikit terus dibersihkan. Pantai yang terletak di Desa Puger Kulon, Puger itu beberapa pekan belakangan kondisinya cukup banyak sampah.

Miris dengan kondisi itu, komunitas pegiat lingkungan, World Cleanup Day  Indonesia (WCDI) Jember bersama relawan lainnya melakukan bersih-bersih bibir pantai, Minggu (5/3) kemarin. Giat itu juga melibatkan beberapa instansi. Macam Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Selain itu juga dari anggota pramuka, TNI serta Polri bersama pemerintah desa setempat.

Sampah yang banyak di pantai, kebanyakan adalah potongan kayu, bambu, kain bekas dan plastik makanan minuman. Bahkan popok bayi serta botol-botol plastik lainnya pun juga ada.

“Kami merasa terpanggil ketika melihat kondisi laut banyak kiriman sampah itu. Sampah-sampah ini merupakan sampah kiriman saat terjadi banjir. Sehingga sampah yang biasa dibuang dipinggir sungai maupun selokan sehingga setelah banjir sampahnya bermuara di pantai,” kata Masbud salah seorang pegawai dari DLH Jember.

Total sebanyak 500 relawan gabungan, terjun langsung ke bibir Pantai Pancer. “Karena sudah menjadi fenomena, pantai tercemari sampah karena ulah orang yang tidak tertib membuang sampah. Sekarang banyak temuan sampah dibuang di pinggir sungai, sehingga ketika terjadi hujan deras maka sampah itu ikut air dan terbawa banjir,” katanya.

Dirinya menambahkan, total sekitar 300 ton sampah berhasil terkumpulkan dari giat bersih-bersih pantai itu. Sementara pantauan Jawa Pos Radar Jember, sayangnya sampah yang sudah siap diangkut truk milik DLH itu terlanjur dibakar. Asap tebal pun membuat pengunjung pantai yang singgah di warung-warung pedagang tak kuat menahan bau dan perih mata.

“Seharusnya sampah yang masih basah itu tidak dibakar, karena ketika kering warga sendiri atau pemulung akan membakarnya tetapi dimana hari bukan saat ada wisatawan yang berkunjung. Ini yang dirugikan juga pengunjung serta pemilik warung,” jelas Matori, salah satu pemilik warung setempat. (jum/bud)

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca