23 C
Jember
Saturday, 25 March 2023

Proses Data Sampah di TPA Pakusari, Kerap Gunakan Pencatatan Manual

Perkembangan teknologi digital membuat segala macam pekerjaan lebih mudah. Namun, tidak untuk urusan TPA Pakusari. Walau memiliki alat lengkap, rupanya untuk mendeteksi berapa berat sampah yang masuk ternyata kerap dilakukan secara manual.

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.IDPagi itu hilir mudik truk sampah di TPA Pakusari mulai terjadi. Kendaraan dengan muatan berton-ton lajunya berhenti sebentar untuk ditimbang. Cara menimbang truk bermuatan sampah itu pun sama dengan jembatan timbang yang kerap kali ada di jalan nasional.

Setiap truk yang masuk jembatan timbang di TPA Pakusari, langsung keluar angka digital berwarna merah. Berat truk pun langsung dicatat secara manual. “Stop, sebentar masih dicatat,” kata Totok M Saleh, salah petugas data timbangan sampah TPA Pakusari.

Saat memasuki ruangan pencatatan timbangan sampah itu, ternyata Totok melakukan pencatatan secara manual. Walau ada perangkat komputer lengkap, tapi di mejanya ada kalkulator, buku, dan pulpen. “Kalkulator ini untuk mengurangi dari beban total truk bermuatan sampah dengan berat bersih truk. Jadi, bisa ketemu berapa sampah yang masuk ke TPA Pakusari,” ucapnya kepada Jawa Pos Radar Jember. Sementara itu, untuk buku yang dicatat berisi informasi mulai dari pelat nomor truk, asal sampah, berat sampah, jam, hingga nama sopir.

Mobile_AP_Rectangle 2

Perangkat komputer yang tersedia itu pun nyaris hanya jadi pemanis ruang kerja Totok. Walau begitu, komputer itu difungsikan untuk menyimpan hasil dari perhitungan manual yang dilakukan Totok. Dia tetap memilih mencatat manual berat sampah yang masuk, bukan berarti tidak memiliki keahlian untuk mengoperasikan komputer. Tapi, justru terdapat aplikasi yang tidak berjalan. “Bukan timbangan yang rusak. Tapi, aplikasi yang menghitung itu tidak bisa,” jelasnya.

Tidak berfungsinya aplikasi penghitung berat sampah yang masuk di TPA Pakusari itu lantaran harus memasukan password. “Ya semacam terkunci, harus memasukkan sandi,” terangnya. Menurutnya, terkuncinya aplikasi hitung sampah itu terjadi sekitar dua tahun.

Setiap hari melakukan pencatatan truk sampah yang masuk tersebut, Totok juga semakin ahli dalam mengenali jenis truk. “Setiap truk itu punya berat bersih berbeda-beda. Sekarang ya wes hafal,” terangnya.

Sementara itu, truk yang paling berat membawa sampah adalah dari Pasar Tanjung. “Paling banyak sumbang sampah di sini (TPA Pakusari, Red) dari Pasar Tanjung,” paparnya. Bila dihitung rata-rata setiap truk itu mengangkut lima ton sampah.

Koordinator TPA Pakusari RM Masbut pun mengakui bahwa jembatan timbang sampah tersebut kerap dihitung secara manual. Sementara itu, setiap harinya sampah yang masuk ke TPA Pakusari adalah 180 ton.

 

 

Jurnalis : Dwi Siswanto
Fotografer : Dwi Siswanto
Redaktur : Nur Hariri

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.IDPagi itu hilir mudik truk sampah di TPA Pakusari mulai terjadi. Kendaraan dengan muatan berton-ton lajunya berhenti sebentar untuk ditimbang. Cara menimbang truk bermuatan sampah itu pun sama dengan jembatan timbang yang kerap kali ada di jalan nasional.

Setiap truk yang masuk jembatan timbang di TPA Pakusari, langsung keluar angka digital berwarna merah. Berat truk pun langsung dicatat secara manual. “Stop, sebentar masih dicatat,” kata Totok M Saleh, salah petugas data timbangan sampah TPA Pakusari.

Saat memasuki ruangan pencatatan timbangan sampah itu, ternyata Totok melakukan pencatatan secara manual. Walau ada perangkat komputer lengkap, tapi di mejanya ada kalkulator, buku, dan pulpen. “Kalkulator ini untuk mengurangi dari beban total truk bermuatan sampah dengan berat bersih truk. Jadi, bisa ketemu berapa sampah yang masuk ke TPA Pakusari,” ucapnya kepada Jawa Pos Radar Jember. Sementara itu, untuk buku yang dicatat berisi informasi mulai dari pelat nomor truk, asal sampah, berat sampah, jam, hingga nama sopir.

Perangkat komputer yang tersedia itu pun nyaris hanya jadi pemanis ruang kerja Totok. Walau begitu, komputer itu difungsikan untuk menyimpan hasil dari perhitungan manual yang dilakukan Totok. Dia tetap memilih mencatat manual berat sampah yang masuk, bukan berarti tidak memiliki keahlian untuk mengoperasikan komputer. Tapi, justru terdapat aplikasi yang tidak berjalan. “Bukan timbangan yang rusak. Tapi, aplikasi yang menghitung itu tidak bisa,” jelasnya.

Tidak berfungsinya aplikasi penghitung berat sampah yang masuk di TPA Pakusari itu lantaran harus memasukan password. “Ya semacam terkunci, harus memasukkan sandi,” terangnya. Menurutnya, terkuncinya aplikasi hitung sampah itu terjadi sekitar dua tahun.

Setiap hari melakukan pencatatan truk sampah yang masuk tersebut, Totok juga semakin ahli dalam mengenali jenis truk. “Setiap truk itu punya berat bersih berbeda-beda. Sekarang ya wes hafal,” terangnya.

Sementara itu, truk yang paling berat membawa sampah adalah dari Pasar Tanjung. “Paling banyak sumbang sampah di sini (TPA Pakusari, Red) dari Pasar Tanjung,” paparnya. Bila dihitung rata-rata setiap truk itu mengangkut lima ton sampah.

Koordinator TPA Pakusari RM Masbut pun mengakui bahwa jembatan timbang sampah tersebut kerap dihitung secara manual. Sementara itu, setiap harinya sampah yang masuk ke TPA Pakusari adalah 180 ton.

 

 

Jurnalis : Dwi Siswanto
Fotografer : Dwi Siswanto
Redaktur : Nur Hariri

JEMBER, RADARJEMBER.IDPagi itu hilir mudik truk sampah di TPA Pakusari mulai terjadi. Kendaraan dengan muatan berton-ton lajunya berhenti sebentar untuk ditimbang. Cara menimbang truk bermuatan sampah itu pun sama dengan jembatan timbang yang kerap kali ada di jalan nasional.

Setiap truk yang masuk jembatan timbang di TPA Pakusari, langsung keluar angka digital berwarna merah. Berat truk pun langsung dicatat secara manual. “Stop, sebentar masih dicatat,” kata Totok M Saleh, salah petugas data timbangan sampah TPA Pakusari.

Saat memasuki ruangan pencatatan timbangan sampah itu, ternyata Totok melakukan pencatatan secara manual. Walau ada perangkat komputer lengkap, tapi di mejanya ada kalkulator, buku, dan pulpen. “Kalkulator ini untuk mengurangi dari beban total truk bermuatan sampah dengan berat bersih truk. Jadi, bisa ketemu berapa sampah yang masuk ke TPA Pakusari,” ucapnya kepada Jawa Pos Radar Jember. Sementara itu, untuk buku yang dicatat berisi informasi mulai dari pelat nomor truk, asal sampah, berat sampah, jam, hingga nama sopir.

Perangkat komputer yang tersedia itu pun nyaris hanya jadi pemanis ruang kerja Totok. Walau begitu, komputer itu difungsikan untuk menyimpan hasil dari perhitungan manual yang dilakukan Totok. Dia tetap memilih mencatat manual berat sampah yang masuk, bukan berarti tidak memiliki keahlian untuk mengoperasikan komputer. Tapi, justru terdapat aplikasi yang tidak berjalan. “Bukan timbangan yang rusak. Tapi, aplikasi yang menghitung itu tidak bisa,” jelasnya.

Tidak berfungsinya aplikasi penghitung berat sampah yang masuk di TPA Pakusari itu lantaran harus memasukan password. “Ya semacam terkunci, harus memasukkan sandi,” terangnya. Menurutnya, terkuncinya aplikasi hitung sampah itu terjadi sekitar dua tahun.

Setiap hari melakukan pencatatan truk sampah yang masuk tersebut, Totok juga semakin ahli dalam mengenali jenis truk. “Setiap truk itu punya berat bersih berbeda-beda. Sekarang ya wes hafal,” terangnya.

Sementara itu, truk yang paling berat membawa sampah adalah dari Pasar Tanjung. “Paling banyak sumbang sampah di sini (TPA Pakusari, Red) dari Pasar Tanjung,” paparnya. Bila dihitung rata-rata setiap truk itu mengangkut lima ton sampah.

Koordinator TPA Pakusari RM Masbut pun mengakui bahwa jembatan timbang sampah tersebut kerap dihitung secara manual. Sementara itu, setiap harinya sampah yang masuk ke TPA Pakusari adalah 180 ton.

 

 

Jurnalis : Dwi Siswanto
Fotografer : Dwi Siswanto
Redaktur : Nur Hariri

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca