30.4 C
Jember
Friday, 24 March 2023

Jember Sport Garden Bangunannya Besar, Manfaatnya Kecil

Nama Stadion Jember Sport Garden atau disingkat JSG begitu menggelegar dan menjadi kebanggaan warga Jember. Apalagi, kompleks itu diproyeksikan sebagai pusat olahraga atau sport center. Namun, sejak diresmikan pada 2015, kompleks JSG jauh dari sempurna dan belum memberikan manfaat yang signifikan.

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Kebanggaan dan harapan pastinya masih tertancap di hati warga Jember. Rabu malam, tanggal 2 September 2015 silam, gegap gempita masyarakat pecah saat kembang api peresmian Stadion Jember Sport Garden (JSG) diluncurkan. Suasana riuh, riang, dan penuh semangat akan stadion megah itu banyak dirasakan sepasang mata yang menyaksikan pembukaan JSG.

Tujuh tahun lalu, banyak orang yang berlomba-lomba menuliskan tentang secercah harapan atas kehadiran JSG. Tidak sedikit yang berswafoto di JSG. Bahkan, ada yang membanding-bandingkan JSG sebagai stadion termegah dan ada yang menyebutnya mirip dengan Stadion Jaka Baring di Palembang.

Namun, tahun 2015 sudah berlalu. Kebanggaan atas JSG sepertinya juga mulai menurun. Terlebih, harapan Persid berlaga di pentas nasional, Liga 1 dan Liga 2, juga belum kesampaian. Lantas, bangunan besar yang banyak menyedot anggaran tersebut sepertinya hanya didiamkan tanpa dimanfaatkan untuk masyarakat luas.

Mobile_AP_Rectangle 2

Di sisi lain, dengan infrastruktur olahraga lain selain stadion dan lapangan utamanya, kompleks JSG yang diharapkan menjadi sport center juga tak kunjung terealisasi. Lantas, untuk apa punya bangunan megah kalau lapangan sepak bolanya tidak dipakai?

Informasi pembangunan di kompleks JSG muncul lagi pada Oktober 2019. Saat itu, ada peletakan batu pertama untuk pembangunan asrama haji dan bisa difungsikan hotel transit, wisma atlet, wisma diklat, hingga wisma daerah. Sayangnya, pembangunan asrama haji yang telah memakan dana miliaran rupiah gagal dilakukan. Kini, hanya menyisakan cerita dan tiang-tiang beton yang berdiri.

Kabar JSG yang awalnya dibangun untuk sport center sekaligus wisata keluarga memang terlontar oleh Bupati Jember yang kala itu dijabat MZA Djalal. Dalam perjalanannya, Stadion JSG sepertinya tidak diprogramkan akan dipakai untuk apa. Apakah hanya event skala besar. Toh, bangunan itu dibuat untuk olahraga ataupun kegiatan lainnya.

Bangunan JSG ini memang sempat dipakai oleh Presiden Joko Widodo saat kampanye untuk pencapresan kali kedua. Selain itu, JSG juga sempat dijadikan tempat isolasi mandiri untuk orang dalam pemantauan (ODP) hingga orang tanpa gejala (OTG) korona. Namun, selain itu, sangat minim acara atau kegiatan olahraga di gedung besar tersebut. Tak heran, rumput liar dan ilalang tumbuh subur di stadion yang menyimpan banyak harapan namun belum kesampaian tersebut.

Stadion JSG yang diharapkan menjadi tempat berlaga kesebelasan Persid setelah tidak ada kompetisi, nyatanya harus rela pindah ke home base ke stadion legendaris, Stadion Notohadinegoro, pada kompetisi Liga 3 2021 kemarin. Hal ini karena ada renovasi lapangan dan rumput Stadion JSG.

Melihat Persid tidak bisa berlaga di Stadion JSG, mengingatkan Sunardi tentang salah satu latar belakang pembangunan Stadion JSG. Pria yang dulu menjadi Ketua Yayasan Persid Jember (YPC) itu menceritakan, pada 2011 lalu, Persid mendapat berkah dari tambahan kuota klub kasta Divisi Utama atau yang saat ini disebut Liga 2. Mereka pun siap berkompetisi di Divisi Utama tahun berikutnya, yaitu 2012.

Pada saat itu, sejatinya terdapat persoalan, yakni tentang kondisi Stadion Notohadinegoro. Stadion yang berada di Kreongan dan telah lama menjadi markas Persid itu dinilai kurang layak dalam gelar kompetisi tingkat nasional tersebut. Minim infrastruktur perlindungan dari ruang ganti pemain, lapangannya, dan kurangnya fasilitas lainnya. “Salah satu latar belakang mengapa membangun Stadion JSG, itu memfasilitasi Persid yang berlaga nasional,” terangnya.

Namun, kompetisi 2014 menjadi terakhir bagi Persid di kasta kedua Liga Indonesia. Pada 2015, Stadion JSG sudah rampung. Bersamaan dengan pembekuan kompetisi Liga Indonesia, karena persoalan sepak bola gajah waktu itu. Kemegahan Stadion JSG pun menjadi sebuah nama saja. Tidak ada tim nasional berlaga di JSG. Persid terdegradasi ke Liga 3. Sederet klub Divisi Utama (Liga 2) juga ingin home base ke stadion. Ada Persigo yang akhirnya home base ke Lumajang dan berubah nama Semeru FC. Begitu juga Persebo Bondowoso yang sama-sama di kasta kedua Liga Indonesia. Akhirnya, JSG belum dimanfaatkan atau belum memberi banyak manfaat bagi pesepak bola di Jember maupun atlet lain di Jember.

Menurut Kasi Jasa Konstruksi Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman, dan Cipta Karya (DPRKPCK) Jember Hari Murti, luas Stadion JSG ini sekitar 9 hektare sekian. Sedangkan luas total yang dibutuhkan kompleks JSG adalah 50 hektare. “Kami ingin mengembalikan marwah JSG, seperti dulu konsepnya,” paparnya.

Karena itu, kata dia, ketika ada pembangunan kompleks Stadion JSG, maka diupayakan tidak keluar dari detail rencana tata ruang konsep JSG. Dia mengaku, setiap pemimpin baru, yaitu bupati, tentu ada kebijakan tersendiri untuk Stadion JSG ke depannya.  “Intinya, konsep rencana pembangunan JSG menunggu petunjuk lebih lanjut dari bupati. Kami sebatas usulan atau masukan. Karena step by step kami maksimalkan fungsi JSG,” ucapnya.

Dia menjelaskan, selain lapangan sepak bola yang berada di stadion utama, ada dua lapangan sepak bola lagi di luar stadion utama. “Lapangan sepak bola yang fungsinya untuk latihan di kompleks stadion JSG itu ada juga. Pertama di dekat polsek, dan kedua kalau tidak salah di lokasi pembangunan asrama haji,” paparnya.

Oleh karenanya, dua lapangan sepak bola di luar stadion utama JSG itu konsepnya diperuntukkan latihan saja. Sedangkan lapangan di stadion utama untuk pertandingan besar saja. Selain untuk sepak bola, konsep stadion JSG adalah sport center. “Tidak hanya untuk olahraga sepak bola, tapi olahraga lainnya juga,” terangnya.

Seingat Hari, dari maket stadion JSG yang pertama, ada lintasan atletik dan lapangan tenis. “Tanah kosong di depan Kantor Askab PSSI Jember itu lapangan tenis,” tuturnya. Dia mengaku juga ada rencana pembangunan danau di kompleks pengembangan Stadion JSG. Sayangnya, saat Jawa Pos Radar Jember berkunjung, lobi utama Stadion JSG masih terkunci. Padahal, maket JSG pertama ada di sana.

Jurnalis: Dwi Siswanto
Fotografer: Dwi Siswanto
Editor: Nur Hariri

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Kebanggaan dan harapan pastinya masih tertancap di hati warga Jember. Rabu malam, tanggal 2 September 2015 silam, gegap gempita masyarakat pecah saat kembang api peresmian Stadion Jember Sport Garden (JSG) diluncurkan. Suasana riuh, riang, dan penuh semangat akan stadion megah itu banyak dirasakan sepasang mata yang menyaksikan pembukaan JSG.

Tujuh tahun lalu, banyak orang yang berlomba-lomba menuliskan tentang secercah harapan atas kehadiran JSG. Tidak sedikit yang berswafoto di JSG. Bahkan, ada yang membanding-bandingkan JSG sebagai stadion termegah dan ada yang menyebutnya mirip dengan Stadion Jaka Baring di Palembang.

Namun, tahun 2015 sudah berlalu. Kebanggaan atas JSG sepertinya juga mulai menurun. Terlebih, harapan Persid berlaga di pentas nasional, Liga 1 dan Liga 2, juga belum kesampaian. Lantas, bangunan besar yang banyak menyedot anggaran tersebut sepertinya hanya didiamkan tanpa dimanfaatkan untuk masyarakat luas.

Di sisi lain, dengan infrastruktur olahraga lain selain stadion dan lapangan utamanya, kompleks JSG yang diharapkan menjadi sport center juga tak kunjung terealisasi. Lantas, untuk apa punya bangunan megah kalau lapangan sepak bolanya tidak dipakai?

Informasi pembangunan di kompleks JSG muncul lagi pada Oktober 2019. Saat itu, ada peletakan batu pertama untuk pembangunan asrama haji dan bisa difungsikan hotel transit, wisma atlet, wisma diklat, hingga wisma daerah. Sayangnya, pembangunan asrama haji yang telah memakan dana miliaran rupiah gagal dilakukan. Kini, hanya menyisakan cerita dan tiang-tiang beton yang berdiri.

Kabar JSG yang awalnya dibangun untuk sport center sekaligus wisata keluarga memang terlontar oleh Bupati Jember yang kala itu dijabat MZA Djalal. Dalam perjalanannya, Stadion JSG sepertinya tidak diprogramkan akan dipakai untuk apa. Apakah hanya event skala besar. Toh, bangunan itu dibuat untuk olahraga ataupun kegiatan lainnya.

Bangunan JSG ini memang sempat dipakai oleh Presiden Joko Widodo saat kampanye untuk pencapresan kali kedua. Selain itu, JSG juga sempat dijadikan tempat isolasi mandiri untuk orang dalam pemantauan (ODP) hingga orang tanpa gejala (OTG) korona. Namun, selain itu, sangat minim acara atau kegiatan olahraga di gedung besar tersebut. Tak heran, rumput liar dan ilalang tumbuh subur di stadion yang menyimpan banyak harapan namun belum kesampaian tersebut.

Stadion JSG yang diharapkan menjadi tempat berlaga kesebelasan Persid setelah tidak ada kompetisi, nyatanya harus rela pindah ke home base ke stadion legendaris, Stadion Notohadinegoro, pada kompetisi Liga 3 2021 kemarin. Hal ini karena ada renovasi lapangan dan rumput Stadion JSG.

Melihat Persid tidak bisa berlaga di Stadion JSG, mengingatkan Sunardi tentang salah satu latar belakang pembangunan Stadion JSG. Pria yang dulu menjadi Ketua Yayasan Persid Jember (YPC) itu menceritakan, pada 2011 lalu, Persid mendapat berkah dari tambahan kuota klub kasta Divisi Utama atau yang saat ini disebut Liga 2. Mereka pun siap berkompetisi di Divisi Utama tahun berikutnya, yaitu 2012.

Pada saat itu, sejatinya terdapat persoalan, yakni tentang kondisi Stadion Notohadinegoro. Stadion yang berada di Kreongan dan telah lama menjadi markas Persid itu dinilai kurang layak dalam gelar kompetisi tingkat nasional tersebut. Minim infrastruktur perlindungan dari ruang ganti pemain, lapangannya, dan kurangnya fasilitas lainnya. “Salah satu latar belakang mengapa membangun Stadion JSG, itu memfasilitasi Persid yang berlaga nasional,” terangnya.

Namun, kompetisi 2014 menjadi terakhir bagi Persid di kasta kedua Liga Indonesia. Pada 2015, Stadion JSG sudah rampung. Bersamaan dengan pembekuan kompetisi Liga Indonesia, karena persoalan sepak bola gajah waktu itu. Kemegahan Stadion JSG pun menjadi sebuah nama saja. Tidak ada tim nasional berlaga di JSG. Persid terdegradasi ke Liga 3. Sederet klub Divisi Utama (Liga 2) juga ingin home base ke stadion. Ada Persigo yang akhirnya home base ke Lumajang dan berubah nama Semeru FC. Begitu juga Persebo Bondowoso yang sama-sama di kasta kedua Liga Indonesia. Akhirnya, JSG belum dimanfaatkan atau belum memberi banyak manfaat bagi pesepak bola di Jember maupun atlet lain di Jember.

Menurut Kasi Jasa Konstruksi Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman, dan Cipta Karya (DPRKPCK) Jember Hari Murti, luas Stadion JSG ini sekitar 9 hektare sekian. Sedangkan luas total yang dibutuhkan kompleks JSG adalah 50 hektare. “Kami ingin mengembalikan marwah JSG, seperti dulu konsepnya,” paparnya.

Karena itu, kata dia, ketika ada pembangunan kompleks Stadion JSG, maka diupayakan tidak keluar dari detail rencana tata ruang konsep JSG. Dia mengaku, setiap pemimpin baru, yaitu bupati, tentu ada kebijakan tersendiri untuk Stadion JSG ke depannya.  “Intinya, konsep rencana pembangunan JSG menunggu petunjuk lebih lanjut dari bupati. Kami sebatas usulan atau masukan. Karena step by step kami maksimalkan fungsi JSG,” ucapnya.

Dia menjelaskan, selain lapangan sepak bola yang berada di stadion utama, ada dua lapangan sepak bola lagi di luar stadion utama. “Lapangan sepak bola yang fungsinya untuk latihan di kompleks stadion JSG itu ada juga. Pertama di dekat polsek, dan kedua kalau tidak salah di lokasi pembangunan asrama haji,” paparnya.

Oleh karenanya, dua lapangan sepak bola di luar stadion utama JSG itu konsepnya diperuntukkan latihan saja. Sedangkan lapangan di stadion utama untuk pertandingan besar saja. Selain untuk sepak bola, konsep stadion JSG adalah sport center. “Tidak hanya untuk olahraga sepak bola, tapi olahraga lainnya juga,” terangnya.

Seingat Hari, dari maket stadion JSG yang pertama, ada lintasan atletik dan lapangan tenis. “Tanah kosong di depan Kantor Askab PSSI Jember itu lapangan tenis,” tuturnya. Dia mengaku juga ada rencana pembangunan danau di kompleks pengembangan Stadion JSG. Sayangnya, saat Jawa Pos Radar Jember berkunjung, lobi utama Stadion JSG masih terkunci. Padahal, maket JSG pertama ada di sana.

Jurnalis: Dwi Siswanto
Fotografer: Dwi Siswanto
Editor: Nur Hariri

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Kebanggaan dan harapan pastinya masih tertancap di hati warga Jember. Rabu malam, tanggal 2 September 2015 silam, gegap gempita masyarakat pecah saat kembang api peresmian Stadion Jember Sport Garden (JSG) diluncurkan. Suasana riuh, riang, dan penuh semangat akan stadion megah itu banyak dirasakan sepasang mata yang menyaksikan pembukaan JSG.

Tujuh tahun lalu, banyak orang yang berlomba-lomba menuliskan tentang secercah harapan atas kehadiran JSG. Tidak sedikit yang berswafoto di JSG. Bahkan, ada yang membanding-bandingkan JSG sebagai stadion termegah dan ada yang menyebutnya mirip dengan Stadion Jaka Baring di Palembang.

Namun, tahun 2015 sudah berlalu. Kebanggaan atas JSG sepertinya juga mulai menurun. Terlebih, harapan Persid berlaga di pentas nasional, Liga 1 dan Liga 2, juga belum kesampaian. Lantas, bangunan besar yang banyak menyedot anggaran tersebut sepertinya hanya didiamkan tanpa dimanfaatkan untuk masyarakat luas.

Di sisi lain, dengan infrastruktur olahraga lain selain stadion dan lapangan utamanya, kompleks JSG yang diharapkan menjadi sport center juga tak kunjung terealisasi. Lantas, untuk apa punya bangunan megah kalau lapangan sepak bolanya tidak dipakai?

Informasi pembangunan di kompleks JSG muncul lagi pada Oktober 2019. Saat itu, ada peletakan batu pertama untuk pembangunan asrama haji dan bisa difungsikan hotel transit, wisma atlet, wisma diklat, hingga wisma daerah. Sayangnya, pembangunan asrama haji yang telah memakan dana miliaran rupiah gagal dilakukan. Kini, hanya menyisakan cerita dan tiang-tiang beton yang berdiri.

Kabar JSG yang awalnya dibangun untuk sport center sekaligus wisata keluarga memang terlontar oleh Bupati Jember yang kala itu dijabat MZA Djalal. Dalam perjalanannya, Stadion JSG sepertinya tidak diprogramkan akan dipakai untuk apa. Apakah hanya event skala besar. Toh, bangunan itu dibuat untuk olahraga ataupun kegiatan lainnya.

Bangunan JSG ini memang sempat dipakai oleh Presiden Joko Widodo saat kampanye untuk pencapresan kali kedua. Selain itu, JSG juga sempat dijadikan tempat isolasi mandiri untuk orang dalam pemantauan (ODP) hingga orang tanpa gejala (OTG) korona. Namun, selain itu, sangat minim acara atau kegiatan olahraga di gedung besar tersebut. Tak heran, rumput liar dan ilalang tumbuh subur di stadion yang menyimpan banyak harapan namun belum kesampaian tersebut.

Stadion JSG yang diharapkan menjadi tempat berlaga kesebelasan Persid setelah tidak ada kompetisi, nyatanya harus rela pindah ke home base ke stadion legendaris, Stadion Notohadinegoro, pada kompetisi Liga 3 2021 kemarin. Hal ini karena ada renovasi lapangan dan rumput Stadion JSG.

Melihat Persid tidak bisa berlaga di Stadion JSG, mengingatkan Sunardi tentang salah satu latar belakang pembangunan Stadion JSG. Pria yang dulu menjadi Ketua Yayasan Persid Jember (YPC) itu menceritakan, pada 2011 lalu, Persid mendapat berkah dari tambahan kuota klub kasta Divisi Utama atau yang saat ini disebut Liga 2. Mereka pun siap berkompetisi di Divisi Utama tahun berikutnya, yaitu 2012.

Pada saat itu, sejatinya terdapat persoalan, yakni tentang kondisi Stadion Notohadinegoro. Stadion yang berada di Kreongan dan telah lama menjadi markas Persid itu dinilai kurang layak dalam gelar kompetisi tingkat nasional tersebut. Minim infrastruktur perlindungan dari ruang ganti pemain, lapangannya, dan kurangnya fasilitas lainnya. “Salah satu latar belakang mengapa membangun Stadion JSG, itu memfasilitasi Persid yang berlaga nasional,” terangnya.

Namun, kompetisi 2014 menjadi terakhir bagi Persid di kasta kedua Liga Indonesia. Pada 2015, Stadion JSG sudah rampung. Bersamaan dengan pembekuan kompetisi Liga Indonesia, karena persoalan sepak bola gajah waktu itu. Kemegahan Stadion JSG pun menjadi sebuah nama saja. Tidak ada tim nasional berlaga di JSG. Persid terdegradasi ke Liga 3. Sederet klub Divisi Utama (Liga 2) juga ingin home base ke stadion. Ada Persigo yang akhirnya home base ke Lumajang dan berubah nama Semeru FC. Begitu juga Persebo Bondowoso yang sama-sama di kasta kedua Liga Indonesia. Akhirnya, JSG belum dimanfaatkan atau belum memberi banyak manfaat bagi pesepak bola di Jember maupun atlet lain di Jember.

Menurut Kasi Jasa Konstruksi Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman, dan Cipta Karya (DPRKPCK) Jember Hari Murti, luas Stadion JSG ini sekitar 9 hektare sekian. Sedangkan luas total yang dibutuhkan kompleks JSG adalah 50 hektare. “Kami ingin mengembalikan marwah JSG, seperti dulu konsepnya,” paparnya.

Karena itu, kata dia, ketika ada pembangunan kompleks Stadion JSG, maka diupayakan tidak keluar dari detail rencana tata ruang konsep JSG. Dia mengaku, setiap pemimpin baru, yaitu bupati, tentu ada kebijakan tersendiri untuk Stadion JSG ke depannya.  “Intinya, konsep rencana pembangunan JSG menunggu petunjuk lebih lanjut dari bupati. Kami sebatas usulan atau masukan. Karena step by step kami maksimalkan fungsi JSG,” ucapnya.

Dia menjelaskan, selain lapangan sepak bola yang berada di stadion utama, ada dua lapangan sepak bola lagi di luar stadion utama. “Lapangan sepak bola yang fungsinya untuk latihan di kompleks stadion JSG itu ada juga. Pertama di dekat polsek, dan kedua kalau tidak salah di lokasi pembangunan asrama haji,” paparnya.

Oleh karenanya, dua lapangan sepak bola di luar stadion utama JSG itu konsepnya diperuntukkan latihan saja. Sedangkan lapangan di stadion utama untuk pertandingan besar saja. Selain untuk sepak bola, konsep stadion JSG adalah sport center. “Tidak hanya untuk olahraga sepak bola, tapi olahraga lainnya juga,” terangnya.

Seingat Hari, dari maket stadion JSG yang pertama, ada lintasan atletik dan lapangan tenis. “Tanah kosong di depan Kantor Askab PSSI Jember itu lapangan tenis,” tuturnya. Dia mengaku juga ada rencana pembangunan danau di kompleks pengembangan Stadion JSG. Sayangnya, saat Jawa Pos Radar Jember berkunjung, lobi utama Stadion JSG masih terkunci. Padahal, maket JSG pertama ada di sana.

Jurnalis: Dwi Siswanto
Fotografer: Dwi Siswanto
Editor: Nur Hariri

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca