Mobile_AP_Rectangle 1
RADARJEMBER.ID, JEMBER- Perempuan miskin rentan mengalami kekerasan. Pada beberapa kasus, kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga kebanyakan yang menjadi faktor penyebabnya adalah ekonomi. Masih banyak perempuan yang belum berdaya dan mandiri.
Hal inilah yang menjadi perhatian para aktivis perempuan di Jember. Sebagai kelompok masyarakat yang peduli terhadap isu-isu pemberdayaan, menggagas Pasar Perempuan yang beranggotakan ibu-ibu. Pasar yang dikenal dengan nama Pasar Kita ini menjadi sarana bagi mereka memandirikan kaum perempuan marjinal.
Penggagas Pasar Kita, Sulis, mengaku prihatin semakin meningkatnya kasus kejahatan perempuan dan anak. Kebanyakan karena perempuan dianggap lemah, bukan hanya fisik tapi juga ekonomi.
Mobile_AP_Rectangle 2
“Di sini kami menyediakan tempat kepada perempuan untuk bisa bangkit,” jelasnya, di kegiatan Pasar Kita yang diselenggarakan di Kantor Muslimat NU, Talangsari, Kaliwates, kemarin (6/7). Selain menyediakan tempat untuk berjualan, di Pasar Kita juga melayani konsultasi perlindungan hukum terhadap kasus yang terkait perempuan dan anak.
Meski demikian, Sulis menilai pasar perempuan tidak bisa secara langsung menyetarakan gender. Karena secara global isu kesetaraan tersebut masih menjadi tantangan. Tapi tetap harus dilakukan secara bertahap. Dan hal itu membutuhkan dukungan seluruh masyarakat. “Ini menjadi pekerjaan rumah kita semua untuk membuat perempuan lebih berdaya dan mandiri,” tandasnya.
Eris, 29, salah satu penjual di pasar perempuan itu merasa bersyukur karena ada yang prihatin terhadap perempuan saat ini. Menurutnya, kegiatan ini menjadi langkah awal sebagai sebuah gerakan untuk memberdayakan kaumnya. “Bisa ikut bantu-bantu suami. Jadi tidak melulu minta ke suami terus,” papar ibu satu anak tersebut. (*)
- Advertisement -
RADARJEMBER.ID, JEMBER- Perempuan miskin rentan mengalami kekerasan. Pada beberapa kasus, kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga kebanyakan yang menjadi faktor penyebabnya adalah ekonomi. Masih banyak perempuan yang belum berdaya dan mandiri.
Hal inilah yang menjadi perhatian para aktivis perempuan di Jember. Sebagai kelompok masyarakat yang peduli terhadap isu-isu pemberdayaan, menggagas Pasar Perempuan yang beranggotakan ibu-ibu. Pasar yang dikenal dengan nama Pasar Kita ini menjadi sarana bagi mereka memandirikan kaum perempuan marjinal.
Penggagas Pasar Kita, Sulis, mengaku prihatin semakin meningkatnya kasus kejahatan perempuan dan anak. Kebanyakan karena perempuan dianggap lemah, bukan hanya fisik tapi juga ekonomi.
“Di sini kami menyediakan tempat kepada perempuan untuk bisa bangkit,” jelasnya, di kegiatan Pasar Kita yang diselenggarakan di Kantor Muslimat NU, Talangsari, Kaliwates, kemarin (6/7). Selain menyediakan tempat untuk berjualan, di Pasar Kita juga melayani konsultasi perlindungan hukum terhadap kasus yang terkait perempuan dan anak.
Meski demikian, Sulis menilai pasar perempuan tidak bisa secara langsung menyetarakan gender. Karena secara global isu kesetaraan tersebut masih menjadi tantangan. Tapi tetap harus dilakukan secara bertahap. Dan hal itu membutuhkan dukungan seluruh masyarakat. “Ini menjadi pekerjaan rumah kita semua untuk membuat perempuan lebih berdaya dan mandiri,” tandasnya.
Eris, 29, salah satu penjual di pasar perempuan itu merasa bersyukur karena ada yang prihatin terhadap perempuan saat ini. Menurutnya, kegiatan ini menjadi langkah awal sebagai sebuah gerakan untuk memberdayakan kaumnya. “Bisa ikut bantu-bantu suami. Jadi tidak melulu minta ke suami terus,” papar ibu satu anak tersebut. (*)
RADARJEMBER.ID, JEMBER- Perempuan miskin rentan mengalami kekerasan. Pada beberapa kasus, kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga kebanyakan yang menjadi faktor penyebabnya adalah ekonomi. Masih banyak perempuan yang belum berdaya dan mandiri.
Hal inilah yang menjadi perhatian para aktivis perempuan di Jember. Sebagai kelompok masyarakat yang peduli terhadap isu-isu pemberdayaan, menggagas Pasar Perempuan yang beranggotakan ibu-ibu. Pasar yang dikenal dengan nama Pasar Kita ini menjadi sarana bagi mereka memandirikan kaum perempuan marjinal.
Penggagas Pasar Kita, Sulis, mengaku prihatin semakin meningkatnya kasus kejahatan perempuan dan anak. Kebanyakan karena perempuan dianggap lemah, bukan hanya fisik tapi juga ekonomi.
“Di sini kami menyediakan tempat kepada perempuan untuk bisa bangkit,” jelasnya, di kegiatan Pasar Kita yang diselenggarakan di Kantor Muslimat NU, Talangsari, Kaliwates, kemarin (6/7). Selain menyediakan tempat untuk berjualan, di Pasar Kita juga melayani konsultasi perlindungan hukum terhadap kasus yang terkait perempuan dan anak.
Meski demikian, Sulis menilai pasar perempuan tidak bisa secara langsung menyetarakan gender. Karena secara global isu kesetaraan tersebut masih menjadi tantangan. Tapi tetap harus dilakukan secara bertahap. Dan hal itu membutuhkan dukungan seluruh masyarakat. “Ini menjadi pekerjaan rumah kita semua untuk membuat perempuan lebih berdaya dan mandiri,” tandasnya.
Eris, 29, salah satu penjual di pasar perempuan itu merasa bersyukur karena ada yang prihatin terhadap perempuan saat ini. Menurutnya, kegiatan ini menjadi langkah awal sebagai sebuah gerakan untuk memberdayakan kaumnya. “Bisa ikut bantu-bantu suami. Jadi tidak melulu minta ke suami terus,” papar ibu satu anak tersebut. (*)