29.5 C
Jember
Tuesday, 28 March 2023

Jumlah Armada Terus Merosot

Penumpang Angkot Didominasi Pedagang Pasar dan Pengamen

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Nasib para sopir angkot ini sepertinya kian hari semakin tidak karuan. Bagaimana tidak, di tengah kemajuan zaman yang banyak menawarkan moda transportasi serba daring, mereka masih bertahan dengan model konvensional.

Akhirnya, mereka kalah dalam persaingan memikat hati para penumpang. Seperti angkot yang banyak terparkir di Terminal Arjasa ini. Hampir setiap hari, cukup banyak angkot-angkot yang wira-wiri keluar masuk terminal. Namun, yang benar-benar membawa penumpang bisa dihitung jari.

Jimi, sopir angkot asal Desa/Kecamatan Arjasa, mengatakan, penumpang setia sekarang masih kalangan pedagang pasar dan pengamen. “Itu pun kalau pengamen bayarnya suka-suka hati,” kata sopir yang memiliki trayek Terminal Arjasa-Tawang Alun itu.

Mobile_AP_Rectangle 2

Kondisi itu diakuinya bukan hal baru, tapi sudah berlangsung lama. Bahkan, hal yang sama juga dirasakan oleh semua sopir angkot. Mereka dilema. Mau keluar narik khawatir tidak dapat penumpang, tidak keluar sama sekali justru tidak ada pemasukan. “Kalau keluar, sudah pasti ongkos bahan bakar. Kadang kalau tidak dapat penumpang, uang saku habis untuk bahan bakar saja. Dan itu sudah sering,” keluhnya.

Hal serupa juga disampaikan sopir angkot lainnya. Tono, sopir angkot asal Sumbersari yang memiliki trayek Pakusari-Arjasa, mengaku, selama ini sopir angkot sudah berguguran satu per satu. Mereka memilih berhenti jadi sopir karena kesulitan menggaet penumpang. “Ini angkot dari trayek saya ada 16 armada. Tapi yang keluar cuma tiga angkot,” ungkapnya kepada Jawa Pos Radar Jember, belum lama ini.

Dia menambahkan, memang saat di terminal, angkot-angkot itu masih mudah ditemui. Namun, yang benar-benar beroperasi di jalanan bisa dihitung jari. “Untungnya, para juragan pemilik angkot sejak beberapa tahun belakangan ini tidak memasang target setoran. Mereka bisa memaklumi. Dan para sopir yang masih operasi ini, hanya mereka itu yang masih bertahan. Sisanya sudah berhenti,” pungkasnya.

Jurnalis: Maulana

Fotografer: Maulana

Editor: Mahrus Sholih

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Nasib para sopir angkot ini sepertinya kian hari semakin tidak karuan. Bagaimana tidak, di tengah kemajuan zaman yang banyak menawarkan moda transportasi serba daring, mereka masih bertahan dengan model konvensional.

Akhirnya, mereka kalah dalam persaingan memikat hati para penumpang. Seperti angkot yang banyak terparkir di Terminal Arjasa ini. Hampir setiap hari, cukup banyak angkot-angkot yang wira-wiri keluar masuk terminal. Namun, yang benar-benar membawa penumpang bisa dihitung jari.

Jimi, sopir angkot asal Desa/Kecamatan Arjasa, mengatakan, penumpang setia sekarang masih kalangan pedagang pasar dan pengamen. “Itu pun kalau pengamen bayarnya suka-suka hati,” kata sopir yang memiliki trayek Terminal Arjasa-Tawang Alun itu.

Kondisi itu diakuinya bukan hal baru, tapi sudah berlangsung lama. Bahkan, hal yang sama juga dirasakan oleh semua sopir angkot. Mereka dilema. Mau keluar narik khawatir tidak dapat penumpang, tidak keluar sama sekali justru tidak ada pemasukan. “Kalau keluar, sudah pasti ongkos bahan bakar. Kadang kalau tidak dapat penumpang, uang saku habis untuk bahan bakar saja. Dan itu sudah sering,” keluhnya.

Hal serupa juga disampaikan sopir angkot lainnya. Tono, sopir angkot asal Sumbersari yang memiliki trayek Pakusari-Arjasa, mengaku, selama ini sopir angkot sudah berguguran satu per satu. Mereka memilih berhenti jadi sopir karena kesulitan menggaet penumpang. “Ini angkot dari trayek saya ada 16 armada. Tapi yang keluar cuma tiga angkot,” ungkapnya kepada Jawa Pos Radar Jember, belum lama ini.

Dia menambahkan, memang saat di terminal, angkot-angkot itu masih mudah ditemui. Namun, yang benar-benar beroperasi di jalanan bisa dihitung jari. “Untungnya, para juragan pemilik angkot sejak beberapa tahun belakangan ini tidak memasang target setoran. Mereka bisa memaklumi. Dan para sopir yang masih operasi ini, hanya mereka itu yang masih bertahan. Sisanya sudah berhenti,” pungkasnya.

Jurnalis: Maulana

Fotografer: Maulana

Editor: Mahrus Sholih

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Nasib para sopir angkot ini sepertinya kian hari semakin tidak karuan. Bagaimana tidak, di tengah kemajuan zaman yang banyak menawarkan moda transportasi serba daring, mereka masih bertahan dengan model konvensional.

Akhirnya, mereka kalah dalam persaingan memikat hati para penumpang. Seperti angkot yang banyak terparkir di Terminal Arjasa ini. Hampir setiap hari, cukup banyak angkot-angkot yang wira-wiri keluar masuk terminal. Namun, yang benar-benar membawa penumpang bisa dihitung jari.

Jimi, sopir angkot asal Desa/Kecamatan Arjasa, mengatakan, penumpang setia sekarang masih kalangan pedagang pasar dan pengamen. “Itu pun kalau pengamen bayarnya suka-suka hati,” kata sopir yang memiliki trayek Terminal Arjasa-Tawang Alun itu.

Kondisi itu diakuinya bukan hal baru, tapi sudah berlangsung lama. Bahkan, hal yang sama juga dirasakan oleh semua sopir angkot. Mereka dilema. Mau keluar narik khawatir tidak dapat penumpang, tidak keluar sama sekali justru tidak ada pemasukan. “Kalau keluar, sudah pasti ongkos bahan bakar. Kadang kalau tidak dapat penumpang, uang saku habis untuk bahan bakar saja. Dan itu sudah sering,” keluhnya.

Hal serupa juga disampaikan sopir angkot lainnya. Tono, sopir angkot asal Sumbersari yang memiliki trayek Pakusari-Arjasa, mengaku, selama ini sopir angkot sudah berguguran satu per satu. Mereka memilih berhenti jadi sopir karena kesulitan menggaet penumpang. “Ini angkot dari trayek saya ada 16 armada. Tapi yang keluar cuma tiga angkot,” ungkapnya kepada Jawa Pos Radar Jember, belum lama ini.

Dia menambahkan, memang saat di terminal, angkot-angkot itu masih mudah ditemui. Namun, yang benar-benar beroperasi di jalanan bisa dihitung jari. “Untungnya, para juragan pemilik angkot sejak beberapa tahun belakangan ini tidak memasang target setoran. Mereka bisa memaklumi. Dan para sopir yang masih operasi ini, hanya mereka itu yang masih bertahan. Sisanya sudah berhenti,” pungkasnya.

Jurnalis: Maulana

Fotografer: Maulana

Editor: Mahrus Sholih

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca