JEMBER, RADARJEMBER.ID – Sore itu, hujan rintik-rintik. Abdul Hamid dan istrinya, Mukminah Fitriyanti, terlihat sedang mengobrol asyik. Meski keduanya tetap berada di rumah selama penanganan Covid-19, tapi mereka tetap produktif. Maklum, keluarga ini sudah beberapa tahun terakhir menggeluti pekerjaan sampingan. Yakni membuat kerajinan tempat hiasan pengantar lamaran dan maskawin pernikahan.
Abdul Hamid yang tinggal di RT 2 RW 13, Lingkungan Pasar, Kelurahan Jember Kidul, menceritakan perjalanan hidup keluarganya. Ada banyak pengalaman sampai dirinya memiliki pekerjaan sampingan yang kini terus digeluti. Dulu, Hamid hanya membuka sebuah bengkel kecil, tapi harus tutup lantaran tak banyak yang menggunakan jasanya.
Hamid pun banting setir menjadi penjual kopi di sebuah lapak, lantai dua Pasar Tanjung. “Sampai sekarang saya masih membuka warung di pasar. Sambil lalu, saya juga membuat kerajinan tempat lamaran dan maskawin. Saya belajar secara otodidak. Tidak kenal internet. Sehingga awalnya hanya membeli buku-buku untuk dipelajari,” kata Hamid, yang kemudian meminta istrinya menyeduh kopi.
Ayah dua anak itu menyebut, menjadi penghias tempat lamaran dan maskawin berkat berjualan kopi. Sekitar 2005 lalu, dia diminta oleh tetangga lapaknya yang menjual kebutuhan lamaran dan maskawin untuk membikin kemasan hantaran yang artistik. Awalnya, mantan mekanik motor itu pun tak percaya jika dirinya bisa membuat tempat yang diinginkan toko sebelah lapaknya tersebut.
“Saya diminta membuat kerajinan itu. Karena tidak pernah bikin, ya saya bingung. Tetapi, tetangga lapak saya itu tetap minta. Katanya, walaupun jelek akan tetap dibeli. Alhamdulillah, walau pembuatan awal-awal jelek, tetap dibeli juga,” ucapnya.
Melihat adanya bisnis sampingan itu, Hamid benar-benar menekuni pembuatan tempat mahar itu. Di awal-awal, banyak orang tak percaya jika dirinya bisa membuat hal itu menjadi cantik. “Banyak orang mengira yang membuat itu istri saya. Tetapi tidak masalah. Toh, istri saya akhirnya juga membuat. Tetapi, setelah punya anak kecil, sementara berhenti. Jadi, sementara ini hanya saya. Istri ikut menyiapkan bahan-bahannya,” tuturnya.
Berkat ketekunannya, order tempat pengantar lamaran dan maskawin bukan saja dipesan oleh tetangga lapaknya. Kini, Hamid sudah kerap mendapat pesanan dari banyak orang. Bukan saja dari Jember, bahkan dari sejumlah kabupaten/kota di Jawa Timur.
Membuat kerajinan ini menurutnya butuh keseriusan dan ketekunan. Tak hanya itu, kesabaran juga menjadi salah satu kunci untuk bisa menyelesaikannya. Jika tidak, maka akan sulit jadi dan hasilnya bisa tidak maksimal.
“Yang sulit itu sebenarnya tidak ada. Tetapi, kembali pada diri sendiri. Kalau sedang galau atau tidak mood, biasanya sulit untuk menyelesaikan. Jadi tidak selesai-selesai. Padahal, normalnya cukup dua hari,” tutur Hamid, yang saat itu juga mengobrol bersama Ketua RT 2 Ratno dan Ketua RW 13 Edy.
Kerajinan tempat lamaran dan maskawin, menurut Hamid, bisa dipesan sesuai permintaan. Kadang ada yang meminta tiga dimensi, menjadi sebuah masjid, menjadi menara, termasuk menghias tempat maskawin dengan wajah pasangan kedua mempelai. “Saya pernah diberi waktu oleh seseorang tiga bulan lamanya. Alhamdulillah, bisa selesai,” ucapnya.
Dalam proses pembuatannya, bahan lamaran atau maskawin tetap dari orang yang memesan. Sementara, tempatnya dia siapkan, termasuk merangkai bahan lamaran atau maskawin. “Pernah ada, maskwinnya sampai lima juta rupiah. Karena uangnya banyak, ya dibongkar. Jadi, saran saya maskawinnya sedikit saja, agar bisa menjadi kenangan yang lama. Bukan hanya sebatas foto, tetapi bisa dipajang di dalam rumah,” tuturnya.
Selama membuat tempat lamaran dan maskawin itu, Hamid kerap diusili tetangganya. Sebab, setiap dia menggarap pesanan, hampir dipastikan ada uang ratusan ribu atau jutaan rupiah yang ada di atas pigura untuk dirangkai menjadi apa yang diinginkan pemesan. “Tetangga biasanya bercanda karena melihat maskawin banyak,” ungkapnya.
Hamid berpesan, setiap pekerjaan pasti memiliki tantangan. Tapi, bila dijalani dengan sabar, maka akan membuahkan hasil. Hamid pun mengakui banyak mendapat hasil dari kerajinan sampingan yang terus digelutinya itu. “Sampai sekarang saya tetap buka warung,” pungkas Hamid sambil mengerjakan tempat maskawin pesanan orang yang belum tuntas sepenuhnya.