BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Ratusan batu prasejarah jenis batu kenong yang ada di Desa Pekauman, Kecamatan Grujugan, harus dijaga benar. Benda prasejarah itu memiliki sejarah panjang. Dengan begitu, harus ada seseorang yang merawatnya sehari-hari.
Untuk menjaganya, pemerintah daerah mengangkat seorang juru pelihara (jupel). Tugasnya menjaga benda cagar budaya yang ada di Bondowoso. Ada 62 Jupel yang bertugas. Di antaranya bahkan sudah diangkat menjadi PNS. Ada 16 orang berstatus PNS, sisanya adalah tenaga honorer.
Salah satu yang berstatus PNS adalah Fauzan Ali. Dia adalah jupel Desa Pekauman, Kecamatan Grujugan. Fauzan sudah menjadi jupel sejak tahun 1990 silam. Di Desa Pekauman sendiri ada 168 benda batu. Mulai dari jenis arca, dolmen, kenong, dan sarkofagus. Pria yang tahun ini berusia 47 tahun itu awal bekerja berstatus jupel honorer. “Saya jadi juru pelihara waktu SMA kelas 2. Dulu karena saking banyaknya benda cagar budaya, diminta pemerintah menjaga, merawat, dan membersihkannya,” tuturnya.
Pria yang sudah memiliki tiga orang anak ini bermula dari sukarela. “Akhirnya dulu oleh pemkab diusulkan jadi tenaga honorer,” imbuhnya.
Fauzan bertugas merawat benda-benda cagar budaya di Desa Pekauman, termasuk di dalam Pusat Informasi Megalitikum Bondowoso (PIMB). Fauzan pun bercerita pada tahun 1990-an silam mengenai benda cagar budaya itu. “Dulu banyak yang dicuri. Tapi sejak tahun 2000-an ke atas mulai tidak ada. Aman,” kenangnya.
Ada cerita unik dalam perjalanannya. Fauzan pernah dicap buruk oleh warga sekitar. Dia pernah mendapat stempel menjadi orang syirik. “Karena merawat batu, jadi dulu saya dianggap syirik awal-awal saya jadi jupel. Tapi, lama-kelamaan warga akhirnya paham juga,” bebernya.
Setelah menjadi honorer, Fauzan akhirnya diangkat menjadi PNS tahun 2008 silam. “Kerja jadi jupel ini ya sampingan. Kerja lainnya saya ya serabutan,” kata dia.
Ternyata, awal mula Fauzan ini tak ujug-ujug langsung menjadi jupel. Saudara sepupunya, Achmad Kholiq, dulunya juga berstatus jupel. Lebih dulu ketimbang Fauzan. Tugas jupel pun tak bisa dianggap sebelah mata.
Tak jarang, Fauzan membersihkan sudut-sudut batu itu dengan teliti. Apalagi kalau ada yang sudah ditumbuhi lumut. “Bersihkannya harus pelan-pelan. Jangan sampai struktur batunya juga tergores,” jelasnya.
Selain membersihkan dan melestarikan, Fauzan harus terus memonitoring sebaran batu yang ada. Agar tak hilang dan terhindar dari tangan-tangan jahil. “Dulu ada warga yang dipenjara karena ketahuan mencoret,” ungkap Fauzan.
Selain tugas utama merawat batu, Fauzan juga menjadi pemandu. Apabila ada kunjungan ke wilayahnya, dia memandu dengan mengantarkan sampai bercerita sejarah. Tantangannya, sebaran lokasi batu di Desa Pekauman cukup banyak. Walaupun memang banyak terpusat di PIMB, tapi banyak juga yang berada di halaman rumah warga, tengah sawah, ataupun di tengah perkebunan.
“Setiap tahunnya, kunjungan di bulan tiga sampai bulan enam tidak terima dalam jumlah banyak. Karena waktu tanam tembakau. Saya tidak bisa memandu ke lokasi batu yang di tengah perkebunan,” pungkasnya.