27.8 C
Jember
Friday, 31 March 2023

Ini Dia, Motif Siswi yang Lompat ke Sungai di Tempurejo

Putus Cinta, Lompat ke Sungai Jasad Siswi MTs Ditemukan Mengambang

Mobile_AP_Rectangle 1

TEMPUREJO, RADARJEMBER.ID – Warga yang tinggal di perbatasan Dusun Pondokmiri, Desa Pondokrejo, dengan Dusun Jatirejo, Desa Sidodadi, Kecamatan Tempurejo, berduyun-duyun mendatangi jembatan yang memisahkan dua desa tersebut. Ini setelah warga mendengar ada seorang gadis yang nekat melompat dari atas jembatan, Senin (1/11) malam. Ditengarai, remaja perempuan yang masih duduk di bangku MTs tersebut putus asa setelah putus cinta dengan kekasihnya.

Sumber Jawa Pos Radar Jember di lapangan menyebutkan, sebelum tragedi itu terjadi, ada serangkaian kisah dramatis yang mengiringinya. Kala itu, korban berinisial SA ini datang bersama kekasihnya RR, warga Kecamatan Tempurejo. Keduanya datang sendiri-sendiri dengan mengendarai sepeda motor. Namun, belum diketahui apa alasan korban dan pacarnya yang masih berusia 16 tahun itu datang ke lokasi.

Sumardi, salah seorang saksi mata, mengaku melihat motor yang diparkir di sisi timur jembatan, tak jauh dari poskamling. Pria 45 tahun ini mengatakan, sebelumnya korban juga sempat melompat ke sungai, namun berhasil dicegah oleh RR, pacarnya. Bahkan, kala itu RR sempat merangkul korban menuju motornya.

Mobile_AP_Rectangle 2

Namun, tak lama kemudian, korban kembali lagi menuju jembatan. Di saat yang sama, RR membuntutinya dari belakang. “Setelah memarkir kendaraan, korban langsung berlari dan menuju jembatan yang saat itu sedang sepi, kemudian melompat ke sungai,” kata Sumardi.

Aksi kedua ini tak kuasa dicegah. Sebelum tubuh siswi berusia 15 tahun tersebut masuk ke sungai, sang pacar masih sempat memegang baju korban yang tersangkut besi jembatan. Namun, karena tak kuat, korban akhirnya terjatuh ke dalam sungai yang airnya cukup deras. Seketika, tubuh korban menghilang. Hanyut terbawa arus.

Mendengar kejadian itu, warga mendatangi lokasi. Tragedi ini juga dilaporkan ke perangkat desa dan dilanjutkan ke Polsek Tempurejo. Warga bersama keluarga korban dan anggota polsek sempat melakukan penyisiran, namun belum membuahkan hasil. Apalagi malam itu aliran Sungai Kalimayang cukup deras setelah hujan mengguyur kawasan tersebut sebelumnya. Pencarian pun sempat ditunda.

Sekitar dua jam kemudian, korban yang juga berasal dari Kecamatan Tempurejo itu ditemukan dalam kondisi meninggal. “Jasad korban ditemukan hanyut sekitar satu kilometer dari lokasi jembatan awal korban melompat,” kata Mustofa, warga setempat.

Penemuan jasad itu awalnya ketika ada warga yang menerangi sungai menggunakan senter. Dia melihat ada kaki mengambang yang diikuti bagian tubuh korban. Warga yang tak diketahui namanya itu memberanikan diri melompat ke sungai. Korban ditemukan persis di belakang Pondok Pesantren Al Qodiri, Dusun Jatirejo, Desa Sidodadi. Selanjutnya, mayat korban dibawa ke puskesmas untuk dilakukan visum. “Karena proses evakuasi lebih mudah dari sisi timur sungai, maka korban diangkat oleh warga ke arah sana,” kata AKP M Zuhri, Kapolsek Tempurejo.

Menurut Zuhri, motif korban bunuh diri diduga karena faktor asmara. “Karena putus cinta. Anak muda biasanya tidak bisa mengendalikan emosi,” kata mantan Kapolsek Panti itu.

Sementara itu, RR, kekasih korban, oleh warga langsung diamankan untuk menghindari terjadinya amuk masa. Selanjutnya, dia dikirim ke Polres Jember untuk dimintai keterangan sebagai saksi atas peristiwa tersebut.

 

Hadang Ambulans Jenazah

Malam itu, suasana pemulangan jenazah korban cukup mencekam. Bahkan, warga dan polisi yang ikut mengevakuasi korban dari Sungai Kalimayang turut mengawal ambulans milik Desa Tempurejo, pembawa jenazah. Puluhan warga terlihat mengiringi ambulans yang disopiri Irwansyah itu dengan mengendarai sepeda motor.

“Massa terus berdatangan setelah mendengar kalau korban ditemukan. Rencananya, jasad korban akan dibawa ke kamar mayat RSD dr Soebandi,” ucap Bripka M Nur Afandi, Kanit Reskrim Polsek Tempurejo.

Namun, rencana membawa jenazah ke rumah sakit itu urung dilakukan dan berganti menuju Puskesmas Tempurejo. Namun, lagi-lagi upaya itu tak berjalan mulus karena ada sekelompok orang yang masih keluarga korban menolak rencana itu. Mereka meminta agar jasad tidak dibawa ke puskesmas, tapi langsung ke rumah duka. Irwansyah, sopir ambulans, mengaku sempat mendapat ancaman. Bahkan, kendaraan yang ia kemudikan juga dipukul menggunakan tangan kosong.

Gelagat penolakan ini sebenarnya sudah tercium polisi, sehingga petugas melakukan antisipasi dengan melakukan pengawalan. Benar saja, sesampainya di simpang tiga Desa Cangkring dan simpang empat sebelum Puskesmas Tempurejo, masa menghadang ambulans tersebut. “Mobil saya juga dihadang dan tidak boleh melanjutkan ke Puskesmas Tempurejo,” kata Afandi.

Melihat warga yang mulai beringas, polisi kemudian turun dari kendaraan menuju massa yang menutup akses jalan. Massa awalnya memaksa agar jenazah itu langsung dibawa pulang. Namun, setelah diberi penjelasan bahwa harus dilakukan visum terhadap jenazah korban, massa mulai menyadarinya. “Setelah korban dilakukan visum luar oleh petugas puskesmas, jenazah langsung diserahkan kepada keluarganya,” pungkas Afandi.

 

Reporter: Jumai
Fotografer: Jumai
Editor: Mahrus Sholih

- Advertisement -

TEMPUREJO, RADARJEMBER.ID – Warga yang tinggal di perbatasan Dusun Pondokmiri, Desa Pondokrejo, dengan Dusun Jatirejo, Desa Sidodadi, Kecamatan Tempurejo, berduyun-duyun mendatangi jembatan yang memisahkan dua desa tersebut. Ini setelah warga mendengar ada seorang gadis yang nekat melompat dari atas jembatan, Senin (1/11) malam. Ditengarai, remaja perempuan yang masih duduk di bangku MTs tersebut putus asa setelah putus cinta dengan kekasihnya.

Sumber Jawa Pos Radar Jember di lapangan menyebutkan, sebelum tragedi itu terjadi, ada serangkaian kisah dramatis yang mengiringinya. Kala itu, korban berinisial SA ini datang bersama kekasihnya RR, warga Kecamatan Tempurejo. Keduanya datang sendiri-sendiri dengan mengendarai sepeda motor. Namun, belum diketahui apa alasan korban dan pacarnya yang masih berusia 16 tahun itu datang ke lokasi.

Sumardi, salah seorang saksi mata, mengaku melihat motor yang diparkir di sisi timur jembatan, tak jauh dari poskamling. Pria 45 tahun ini mengatakan, sebelumnya korban juga sempat melompat ke sungai, namun berhasil dicegah oleh RR, pacarnya. Bahkan, kala itu RR sempat merangkul korban menuju motornya.

Namun, tak lama kemudian, korban kembali lagi menuju jembatan. Di saat yang sama, RR membuntutinya dari belakang. “Setelah memarkir kendaraan, korban langsung berlari dan menuju jembatan yang saat itu sedang sepi, kemudian melompat ke sungai,” kata Sumardi.

Aksi kedua ini tak kuasa dicegah. Sebelum tubuh siswi berusia 15 tahun tersebut masuk ke sungai, sang pacar masih sempat memegang baju korban yang tersangkut besi jembatan. Namun, karena tak kuat, korban akhirnya terjatuh ke dalam sungai yang airnya cukup deras. Seketika, tubuh korban menghilang. Hanyut terbawa arus.

Mendengar kejadian itu, warga mendatangi lokasi. Tragedi ini juga dilaporkan ke perangkat desa dan dilanjutkan ke Polsek Tempurejo. Warga bersama keluarga korban dan anggota polsek sempat melakukan penyisiran, namun belum membuahkan hasil. Apalagi malam itu aliran Sungai Kalimayang cukup deras setelah hujan mengguyur kawasan tersebut sebelumnya. Pencarian pun sempat ditunda.

Sekitar dua jam kemudian, korban yang juga berasal dari Kecamatan Tempurejo itu ditemukan dalam kondisi meninggal. “Jasad korban ditemukan hanyut sekitar satu kilometer dari lokasi jembatan awal korban melompat,” kata Mustofa, warga setempat.

Penemuan jasad itu awalnya ketika ada warga yang menerangi sungai menggunakan senter. Dia melihat ada kaki mengambang yang diikuti bagian tubuh korban. Warga yang tak diketahui namanya itu memberanikan diri melompat ke sungai. Korban ditemukan persis di belakang Pondok Pesantren Al Qodiri, Dusun Jatirejo, Desa Sidodadi. Selanjutnya, mayat korban dibawa ke puskesmas untuk dilakukan visum. “Karena proses evakuasi lebih mudah dari sisi timur sungai, maka korban diangkat oleh warga ke arah sana,” kata AKP M Zuhri, Kapolsek Tempurejo.

Menurut Zuhri, motif korban bunuh diri diduga karena faktor asmara. “Karena putus cinta. Anak muda biasanya tidak bisa mengendalikan emosi,” kata mantan Kapolsek Panti itu.

Sementara itu, RR, kekasih korban, oleh warga langsung diamankan untuk menghindari terjadinya amuk masa. Selanjutnya, dia dikirim ke Polres Jember untuk dimintai keterangan sebagai saksi atas peristiwa tersebut.

 

Hadang Ambulans Jenazah

Malam itu, suasana pemulangan jenazah korban cukup mencekam. Bahkan, warga dan polisi yang ikut mengevakuasi korban dari Sungai Kalimayang turut mengawal ambulans milik Desa Tempurejo, pembawa jenazah. Puluhan warga terlihat mengiringi ambulans yang disopiri Irwansyah itu dengan mengendarai sepeda motor.

“Massa terus berdatangan setelah mendengar kalau korban ditemukan. Rencananya, jasad korban akan dibawa ke kamar mayat RSD dr Soebandi,” ucap Bripka M Nur Afandi, Kanit Reskrim Polsek Tempurejo.

Namun, rencana membawa jenazah ke rumah sakit itu urung dilakukan dan berganti menuju Puskesmas Tempurejo. Namun, lagi-lagi upaya itu tak berjalan mulus karena ada sekelompok orang yang masih keluarga korban menolak rencana itu. Mereka meminta agar jasad tidak dibawa ke puskesmas, tapi langsung ke rumah duka. Irwansyah, sopir ambulans, mengaku sempat mendapat ancaman. Bahkan, kendaraan yang ia kemudikan juga dipukul menggunakan tangan kosong.

Gelagat penolakan ini sebenarnya sudah tercium polisi, sehingga petugas melakukan antisipasi dengan melakukan pengawalan. Benar saja, sesampainya di simpang tiga Desa Cangkring dan simpang empat sebelum Puskesmas Tempurejo, masa menghadang ambulans tersebut. “Mobil saya juga dihadang dan tidak boleh melanjutkan ke Puskesmas Tempurejo,” kata Afandi.

Melihat warga yang mulai beringas, polisi kemudian turun dari kendaraan menuju massa yang menutup akses jalan. Massa awalnya memaksa agar jenazah itu langsung dibawa pulang. Namun, setelah diberi penjelasan bahwa harus dilakukan visum terhadap jenazah korban, massa mulai menyadarinya. “Setelah korban dilakukan visum luar oleh petugas puskesmas, jenazah langsung diserahkan kepada keluarganya,” pungkas Afandi.

 

Reporter: Jumai
Fotografer: Jumai
Editor: Mahrus Sholih

TEMPUREJO, RADARJEMBER.ID – Warga yang tinggal di perbatasan Dusun Pondokmiri, Desa Pondokrejo, dengan Dusun Jatirejo, Desa Sidodadi, Kecamatan Tempurejo, berduyun-duyun mendatangi jembatan yang memisahkan dua desa tersebut. Ini setelah warga mendengar ada seorang gadis yang nekat melompat dari atas jembatan, Senin (1/11) malam. Ditengarai, remaja perempuan yang masih duduk di bangku MTs tersebut putus asa setelah putus cinta dengan kekasihnya.

Sumber Jawa Pos Radar Jember di lapangan menyebutkan, sebelum tragedi itu terjadi, ada serangkaian kisah dramatis yang mengiringinya. Kala itu, korban berinisial SA ini datang bersama kekasihnya RR, warga Kecamatan Tempurejo. Keduanya datang sendiri-sendiri dengan mengendarai sepeda motor. Namun, belum diketahui apa alasan korban dan pacarnya yang masih berusia 16 tahun itu datang ke lokasi.

Sumardi, salah seorang saksi mata, mengaku melihat motor yang diparkir di sisi timur jembatan, tak jauh dari poskamling. Pria 45 tahun ini mengatakan, sebelumnya korban juga sempat melompat ke sungai, namun berhasil dicegah oleh RR, pacarnya. Bahkan, kala itu RR sempat merangkul korban menuju motornya.

Namun, tak lama kemudian, korban kembali lagi menuju jembatan. Di saat yang sama, RR membuntutinya dari belakang. “Setelah memarkir kendaraan, korban langsung berlari dan menuju jembatan yang saat itu sedang sepi, kemudian melompat ke sungai,” kata Sumardi.

Aksi kedua ini tak kuasa dicegah. Sebelum tubuh siswi berusia 15 tahun tersebut masuk ke sungai, sang pacar masih sempat memegang baju korban yang tersangkut besi jembatan. Namun, karena tak kuat, korban akhirnya terjatuh ke dalam sungai yang airnya cukup deras. Seketika, tubuh korban menghilang. Hanyut terbawa arus.

Mendengar kejadian itu, warga mendatangi lokasi. Tragedi ini juga dilaporkan ke perangkat desa dan dilanjutkan ke Polsek Tempurejo. Warga bersama keluarga korban dan anggota polsek sempat melakukan penyisiran, namun belum membuahkan hasil. Apalagi malam itu aliran Sungai Kalimayang cukup deras setelah hujan mengguyur kawasan tersebut sebelumnya. Pencarian pun sempat ditunda.

Sekitar dua jam kemudian, korban yang juga berasal dari Kecamatan Tempurejo itu ditemukan dalam kondisi meninggal. “Jasad korban ditemukan hanyut sekitar satu kilometer dari lokasi jembatan awal korban melompat,” kata Mustofa, warga setempat.

Penemuan jasad itu awalnya ketika ada warga yang menerangi sungai menggunakan senter. Dia melihat ada kaki mengambang yang diikuti bagian tubuh korban. Warga yang tak diketahui namanya itu memberanikan diri melompat ke sungai. Korban ditemukan persis di belakang Pondok Pesantren Al Qodiri, Dusun Jatirejo, Desa Sidodadi. Selanjutnya, mayat korban dibawa ke puskesmas untuk dilakukan visum. “Karena proses evakuasi lebih mudah dari sisi timur sungai, maka korban diangkat oleh warga ke arah sana,” kata AKP M Zuhri, Kapolsek Tempurejo.

Menurut Zuhri, motif korban bunuh diri diduga karena faktor asmara. “Karena putus cinta. Anak muda biasanya tidak bisa mengendalikan emosi,” kata mantan Kapolsek Panti itu.

Sementara itu, RR, kekasih korban, oleh warga langsung diamankan untuk menghindari terjadinya amuk masa. Selanjutnya, dia dikirim ke Polres Jember untuk dimintai keterangan sebagai saksi atas peristiwa tersebut.

 

Hadang Ambulans Jenazah

Malam itu, suasana pemulangan jenazah korban cukup mencekam. Bahkan, warga dan polisi yang ikut mengevakuasi korban dari Sungai Kalimayang turut mengawal ambulans milik Desa Tempurejo, pembawa jenazah. Puluhan warga terlihat mengiringi ambulans yang disopiri Irwansyah itu dengan mengendarai sepeda motor.

“Massa terus berdatangan setelah mendengar kalau korban ditemukan. Rencananya, jasad korban akan dibawa ke kamar mayat RSD dr Soebandi,” ucap Bripka M Nur Afandi, Kanit Reskrim Polsek Tempurejo.

Namun, rencana membawa jenazah ke rumah sakit itu urung dilakukan dan berganti menuju Puskesmas Tempurejo. Namun, lagi-lagi upaya itu tak berjalan mulus karena ada sekelompok orang yang masih keluarga korban menolak rencana itu. Mereka meminta agar jasad tidak dibawa ke puskesmas, tapi langsung ke rumah duka. Irwansyah, sopir ambulans, mengaku sempat mendapat ancaman. Bahkan, kendaraan yang ia kemudikan juga dipukul menggunakan tangan kosong.

Gelagat penolakan ini sebenarnya sudah tercium polisi, sehingga petugas melakukan antisipasi dengan melakukan pengawalan. Benar saja, sesampainya di simpang tiga Desa Cangkring dan simpang empat sebelum Puskesmas Tempurejo, masa menghadang ambulans tersebut. “Mobil saya juga dihadang dan tidak boleh melanjutkan ke Puskesmas Tempurejo,” kata Afandi.

Melihat warga yang mulai beringas, polisi kemudian turun dari kendaraan menuju massa yang menutup akses jalan. Massa awalnya memaksa agar jenazah itu langsung dibawa pulang. Namun, setelah diberi penjelasan bahwa harus dilakukan visum terhadap jenazah korban, massa mulai menyadarinya. “Setelah korban dilakukan visum luar oleh petugas puskesmas, jenazah langsung diserahkan kepada keluarganya,” pungkas Afandi.

 

Reporter: Jumai
Fotografer: Jumai
Editor: Mahrus Sholih

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca