22.7 C
Jember
Sunday, 26 March 2023

Sepinya Lin Bukan karena Saingan Semata

Zona Sekolah Jadi Faktor X

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER LOR, RADARJEMBER.ID – Mobil penumpang umum (MPU) seperti lin, memang pernah jaya pada masanya. Namun, seiring perkembangan zaman, transportasi ini semakin terancam karena pesaingnya bisa dipesan secara daring. Pesaingnya juga memiliki jalur bebas, tidak ditentukan dan dibatasi seperti jalur operasi angkot. Hal ini lah yang membuat tantangan MPU semakin berat.

Sopir lin kuning, Erik Eko Pramono mengatakan, sebelum pandemi atau pada tahun 2019, sekitar 70 persen anak sekolah masih memanfaatkan MPU terutama lin. “Sekarang sangat sepi penumpang, terutama saat adanya pandemi,” katanya.

Tak hanya itu, sepinya MPU menurutnya juga terjadi karena faktor X. Yaitu adanya penerapan zona sekolah bagi siswa setingkat SD sampai SMA. Ini diakui sangat mempengaruhi turunnya pendapatan sopir.

Mobile_AP_Rectangle 2

dan zona sekolah itu sangat mempengaruhi, “Dulu sebelum korona sehari bisa bawa pulang uang Rp 60 ribu, tetapi sekarang cuma Rp 30 ribu. Bahkan sering tidak bawa pulang uang,” bebernya.

Dengan adanya pandemi korona, adanya angkutan dengan layanan daring, serta sistem zonasi pada setiap sekolah, membuat siswa banyak yang memilih jalan kaki, serta diantar oleh orang tuanya, karena dekat. “Akhir bulan 2022 sempat dilaksanakan angkutan gratis selama 20 hari dan angkutan gratis tersebut ada waktu tertentu juga,” ujar pria usia 48 tersebut.

Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Jember Agus Wijaya mengatakan, kemajuan zaman yang serba digitalisasi, tidak bisa dibendung. Semua masyarakat akan lebih memilih yang lebih mudah dan cepat. Menurutnya, perlu ada perubahan untuk angkutan umum seperti lin, terutama di era digitalisasi ini. “Kita juga sempat melakukan angkutan gratis selama 20 hari itupun dikarenakan mendapatkan dana dari APBN yang dialokasikan ke lin. Kami tidak bisa terus-menerus menopang itu,” bebernya. (mg4/nur)

- Advertisement -

JEMBER LOR, RADARJEMBER.ID – Mobil penumpang umum (MPU) seperti lin, memang pernah jaya pada masanya. Namun, seiring perkembangan zaman, transportasi ini semakin terancam karena pesaingnya bisa dipesan secara daring. Pesaingnya juga memiliki jalur bebas, tidak ditentukan dan dibatasi seperti jalur operasi angkot. Hal ini lah yang membuat tantangan MPU semakin berat.

Sopir lin kuning, Erik Eko Pramono mengatakan, sebelum pandemi atau pada tahun 2019, sekitar 70 persen anak sekolah masih memanfaatkan MPU terutama lin. “Sekarang sangat sepi penumpang, terutama saat adanya pandemi,” katanya.

Tak hanya itu, sepinya MPU menurutnya juga terjadi karena faktor X. Yaitu adanya penerapan zona sekolah bagi siswa setingkat SD sampai SMA. Ini diakui sangat mempengaruhi turunnya pendapatan sopir.

dan zona sekolah itu sangat mempengaruhi, “Dulu sebelum korona sehari bisa bawa pulang uang Rp 60 ribu, tetapi sekarang cuma Rp 30 ribu. Bahkan sering tidak bawa pulang uang,” bebernya.

Dengan adanya pandemi korona, adanya angkutan dengan layanan daring, serta sistem zonasi pada setiap sekolah, membuat siswa banyak yang memilih jalan kaki, serta diantar oleh orang tuanya, karena dekat. “Akhir bulan 2022 sempat dilaksanakan angkutan gratis selama 20 hari dan angkutan gratis tersebut ada waktu tertentu juga,” ujar pria usia 48 tersebut.

Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Jember Agus Wijaya mengatakan, kemajuan zaman yang serba digitalisasi, tidak bisa dibendung. Semua masyarakat akan lebih memilih yang lebih mudah dan cepat. Menurutnya, perlu ada perubahan untuk angkutan umum seperti lin, terutama di era digitalisasi ini. “Kita juga sempat melakukan angkutan gratis selama 20 hari itupun dikarenakan mendapatkan dana dari APBN yang dialokasikan ke lin. Kami tidak bisa terus-menerus menopang itu,” bebernya. (mg4/nur)

JEMBER LOR, RADARJEMBER.ID – Mobil penumpang umum (MPU) seperti lin, memang pernah jaya pada masanya. Namun, seiring perkembangan zaman, transportasi ini semakin terancam karena pesaingnya bisa dipesan secara daring. Pesaingnya juga memiliki jalur bebas, tidak ditentukan dan dibatasi seperti jalur operasi angkot. Hal ini lah yang membuat tantangan MPU semakin berat.

Sopir lin kuning, Erik Eko Pramono mengatakan, sebelum pandemi atau pada tahun 2019, sekitar 70 persen anak sekolah masih memanfaatkan MPU terutama lin. “Sekarang sangat sepi penumpang, terutama saat adanya pandemi,” katanya.

Tak hanya itu, sepinya MPU menurutnya juga terjadi karena faktor X. Yaitu adanya penerapan zona sekolah bagi siswa setingkat SD sampai SMA. Ini diakui sangat mempengaruhi turunnya pendapatan sopir.

dan zona sekolah itu sangat mempengaruhi, “Dulu sebelum korona sehari bisa bawa pulang uang Rp 60 ribu, tetapi sekarang cuma Rp 30 ribu. Bahkan sering tidak bawa pulang uang,” bebernya.

Dengan adanya pandemi korona, adanya angkutan dengan layanan daring, serta sistem zonasi pada setiap sekolah, membuat siswa banyak yang memilih jalan kaki, serta diantar oleh orang tuanya, karena dekat. “Akhir bulan 2022 sempat dilaksanakan angkutan gratis selama 20 hari dan angkutan gratis tersebut ada waktu tertentu juga,” ujar pria usia 48 tersebut.

Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Jember Agus Wijaya mengatakan, kemajuan zaman yang serba digitalisasi, tidak bisa dibendung. Semua masyarakat akan lebih memilih yang lebih mudah dan cepat. Menurutnya, perlu ada perubahan untuk angkutan umum seperti lin, terutama di era digitalisasi ini. “Kita juga sempat melakukan angkutan gratis selama 20 hari itupun dikarenakan mendapatkan dana dari APBN yang dialokasikan ke lin. Kami tidak bisa terus-menerus menopang itu,” bebernya. (mg4/nur)

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca