23.2 C
Jember
Tuesday, 28 March 2023

Faktor yang Bikin Rusak Jalanan Jember

Kendaraan Bertonase Tinggi Bebas Berkeliaran

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Di tengah proyek perbaikan jalan sepanjang 1.080 kilometer yang terus digeber Pemkab Jember, belakangan ini, sepertinya belum diimbangi dengan kontrol dan pengawasan kendaraan bertonase tinggi. Sebab, di beberapa desa masih saja ditemukan kendaraan pengangkut dengan muatan yang melebihi kekuatan dan kapasitas jalan. Padahal, kendaraan jenis ini yang kerap dituding menjadi biang pendeknya usia aspal.

Bahkan, di beberapa kecamatan, kelompok masyarakat mengeluhkan banyaknya kendaraan dump truck yang lalu lalang di jalanan penghubung desa. Seperti yang sempat terjadi di Desa Garahan dan Sidomulyo, Kecamatan Silo. Bahkan, warga sampai memasang banner yang berisikan penolakan.

Kondisi itu disayangkan. Terlebih, memperbaiki jalan menelan anggaran yang cukup besar. Lebih setengah triliun rupiah yang dianggarkan dalam tahun jamak. Bupati Jember Hendy Siswanto juga sempat menegaskan bahwa kekuatan jalan yang hari ini diperbaiki itu maksimal hanya delapan ton. “Tolong warga yang punya truk, kapasitas jalan kita hanya delapan ton. Jangan disalahkan jalannya, karena kelas jalan kita bukan kelas satu,” kata Hendy, beberapa waktu lalu.

Mobile_AP_Rectangle 2

Hal itu cukup mendasar. Mengingat, berbagai jalan yang ada memang beda tipe atau kelasnya. Perbedaan kelas itu juga membedakan kekuatan jalan. Jika kendaraan bertonase tinggi dipaksakan lewat di jalan yang bukan semestinya, jelas akan memperpendek usia aspal. Di sisi lain, jembatan timbang sebagai pengontrol dan pengawasan terhadap kendaraan bertonase tinggi hingga kini masih belum berfungsi.

Pemkab Jember melalui Dinas Perhubungan (Dishub) Jember juga tidak bisa berbuat banyak. Sebab, sejak beberapa tahun terakhir, pengelolaan jembatan timbang di Rambipuji itu sudah diambil alih oleh Kementerian. “Jembatan timbang kewenangannya sudah masuk kementerian,” terang Gatot Triyono, Sekretaris Dishub Jember, kemarin (2/1). (mau/c2/rus)

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Di tengah proyek perbaikan jalan sepanjang 1.080 kilometer yang terus digeber Pemkab Jember, belakangan ini, sepertinya belum diimbangi dengan kontrol dan pengawasan kendaraan bertonase tinggi. Sebab, di beberapa desa masih saja ditemukan kendaraan pengangkut dengan muatan yang melebihi kekuatan dan kapasitas jalan. Padahal, kendaraan jenis ini yang kerap dituding menjadi biang pendeknya usia aspal.

Bahkan, di beberapa kecamatan, kelompok masyarakat mengeluhkan banyaknya kendaraan dump truck yang lalu lalang di jalanan penghubung desa. Seperti yang sempat terjadi di Desa Garahan dan Sidomulyo, Kecamatan Silo. Bahkan, warga sampai memasang banner yang berisikan penolakan.

Kondisi itu disayangkan. Terlebih, memperbaiki jalan menelan anggaran yang cukup besar. Lebih setengah triliun rupiah yang dianggarkan dalam tahun jamak. Bupati Jember Hendy Siswanto juga sempat menegaskan bahwa kekuatan jalan yang hari ini diperbaiki itu maksimal hanya delapan ton. “Tolong warga yang punya truk, kapasitas jalan kita hanya delapan ton. Jangan disalahkan jalannya, karena kelas jalan kita bukan kelas satu,” kata Hendy, beberapa waktu lalu.

Hal itu cukup mendasar. Mengingat, berbagai jalan yang ada memang beda tipe atau kelasnya. Perbedaan kelas itu juga membedakan kekuatan jalan. Jika kendaraan bertonase tinggi dipaksakan lewat di jalan yang bukan semestinya, jelas akan memperpendek usia aspal. Di sisi lain, jembatan timbang sebagai pengontrol dan pengawasan terhadap kendaraan bertonase tinggi hingga kini masih belum berfungsi.

Pemkab Jember melalui Dinas Perhubungan (Dishub) Jember juga tidak bisa berbuat banyak. Sebab, sejak beberapa tahun terakhir, pengelolaan jembatan timbang di Rambipuji itu sudah diambil alih oleh Kementerian. “Jembatan timbang kewenangannya sudah masuk kementerian,” terang Gatot Triyono, Sekretaris Dishub Jember, kemarin (2/1). (mau/c2/rus)

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Di tengah proyek perbaikan jalan sepanjang 1.080 kilometer yang terus digeber Pemkab Jember, belakangan ini, sepertinya belum diimbangi dengan kontrol dan pengawasan kendaraan bertonase tinggi. Sebab, di beberapa desa masih saja ditemukan kendaraan pengangkut dengan muatan yang melebihi kekuatan dan kapasitas jalan. Padahal, kendaraan jenis ini yang kerap dituding menjadi biang pendeknya usia aspal.

Bahkan, di beberapa kecamatan, kelompok masyarakat mengeluhkan banyaknya kendaraan dump truck yang lalu lalang di jalanan penghubung desa. Seperti yang sempat terjadi di Desa Garahan dan Sidomulyo, Kecamatan Silo. Bahkan, warga sampai memasang banner yang berisikan penolakan.

Kondisi itu disayangkan. Terlebih, memperbaiki jalan menelan anggaran yang cukup besar. Lebih setengah triliun rupiah yang dianggarkan dalam tahun jamak. Bupati Jember Hendy Siswanto juga sempat menegaskan bahwa kekuatan jalan yang hari ini diperbaiki itu maksimal hanya delapan ton. “Tolong warga yang punya truk, kapasitas jalan kita hanya delapan ton. Jangan disalahkan jalannya, karena kelas jalan kita bukan kelas satu,” kata Hendy, beberapa waktu lalu.

Hal itu cukup mendasar. Mengingat, berbagai jalan yang ada memang beda tipe atau kelasnya. Perbedaan kelas itu juga membedakan kekuatan jalan. Jika kendaraan bertonase tinggi dipaksakan lewat di jalan yang bukan semestinya, jelas akan memperpendek usia aspal. Di sisi lain, jembatan timbang sebagai pengontrol dan pengawasan terhadap kendaraan bertonase tinggi hingga kini masih belum berfungsi.

Pemkab Jember melalui Dinas Perhubungan (Dishub) Jember juga tidak bisa berbuat banyak. Sebab, sejak beberapa tahun terakhir, pengelolaan jembatan timbang di Rambipuji itu sudah diambil alih oleh Kementerian. “Jembatan timbang kewenangannya sudah masuk kementerian,” terang Gatot Triyono, Sekretaris Dishub Jember, kemarin (2/1). (mau/c2/rus)

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca