23.3 C
Jember
Tuesday, 28 March 2023

Ini Dia Hakikat Penting dalam Jiwa Karateka Jember

Diawali Split agar Tendangan Melejit

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – KARATE menjadi olahraga yang tengah digeluti oleh Mayang Ananda Putri. Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Jember (Unej) ini adalah karateka kumite yang sebelumnya turun di nomor under 55 kilogram. Dalam seleksi cabang olahraga (cabor) karate tersebut, Mayang lolos dan siap menatap training center (TC) dalam persiapan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jatim.

Perempuan 20 tahun ini mengaku, untuk tetap menjaga konsistensi sebagai seorang karateka pada usia remaja adalah hal yang berat. “Waktu SMA mulai nakal tidak latihan,” ucapnya. Pada usia tersebut, dia mengaku, menjadi usia terberat dalam menentukan apakah terus untuk menjadi karateka atau tidak.

Mayang kembali fokus ke dunia karate karena melihat medali yang selama ini dikumpulkan. “Ya, kalau mau berhenti itu harus ingat pertama kali memulai. Rasanya sayang kalau berhenti begitu saja. Apalagi sejak TK telah mengenal karate,” imbuhnya.

Mobile_AP_Rectangle 2

Jurus atau gerakan karate bagi Mayang juga mudah dilakukan, termasuk melakukan tendangan dengan target kepala. Justru yang berat adalah mulai dewasa melakukan gerakan semacam itu, jika tidak terus diasah. “Kalau semakin dewasa itu tidak selentur waktu kecil. Jadi, harus setiap hari latihan,” terangnya.

Menu wajib latihan yang dilakukan Mayang adalah split. Gerakan pemanasan tersebut tidak boleh ditinggalkan, karena itu menjaga kelenturan otot. “Kalau dua hari saja tidak latihan, termasuk tidak split, rasanya itu kembali ke nol lagi. Latihannya kembali mulai dari nol,” jelasnya. Karena itu, setiap hari yang dilakukan Mayang adalah split.

Sekretaris Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (Forki) Jember Siswandi mengatakan, dalam pertandingan karate kumite, gerakan yang mudah mendapatkan poin adalah pukulan. Namun, untuk mendapatkan poin besar adalah lewat serangan dari kaki atau tendangan. “Kalau tendangan ke badan itu dapat poin dua dan kepala poin tiga. Pukulan hanya dapat satu poin,” ucapnya.

Dia menjelaskan, karate memang bukan olahraga yang mengedepankan serangan tendangan semata. Namun, kombinasi keduanya. Oleh karena itu, tendangan juga harus dikuasai karena mendapatkan poin lebih tinggi daripada pukulan.

Atlet yang kerap mendapatkan poin lewat tendangan berarti bukan karateka sembarangan. Artinya, saat melancarkan serangan tendangan juga harus berpikir lebih matang lagi. Sebab, untuk melepaskan tendangan butuh waktu lebih lama ketimbang pukulan. Sehingga, lawan bisa menangkis, menghindar, hingga berbalik menyerang.

Dalam karate ada hakikat penting dalam jiwa karateka. Yaitu, harus mampu mengelola emosi. Terlebih, olahraga bela diri ini pada saat pertandingan tidak sampai melukai. “Kalau pertandingan pukulan dan tendangan itu tidak sampai mengenai lawan, harus ditarik, sekitar 10 cm jaraknya,” ucapnya.

Bahkan, bila pukulan ataupun tendangan sampai mendarat ke tubuh lawan hingga mengakibatkan fatal atau lainnya, atlet itu langsung didiskualifikasi. “Tendang ataupun pukulan, tapi tidak teriak, juga tidak dapat poin. Makanya dalam karate ini mengajarkan mengolah emosi, menahan emosi, hingga tetap tenang tidak terbawa emosi,” katanya.

Mampu menahan emosi juga termasuk dalam lima sumpah karateka. Sanggup memelihara kepribadian, sanggup patuh pada kejujuran, sanggup mempertinggi prestasi, sanggup menjaga sopan santun, dan sanggup menguasai diri. Dan memilih menyelesaikan masalah dengan musyawarah daripada mengepalkan tangan, serta selalu menghindari perkelahian. Teknik karate bisa dipakai hanya dalam keadaan terpaksa dan tidak ada jalan lain untuk menghindar.

Reporter : Dwi Siswanto

Fotografer : Dwi Siswanto

Editor : Mahrus Sholih

 

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – KARATE menjadi olahraga yang tengah digeluti oleh Mayang Ananda Putri. Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Jember (Unej) ini adalah karateka kumite yang sebelumnya turun di nomor under 55 kilogram. Dalam seleksi cabang olahraga (cabor) karate tersebut, Mayang lolos dan siap menatap training center (TC) dalam persiapan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jatim.

Perempuan 20 tahun ini mengaku, untuk tetap menjaga konsistensi sebagai seorang karateka pada usia remaja adalah hal yang berat. “Waktu SMA mulai nakal tidak latihan,” ucapnya. Pada usia tersebut, dia mengaku, menjadi usia terberat dalam menentukan apakah terus untuk menjadi karateka atau tidak.

Mayang kembali fokus ke dunia karate karena melihat medali yang selama ini dikumpulkan. “Ya, kalau mau berhenti itu harus ingat pertama kali memulai. Rasanya sayang kalau berhenti begitu saja. Apalagi sejak TK telah mengenal karate,” imbuhnya.

Jurus atau gerakan karate bagi Mayang juga mudah dilakukan, termasuk melakukan tendangan dengan target kepala. Justru yang berat adalah mulai dewasa melakukan gerakan semacam itu, jika tidak terus diasah. “Kalau semakin dewasa itu tidak selentur waktu kecil. Jadi, harus setiap hari latihan,” terangnya.

Menu wajib latihan yang dilakukan Mayang adalah split. Gerakan pemanasan tersebut tidak boleh ditinggalkan, karena itu menjaga kelenturan otot. “Kalau dua hari saja tidak latihan, termasuk tidak split, rasanya itu kembali ke nol lagi. Latihannya kembali mulai dari nol,” jelasnya. Karena itu, setiap hari yang dilakukan Mayang adalah split.

Sekretaris Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (Forki) Jember Siswandi mengatakan, dalam pertandingan karate kumite, gerakan yang mudah mendapatkan poin adalah pukulan. Namun, untuk mendapatkan poin besar adalah lewat serangan dari kaki atau tendangan. “Kalau tendangan ke badan itu dapat poin dua dan kepala poin tiga. Pukulan hanya dapat satu poin,” ucapnya.

Dia menjelaskan, karate memang bukan olahraga yang mengedepankan serangan tendangan semata. Namun, kombinasi keduanya. Oleh karena itu, tendangan juga harus dikuasai karena mendapatkan poin lebih tinggi daripada pukulan.

Atlet yang kerap mendapatkan poin lewat tendangan berarti bukan karateka sembarangan. Artinya, saat melancarkan serangan tendangan juga harus berpikir lebih matang lagi. Sebab, untuk melepaskan tendangan butuh waktu lebih lama ketimbang pukulan. Sehingga, lawan bisa menangkis, menghindar, hingga berbalik menyerang.

Dalam karate ada hakikat penting dalam jiwa karateka. Yaitu, harus mampu mengelola emosi. Terlebih, olahraga bela diri ini pada saat pertandingan tidak sampai melukai. “Kalau pertandingan pukulan dan tendangan itu tidak sampai mengenai lawan, harus ditarik, sekitar 10 cm jaraknya,” ucapnya.

Bahkan, bila pukulan ataupun tendangan sampai mendarat ke tubuh lawan hingga mengakibatkan fatal atau lainnya, atlet itu langsung didiskualifikasi. “Tendang ataupun pukulan, tapi tidak teriak, juga tidak dapat poin. Makanya dalam karate ini mengajarkan mengolah emosi, menahan emosi, hingga tetap tenang tidak terbawa emosi,” katanya.

Mampu menahan emosi juga termasuk dalam lima sumpah karateka. Sanggup memelihara kepribadian, sanggup patuh pada kejujuran, sanggup mempertinggi prestasi, sanggup menjaga sopan santun, dan sanggup menguasai diri. Dan memilih menyelesaikan masalah dengan musyawarah daripada mengepalkan tangan, serta selalu menghindari perkelahian. Teknik karate bisa dipakai hanya dalam keadaan terpaksa dan tidak ada jalan lain untuk menghindar.

Reporter : Dwi Siswanto

Fotografer : Dwi Siswanto

Editor : Mahrus Sholih

 

JEMBER, RADARJEMBER.ID – KARATE menjadi olahraga yang tengah digeluti oleh Mayang Ananda Putri. Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Jember (Unej) ini adalah karateka kumite yang sebelumnya turun di nomor under 55 kilogram. Dalam seleksi cabang olahraga (cabor) karate tersebut, Mayang lolos dan siap menatap training center (TC) dalam persiapan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jatim.

Perempuan 20 tahun ini mengaku, untuk tetap menjaga konsistensi sebagai seorang karateka pada usia remaja adalah hal yang berat. “Waktu SMA mulai nakal tidak latihan,” ucapnya. Pada usia tersebut, dia mengaku, menjadi usia terberat dalam menentukan apakah terus untuk menjadi karateka atau tidak.

Mayang kembali fokus ke dunia karate karena melihat medali yang selama ini dikumpulkan. “Ya, kalau mau berhenti itu harus ingat pertama kali memulai. Rasanya sayang kalau berhenti begitu saja. Apalagi sejak TK telah mengenal karate,” imbuhnya.

Jurus atau gerakan karate bagi Mayang juga mudah dilakukan, termasuk melakukan tendangan dengan target kepala. Justru yang berat adalah mulai dewasa melakukan gerakan semacam itu, jika tidak terus diasah. “Kalau semakin dewasa itu tidak selentur waktu kecil. Jadi, harus setiap hari latihan,” terangnya.

Menu wajib latihan yang dilakukan Mayang adalah split. Gerakan pemanasan tersebut tidak boleh ditinggalkan, karena itu menjaga kelenturan otot. “Kalau dua hari saja tidak latihan, termasuk tidak split, rasanya itu kembali ke nol lagi. Latihannya kembali mulai dari nol,” jelasnya. Karena itu, setiap hari yang dilakukan Mayang adalah split.

Sekretaris Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (Forki) Jember Siswandi mengatakan, dalam pertandingan karate kumite, gerakan yang mudah mendapatkan poin adalah pukulan. Namun, untuk mendapatkan poin besar adalah lewat serangan dari kaki atau tendangan. “Kalau tendangan ke badan itu dapat poin dua dan kepala poin tiga. Pukulan hanya dapat satu poin,” ucapnya.

Dia menjelaskan, karate memang bukan olahraga yang mengedepankan serangan tendangan semata. Namun, kombinasi keduanya. Oleh karena itu, tendangan juga harus dikuasai karena mendapatkan poin lebih tinggi daripada pukulan.

Atlet yang kerap mendapatkan poin lewat tendangan berarti bukan karateka sembarangan. Artinya, saat melancarkan serangan tendangan juga harus berpikir lebih matang lagi. Sebab, untuk melepaskan tendangan butuh waktu lebih lama ketimbang pukulan. Sehingga, lawan bisa menangkis, menghindar, hingga berbalik menyerang.

Dalam karate ada hakikat penting dalam jiwa karateka. Yaitu, harus mampu mengelola emosi. Terlebih, olahraga bela diri ini pada saat pertandingan tidak sampai melukai. “Kalau pertandingan pukulan dan tendangan itu tidak sampai mengenai lawan, harus ditarik, sekitar 10 cm jaraknya,” ucapnya.

Bahkan, bila pukulan ataupun tendangan sampai mendarat ke tubuh lawan hingga mengakibatkan fatal atau lainnya, atlet itu langsung didiskualifikasi. “Tendang ataupun pukulan, tapi tidak teriak, juga tidak dapat poin. Makanya dalam karate ini mengajarkan mengolah emosi, menahan emosi, hingga tetap tenang tidak terbawa emosi,” katanya.

Mampu menahan emosi juga termasuk dalam lima sumpah karateka. Sanggup memelihara kepribadian, sanggup patuh pada kejujuran, sanggup mempertinggi prestasi, sanggup menjaga sopan santun, dan sanggup menguasai diri. Dan memilih menyelesaikan masalah dengan musyawarah daripada mengepalkan tangan, serta selalu menghindari perkelahian. Teknik karate bisa dipakai hanya dalam keadaan terpaksa dan tidak ada jalan lain untuk menghindar.

Reporter : Dwi Siswanto

Fotografer : Dwi Siswanto

Editor : Mahrus Sholih

 

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca