30.5 C
Jember
Friday, 9 June 2023

Meneguhkan Kebangsaan, Menolak Politik Identitas

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID- Dua Pemilihan Presiden (Pilpres) terakhir, Indonesia tercemari dengan kentalnya politik identitas. Dampaknya, pemilih di republik ini terbelah menjadi dua kelompok. Bahkan, polarisasi imbas politik identitas itu cukup terasa di akar rumput. Rakyat terbelah. Masing-masing saling curiga.

Mencegah terulangnya praktik politik identitas itu, perlu ada upaya bersama untuk meneguhkan kembali nilai-nilai kebangsaan. Merajut pelbagai perbedaan itu dalam bingkai keberagaman. “Dua kali pilpres politik identitas memang cukup kuat. Namun pada pilpres mendatang saya meyakini sudah tidak menonjol lagi. Bahkan, sudah tidak laku seperti pemilu sebelumnya,” kata Muhammad Fawait, Presiden Laskar Sholawat Nusantara (LSN).

Pernyataan itu ia sampaikan kepada Jawa Pos Radar Jember seusai menyambut kedatangan Wakil Ketua MPR Ahmad Muzani di Pondok Pesantren Nurul Chotib Al Qodiri IV Desa Wringinagung, Kecamatan Jombang, Jember, Jumat (2/9) sore. Agenda itu berbarengan dengan Apel Sholawat Kebangsaan dan Pengukuhan Dewan Pengurus Cabang (DPC), serta Pengurus Anak Cabang (PAC) LSN Jember dan Lumajang.

Mobile_AP_Rectangle 2

BACA JUGA: Cara Bentuk Pemimpin Muda Berkharakter: Ngaji, Ngopi dan Diskusi

Ketua Fraksi Partai Gerindra di DPRD Jawa Timur ini mengungkapkan, bergabungnya Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di dalam Kabinet Indonesia Maju (KIB) Presiden Joko Widodo, menjadi contoh bahwa urusan negara dan bangsa jauh lebih penting ketimbang urusan lain. Hal ini juga yang menjadi dasar penilaiannya jika politik identitas tidak akan laku lagi pada pemilu dan Pilpres 2024 nanti.

Anggota DPRD Jatim yang akrab disapa Gus Fawait ini juga menyatakan, semangat kebangsaan itu yang mendorong LSN, organisasi kemasyarakatan yang ia dirikan, mengadopsi keragaman dalam jajaran kepengurusannya. Tidak hanya Islam, tapi juga ada Hindu dan Kristen. Bahkan, penasihat LSN Bondowoso beragama Katolik.

“Rencananya, mars LSN juga akan diaransemen ulang oleh GKJW (Gereja Kristen Jawi Wetan). Ini menunjukkan semangat kebangsaan kami tidak hanya dalam bentuk pernyataan, tapi juga tindakan,” paparnya.

Meski kedatangan tamu Ahmad Muzani, Wakil Ketua MPR yang juga Sekretaris Jenderal Partai Gerindra, serta sejumlah politisi partai besutan Prabowo Subianto, namun Gus Fawait menampik jika agenda ini merupakan konsolidasi partai untuk pemilu 2024 nanti. Dia berkata, acara tersebut murni bernuansa kebangsaan dan keagamaan dengan menggemakan salawat bersama-sama.

“Bukan agenda partai. Beberapa waktu lalu kami juga kedatangan Pak Erick Thohir. Jadi ini murni Apel Sholawat Kebangsaan yang rutin kami gelar. Karena LSN sebuah organisasi yang bergerak di bidang sosial keagamaan, serta ekonomi mikro. Bukan milik partai,” tegasnya.

Suasana keberagaman pada ajang salawatan tersebut memang cukup terasa. Jamaah yang hadir tidak hanya dari kalangan NU, tapi juga Muhammadiyah, serta agama lain. Paling kentara adalah adanya penjagaan dari orang-orang yang berseragam Banser dan Kokam. Banser merupakan organisasi di bawah GP Ansor NU, sedangkan Kokam di bawah naungan Muhammadiyah.

“Saya baru ketemu sebuah acara keagamaan, sebuah tabligh dan acara salawat, yang kanan diamankan oleh Banser NU dan kiri dijaga oleh Kokam Muhammadiyah,” ujar Ahmad Muzani, ketika berpidato.

Dia pun mengapresiasi cara LSN dalam mempertemukan kekuatan, menyatukan perbedaan, serta menjadikannya sebagai energi dalam meneguhkan semangat berbangsa dan bernegara. Hal ini, disebutnya sesuai dengan yang diamanatkan oleh Prabowo. “Amanat Pak Prabowo, bangsa ini akan kuat kalau kita bersatu. Republik ini akan kuat kalau kita menyatu. Dan perbedaan itu bisa kita satukan dengan bersalawat,” ucapnya.

Dia pun menyambut baik cara Gus Fawait dalam menyatukan kekuatan yang berserakan itu. Karena Muzani juga meyakini, keberkahan salawat akan dirasakan tidak hanya di Jember, tapi juga Jawa Timur dan seluruh Indonesia. “Silakan dibentuk laskar salawat di luar Jawa. Karena keberkahan salawat akan mendorong kita menjadi bangsa yang maju di masa depan,” jelasnya. (*)

Foto  : Ghofur untuk Radar Jember

Editor: Mahrus Sholih

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID- Dua Pemilihan Presiden (Pilpres) terakhir, Indonesia tercemari dengan kentalnya politik identitas. Dampaknya, pemilih di republik ini terbelah menjadi dua kelompok. Bahkan, polarisasi imbas politik identitas itu cukup terasa di akar rumput. Rakyat terbelah. Masing-masing saling curiga.

Mencegah terulangnya praktik politik identitas itu, perlu ada upaya bersama untuk meneguhkan kembali nilai-nilai kebangsaan. Merajut pelbagai perbedaan itu dalam bingkai keberagaman. “Dua kali pilpres politik identitas memang cukup kuat. Namun pada pilpres mendatang saya meyakini sudah tidak menonjol lagi. Bahkan, sudah tidak laku seperti pemilu sebelumnya,” kata Muhammad Fawait, Presiden Laskar Sholawat Nusantara (LSN).

Pernyataan itu ia sampaikan kepada Jawa Pos Radar Jember seusai menyambut kedatangan Wakil Ketua MPR Ahmad Muzani di Pondok Pesantren Nurul Chotib Al Qodiri IV Desa Wringinagung, Kecamatan Jombang, Jember, Jumat (2/9) sore. Agenda itu berbarengan dengan Apel Sholawat Kebangsaan dan Pengukuhan Dewan Pengurus Cabang (DPC), serta Pengurus Anak Cabang (PAC) LSN Jember dan Lumajang.

BACA JUGA: Cara Bentuk Pemimpin Muda Berkharakter: Ngaji, Ngopi dan Diskusi

Ketua Fraksi Partai Gerindra di DPRD Jawa Timur ini mengungkapkan, bergabungnya Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di dalam Kabinet Indonesia Maju (KIB) Presiden Joko Widodo, menjadi contoh bahwa urusan negara dan bangsa jauh lebih penting ketimbang urusan lain. Hal ini juga yang menjadi dasar penilaiannya jika politik identitas tidak akan laku lagi pada pemilu dan Pilpres 2024 nanti.

Anggota DPRD Jatim yang akrab disapa Gus Fawait ini juga menyatakan, semangat kebangsaan itu yang mendorong LSN, organisasi kemasyarakatan yang ia dirikan, mengadopsi keragaman dalam jajaran kepengurusannya. Tidak hanya Islam, tapi juga ada Hindu dan Kristen. Bahkan, penasihat LSN Bondowoso beragama Katolik.

“Rencananya, mars LSN juga akan diaransemen ulang oleh GKJW (Gereja Kristen Jawi Wetan). Ini menunjukkan semangat kebangsaan kami tidak hanya dalam bentuk pernyataan, tapi juga tindakan,” paparnya.

Meski kedatangan tamu Ahmad Muzani, Wakil Ketua MPR yang juga Sekretaris Jenderal Partai Gerindra, serta sejumlah politisi partai besutan Prabowo Subianto, namun Gus Fawait menampik jika agenda ini merupakan konsolidasi partai untuk pemilu 2024 nanti. Dia berkata, acara tersebut murni bernuansa kebangsaan dan keagamaan dengan menggemakan salawat bersama-sama.

“Bukan agenda partai. Beberapa waktu lalu kami juga kedatangan Pak Erick Thohir. Jadi ini murni Apel Sholawat Kebangsaan yang rutin kami gelar. Karena LSN sebuah organisasi yang bergerak di bidang sosial keagamaan, serta ekonomi mikro. Bukan milik partai,” tegasnya.

Suasana keberagaman pada ajang salawatan tersebut memang cukup terasa. Jamaah yang hadir tidak hanya dari kalangan NU, tapi juga Muhammadiyah, serta agama lain. Paling kentara adalah adanya penjagaan dari orang-orang yang berseragam Banser dan Kokam. Banser merupakan organisasi di bawah GP Ansor NU, sedangkan Kokam di bawah naungan Muhammadiyah.

“Saya baru ketemu sebuah acara keagamaan, sebuah tabligh dan acara salawat, yang kanan diamankan oleh Banser NU dan kiri dijaga oleh Kokam Muhammadiyah,” ujar Ahmad Muzani, ketika berpidato.

Dia pun mengapresiasi cara LSN dalam mempertemukan kekuatan, menyatukan perbedaan, serta menjadikannya sebagai energi dalam meneguhkan semangat berbangsa dan bernegara. Hal ini, disebutnya sesuai dengan yang diamanatkan oleh Prabowo. “Amanat Pak Prabowo, bangsa ini akan kuat kalau kita bersatu. Republik ini akan kuat kalau kita menyatu. Dan perbedaan itu bisa kita satukan dengan bersalawat,” ucapnya.

Dia pun menyambut baik cara Gus Fawait dalam menyatukan kekuatan yang berserakan itu. Karena Muzani juga meyakini, keberkahan salawat akan dirasakan tidak hanya di Jember, tapi juga Jawa Timur dan seluruh Indonesia. “Silakan dibentuk laskar salawat di luar Jawa. Karena keberkahan salawat akan mendorong kita menjadi bangsa yang maju di masa depan,” jelasnya. (*)

Foto  : Ghofur untuk Radar Jember

Editor: Mahrus Sholih

JEMBER, RADARJEMBER.ID- Dua Pemilihan Presiden (Pilpres) terakhir, Indonesia tercemari dengan kentalnya politik identitas. Dampaknya, pemilih di republik ini terbelah menjadi dua kelompok. Bahkan, polarisasi imbas politik identitas itu cukup terasa di akar rumput. Rakyat terbelah. Masing-masing saling curiga.

Mencegah terulangnya praktik politik identitas itu, perlu ada upaya bersama untuk meneguhkan kembali nilai-nilai kebangsaan. Merajut pelbagai perbedaan itu dalam bingkai keberagaman. “Dua kali pilpres politik identitas memang cukup kuat. Namun pada pilpres mendatang saya meyakini sudah tidak menonjol lagi. Bahkan, sudah tidak laku seperti pemilu sebelumnya,” kata Muhammad Fawait, Presiden Laskar Sholawat Nusantara (LSN).

Pernyataan itu ia sampaikan kepada Jawa Pos Radar Jember seusai menyambut kedatangan Wakil Ketua MPR Ahmad Muzani di Pondok Pesantren Nurul Chotib Al Qodiri IV Desa Wringinagung, Kecamatan Jombang, Jember, Jumat (2/9) sore. Agenda itu berbarengan dengan Apel Sholawat Kebangsaan dan Pengukuhan Dewan Pengurus Cabang (DPC), serta Pengurus Anak Cabang (PAC) LSN Jember dan Lumajang.

BACA JUGA: Cara Bentuk Pemimpin Muda Berkharakter: Ngaji, Ngopi dan Diskusi

Ketua Fraksi Partai Gerindra di DPRD Jawa Timur ini mengungkapkan, bergabungnya Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di dalam Kabinet Indonesia Maju (KIB) Presiden Joko Widodo, menjadi contoh bahwa urusan negara dan bangsa jauh lebih penting ketimbang urusan lain. Hal ini juga yang menjadi dasar penilaiannya jika politik identitas tidak akan laku lagi pada pemilu dan Pilpres 2024 nanti.

Anggota DPRD Jatim yang akrab disapa Gus Fawait ini juga menyatakan, semangat kebangsaan itu yang mendorong LSN, organisasi kemasyarakatan yang ia dirikan, mengadopsi keragaman dalam jajaran kepengurusannya. Tidak hanya Islam, tapi juga ada Hindu dan Kristen. Bahkan, penasihat LSN Bondowoso beragama Katolik.

“Rencananya, mars LSN juga akan diaransemen ulang oleh GKJW (Gereja Kristen Jawi Wetan). Ini menunjukkan semangat kebangsaan kami tidak hanya dalam bentuk pernyataan, tapi juga tindakan,” paparnya.

Meski kedatangan tamu Ahmad Muzani, Wakil Ketua MPR yang juga Sekretaris Jenderal Partai Gerindra, serta sejumlah politisi partai besutan Prabowo Subianto, namun Gus Fawait menampik jika agenda ini merupakan konsolidasi partai untuk pemilu 2024 nanti. Dia berkata, acara tersebut murni bernuansa kebangsaan dan keagamaan dengan menggemakan salawat bersama-sama.

“Bukan agenda partai. Beberapa waktu lalu kami juga kedatangan Pak Erick Thohir. Jadi ini murni Apel Sholawat Kebangsaan yang rutin kami gelar. Karena LSN sebuah organisasi yang bergerak di bidang sosial keagamaan, serta ekonomi mikro. Bukan milik partai,” tegasnya.

Suasana keberagaman pada ajang salawatan tersebut memang cukup terasa. Jamaah yang hadir tidak hanya dari kalangan NU, tapi juga Muhammadiyah, serta agama lain. Paling kentara adalah adanya penjagaan dari orang-orang yang berseragam Banser dan Kokam. Banser merupakan organisasi di bawah GP Ansor NU, sedangkan Kokam di bawah naungan Muhammadiyah.

“Saya baru ketemu sebuah acara keagamaan, sebuah tabligh dan acara salawat, yang kanan diamankan oleh Banser NU dan kiri dijaga oleh Kokam Muhammadiyah,” ujar Ahmad Muzani, ketika berpidato.

Dia pun mengapresiasi cara LSN dalam mempertemukan kekuatan, menyatukan perbedaan, serta menjadikannya sebagai energi dalam meneguhkan semangat berbangsa dan bernegara. Hal ini, disebutnya sesuai dengan yang diamanatkan oleh Prabowo. “Amanat Pak Prabowo, bangsa ini akan kuat kalau kita bersatu. Republik ini akan kuat kalau kita menyatu. Dan perbedaan itu bisa kita satukan dengan bersalawat,” ucapnya.

Dia pun menyambut baik cara Gus Fawait dalam menyatukan kekuatan yang berserakan itu. Karena Muzani juga meyakini, keberkahan salawat akan dirasakan tidak hanya di Jember, tapi juga Jawa Timur dan seluruh Indonesia. “Silakan dibentuk laskar salawat di luar Jawa. Karena keberkahan salawat akan mendorong kita menjadi bangsa yang maju di masa depan,” jelasnya. (*)

Foto  : Ghofur untuk Radar Jember

Editor: Mahrus Sholih

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca