Mobile_AP_Rectangle 1
GLANTANGAN, Radar Jember – Keberadaan Lapangan Golf Glantangan, Tempurejo, menjadi salah satu daya tarik pariwisata Kabupaten Jember. Namun, sejak beberapa bulan terakhir intensitas kunjungan para pemain cenderung menurun. Padahal, Lapangan Golf tersebut digadang-gadang mampu menggerakkan perputaran ekonomi hingga mendatangkan investor.
Abdul Hayyi, salah satu kedi Lapangan Golf Glantangan, mengatakan, dalam seminggu hanya sedikit yang bermain. “Hanya hitungan jari yang bermain di Lapangan Golf Glantangan. Itu pun kebanyakan asal Jember dan beberapa dari Lumajang,” katanya.
Kondisi itu diakuinya terjadi cukup lama. Kadang pemain yang datang dalam sepekan berkisar dua sampai tiga tim. Padahal area bermain golf yang memiliki luasan total sekitar 50 hektare itu memiliki sekitar 18Â hole. Sehingga, cukup lega untuk menampung belasan tim sekaligus dalam satu waktu bersamaan bermain di sana.
Mobile_AP_Rectangle 2
Suyitno, salah satu master kedi, menambahkan, sebenarnya keberadaan atau kunjungan pemain ke lapangan golf sangat berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat sekitar. “Karena mayoritas masyarakat sekitar sini berprofesi sebagai kedi dan karyawan, ada puluhan. Kalau kunjungan pemain terus menyusut, ya kedi kerja apa?” sesal Suyitno.
Faktor pandemi dan rendahnya tingkat perawatan fasilitas bermain golf disebutnya sebagai salah satu masalahnya. Tidak sedikit dari mereka yang berharap ada event yang bisa diputar untuk menarik kunjungan pemain golf dari berbagai daerah ke Lapangan Golf Glantangan. “Kalau masyarakat sebagai kedi di sini berharapnya sederhana, ada perhatian khusus terhadap lapangan golf ini, sehingga kunjungan pemain bisa bertambah lagi,” harapnya. (mau/c2/dwi)
- Advertisement -
GLANTANGAN, Radar Jember – Keberadaan Lapangan Golf Glantangan, Tempurejo, menjadi salah satu daya tarik pariwisata Kabupaten Jember. Namun, sejak beberapa bulan terakhir intensitas kunjungan para pemain cenderung menurun. Padahal, Lapangan Golf tersebut digadang-gadang mampu menggerakkan perputaran ekonomi hingga mendatangkan investor.
Abdul Hayyi, salah satu kedi Lapangan Golf Glantangan, mengatakan, dalam seminggu hanya sedikit yang bermain. “Hanya hitungan jari yang bermain di Lapangan Golf Glantangan. Itu pun kebanyakan asal Jember dan beberapa dari Lumajang,” katanya.
Kondisi itu diakuinya terjadi cukup lama. Kadang pemain yang datang dalam sepekan berkisar dua sampai tiga tim. Padahal area bermain golf yang memiliki luasan total sekitar 50 hektare itu memiliki sekitar 18Â hole. Sehingga, cukup lega untuk menampung belasan tim sekaligus dalam satu waktu bersamaan bermain di sana.
Suyitno, salah satu master kedi, menambahkan, sebenarnya keberadaan atau kunjungan pemain ke lapangan golf sangat berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat sekitar. “Karena mayoritas masyarakat sekitar sini berprofesi sebagai kedi dan karyawan, ada puluhan. Kalau kunjungan pemain terus menyusut, ya kedi kerja apa?” sesal Suyitno.
Faktor pandemi dan rendahnya tingkat perawatan fasilitas bermain golf disebutnya sebagai salah satu masalahnya. Tidak sedikit dari mereka yang berharap ada event yang bisa diputar untuk menarik kunjungan pemain golf dari berbagai daerah ke Lapangan Golf Glantangan. “Kalau masyarakat sebagai kedi di sini berharapnya sederhana, ada perhatian khusus terhadap lapangan golf ini, sehingga kunjungan pemain bisa bertambah lagi,” harapnya. (mau/c2/dwi)
GLANTANGAN, Radar Jember – Keberadaan Lapangan Golf Glantangan, Tempurejo, menjadi salah satu daya tarik pariwisata Kabupaten Jember. Namun, sejak beberapa bulan terakhir intensitas kunjungan para pemain cenderung menurun. Padahal, Lapangan Golf tersebut digadang-gadang mampu menggerakkan perputaran ekonomi hingga mendatangkan investor.
Abdul Hayyi, salah satu kedi Lapangan Golf Glantangan, mengatakan, dalam seminggu hanya sedikit yang bermain. “Hanya hitungan jari yang bermain di Lapangan Golf Glantangan. Itu pun kebanyakan asal Jember dan beberapa dari Lumajang,” katanya.
Kondisi itu diakuinya terjadi cukup lama. Kadang pemain yang datang dalam sepekan berkisar dua sampai tiga tim. Padahal area bermain golf yang memiliki luasan total sekitar 50 hektare itu memiliki sekitar 18Â hole. Sehingga, cukup lega untuk menampung belasan tim sekaligus dalam satu waktu bersamaan bermain di sana.
Suyitno, salah satu master kedi, menambahkan, sebenarnya keberadaan atau kunjungan pemain ke lapangan golf sangat berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat sekitar. “Karena mayoritas masyarakat sekitar sini berprofesi sebagai kedi dan karyawan, ada puluhan. Kalau kunjungan pemain terus menyusut, ya kedi kerja apa?” sesal Suyitno.
Faktor pandemi dan rendahnya tingkat perawatan fasilitas bermain golf disebutnya sebagai salah satu masalahnya. Tidak sedikit dari mereka yang berharap ada event yang bisa diputar untuk menarik kunjungan pemain golf dari berbagai daerah ke Lapangan Golf Glantangan. “Kalau masyarakat sebagai kedi di sini berharapnya sederhana, ada perhatian khusus terhadap lapangan golf ini, sehingga kunjungan pemain bisa bertambah lagi,” harapnya. (mau/c2/dwi)