23.8 C
Jember
Wednesday, 22 March 2023

Lampu Menyala, Darah di Tembok

Percobaan Pembunuhan oleh WNA Irak

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Jeritan Adi Himawan Fahmi ketika merasakan sakit didengar oleh warga setempat, tengah malam, Senin (31/8) lalu. Mereka pun mencari asal suara, dan ternyata bersumber dari sebuah tempat kos. Warga pun menggedor pintu kos-kosan untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi.

Pada saat itu, waktu sudah larut malam. Warga setempat yang menggedor pintu kos di kawasan Jalan Trunojoyo Gang VII, Lingkungan Sawahan Cantikan, RT 03 RW 19, Kaliwates, namun tak segera dibukakan. “Sekitar setengah jam, itu pintu gerbang kos baru dibukakan. Akhirnya kami masuk,” ucap Mamang Rosidi, salah seorang warga setempat.

Mamang menyebut, kondisi gelap membuat lokasi sekitar tak begitu jelas. Semua pintu kos terlihat tertutup. Mamang yang ikut dalam pencarian asal-usul jerit kesakitan yang meminta-minta tolong kemudian naik ke lantai dua. Awalnya, di sana pun tak ada sesuatu yang mencurigakan. “Kami di sana sampai naik ke loteng, itu tetap tidak ada. Keadaannya gelap, karena lampu belum dihidupkan,” imbuhnya.

Mobile_AP_Rectangle 2

Setelah diketahui tak ada sesuatu apa pun, petugas keamanan setempat, RT, serta Mamang, akhirnya turun dari lantai dua. Begitu mereka kembali di lantai bawah, tampak bercak darah yang ternyata menempel di salah satu sisi tembok. “Setelah kami buka, kami melihat korban tergeletak di lantai. Banyak darah,” tuturnya, yang saat itu baru selesai beraktivitas bersama temannya, Imam.

Warga yang datang kemudian mengetahui jika korban masih bernapas. Seketika, mereka melaporkan insiden itu kepada polisi. Korban pun dievakuasi menggunakan ambulans ke rumah sakit. “Saat itu, warga langsung melakukan pencarian ke beberapa tempat,” imbuhnya.

Dari serangkaian upaya perburuan, akhirnya ada sebuah petunjuk. Seorang abang becak sempat mengetahui seseorang melintas. Pria yang diduga masih di sekitar lokasi itu kemudian dicari oleh warga.

Tak lama setelah itu, seorang warga yang nekat naik ke atas pohon akhirnya mengetahui sosok Walled Hussain Ena, pelaku percobaan pembunuhan. Pelaku ada di atas lantai dua untuk bersembunyi. Warga setempat yang kemudian mengetahuinya sempat ada yang melempar, tetapi pelaku tetap tak bergeming.

Pelaku yang sudah mengetahui dikepung warga, akhirnya berbicara dengan bahasa asing. “Police, police, police,” katanya kepada warga. Pelaku melakukan hal ini diduga karena khawatir dikeroyok warga. Pelaku pun tak percaya kepada polisi yang berpakaian bebas, bahkan mencoba menggigit kabel listrik bertegangan tinggi hingga polisi melepaskan tembakan peringatan.

Pelaku baru mau turun begitu ada polisi berseragam yang mengajaknya berbicara. “Pelaku akhirnya dibawa polisi. Tidak ada aksi pengeroyokan,” pungkas Mamang.

Kasus kejahatan yang mengancam keselamatan jiwa bukan kali ini saja terjadi. Medio Mei lalu, Yohanes Satriyo Leonardo Gery, 35, seorang koreografer dan penata busana (fashion stylist) Jember, ditemukan meninggal di dalam rumahnya, di Jalan Kertanegara 32, Kelurahan Jember Kidul, Kecamatan Kaliwates, Jumat (15/5) malam. Tim Resmob Polres Jember berhasil meringkus tiga orang yang diduga pelaku pembunuhan tersebut, dua hari setelah kejadian.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jember, tingkat kriminalitas di Kabupaten Jember dari 2017 hingga 2019 perkembangannya fluktuatif. Pada 2017 total ada 1.634 kejadian kriminalitas, sementara 2018 naik menjadi 1.810, selanjutnya 2019 turun 1.721.

Dari keseluruhan kejadian kriminalitas di Kabupaten Jember, kejahatan terhadap jiwa atau pembunuhan menjadi yang tertinggi dari seluruh jenis kriminalitas. Total pada 2019 ada 307 kejadian, sedangkan pada 2018 ada 301. Sementara itu, urutan berikutnya ada penggelapan, pencurian biasa, dan pencurian dengan kekerasan.

Sedangkan berdasarkan putusan pengadilan, terbanyak adalah penjara kurang dari 1 tahun dengan 717 kasus, penjara 1-5 tahun 297 kasus, pidana kurungan 30 kasus, dan penjara di atas 5 tahun mencapai 66 kasus. Lalu apakah yang akan menjadi alasan kejahatan hingga membahayakan jiwa manusia ini?

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Jeritan Adi Himawan Fahmi ketika merasakan sakit didengar oleh warga setempat, tengah malam, Senin (31/8) lalu. Mereka pun mencari asal suara, dan ternyata bersumber dari sebuah tempat kos. Warga pun menggedor pintu kos-kosan untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi.

Pada saat itu, waktu sudah larut malam. Warga setempat yang menggedor pintu kos di kawasan Jalan Trunojoyo Gang VII, Lingkungan Sawahan Cantikan, RT 03 RW 19, Kaliwates, namun tak segera dibukakan. “Sekitar setengah jam, itu pintu gerbang kos baru dibukakan. Akhirnya kami masuk,” ucap Mamang Rosidi, salah seorang warga setempat.

Mamang menyebut, kondisi gelap membuat lokasi sekitar tak begitu jelas. Semua pintu kos terlihat tertutup. Mamang yang ikut dalam pencarian asal-usul jerit kesakitan yang meminta-minta tolong kemudian naik ke lantai dua. Awalnya, di sana pun tak ada sesuatu yang mencurigakan. “Kami di sana sampai naik ke loteng, itu tetap tidak ada. Keadaannya gelap, karena lampu belum dihidupkan,” imbuhnya.

Setelah diketahui tak ada sesuatu apa pun, petugas keamanan setempat, RT, serta Mamang, akhirnya turun dari lantai dua. Begitu mereka kembali di lantai bawah, tampak bercak darah yang ternyata menempel di salah satu sisi tembok. “Setelah kami buka, kami melihat korban tergeletak di lantai. Banyak darah,” tuturnya, yang saat itu baru selesai beraktivitas bersama temannya, Imam.

Warga yang datang kemudian mengetahui jika korban masih bernapas. Seketika, mereka melaporkan insiden itu kepada polisi. Korban pun dievakuasi menggunakan ambulans ke rumah sakit. “Saat itu, warga langsung melakukan pencarian ke beberapa tempat,” imbuhnya.

Dari serangkaian upaya perburuan, akhirnya ada sebuah petunjuk. Seorang abang becak sempat mengetahui seseorang melintas. Pria yang diduga masih di sekitar lokasi itu kemudian dicari oleh warga.

Tak lama setelah itu, seorang warga yang nekat naik ke atas pohon akhirnya mengetahui sosok Walled Hussain Ena, pelaku percobaan pembunuhan. Pelaku ada di atas lantai dua untuk bersembunyi. Warga setempat yang kemudian mengetahuinya sempat ada yang melempar, tetapi pelaku tetap tak bergeming.

Pelaku yang sudah mengetahui dikepung warga, akhirnya berbicara dengan bahasa asing. “Police, police, police,” katanya kepada warga. Pelaku melakukan hal ini diduga karena khawatir dikeroyok warga. Pelaku pun tak percaya kepada polisi yang berpakaian bebas, bahkan mencoba menggigit kabel listrik bertegangan tinggi hingga polisi melepaskan tembakan peringatan.

Pelaku baru mau turun begitu ada polisi berseragam yang mengajaknya berbicara. “Pelaku akhirnya dibawa polisi. Tidak ada aksi pengeroyokan,” pungkas Mamang.

Kasus kejahatan yang mengancam keselamatan jiwa bukan kali ini saja terjadi. Medio Mei lalu, Yohanes Satriyo Leonardo Gery, 35, seorang koreografer dan penata busana (fashion stylist) Jember, ditemukan meninggal di dalam rumahnya, di Jalan Kertanegara 32, Kelurahan Jember Kidul, Kecamatan Kaliwates, Jumat (15/5) malam. Tim Resmob Polres Jember berhasil meringkus tiga orang yang diduga pelaku pembunuhan tersebut, dua hari setelah kejadian.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jember, tingkat kriminalitas di Kabupaten Jember dari 2017 hingga 2019 perkembangannya fluktuatif. Pada 2017 total ada 1.634 kejadian kriminalitas, sementara 2018 naik menjadi 1.810, selanjutnya 2019 turun 1.721.

Dari keseluruhan kejadian kriminalitas di Kabupaten Jember, kejahatan terhadap jiwa atau pembunuhan menjadi yang tertinggi dari seluruh jenis kriminalitas. Total pada 2019 ada 307 kejadian, sedangkan pada 2018 ada 301. Sementara itu, urutan berikutnya ada penggelapan, pencurian biasa, dan pencurian dengan kekerasan.

Sedangkan berdasarkan putusan pengadilan, terbanyak adalah penjara kurang dari 1 tahun dengan 717 kasus, penjara 1-5 tahun 297 kasus, pidana kurungan 30 kasus, dan penjara di atas 5 tahun mencapai 66 kasus. Lalu apakah yang akan menjadi alasan kejahatan hingga membahayakan jiwa manusia ini?

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Jeritan Adi Himawan Fahmi ketika merasakan sakit didengar oleh warga setempat, tengah malam, Senin (31/8) lalu. Mereka pun mencari asal suara, dan ternyata bersumber dari sebuah tempat kos. Warga pun menggedor pintu kos-kosan untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi.

Pada saat itu, waktu sudah larut malam. Warga setempat yang menggedor pintu kos di kawasan Jalan Trunojoyo Gang VII, Lingkungan Sawahan Cantikan, RT 03 RW 19, Kaliwates, namun tak segera dibukakan. “Sekitar setengah jam, itu pintu gerbang kos baru dibukakan. Akhirnya kami masuk,” ucap Mamang Rosidi, salah seorang warga setempat.

Mamang menyebut, kondisi gelap membuat lokasi sekitar tak begitu jelas. Semua pintu kos terlihat tertutup. Mamang yang ikut dalam pencarian asal-usul jerit kesakitan yang meminta-minta tolong kemudian naik ke lantai dua. Awalnya, di sana pun tak ada sesuatu yang mencurigakan. “Kami di sana sampai naik ke loteng, itu tetap tidak ada. Keadaannya gelap, karena lampu belum dihidupkan,” imbuhnya.

Setelah diketahui tak ada sesuatu apa pun, petugas keamanan setempat, RT, serta Mamang, akhirnya turun dari lantai dua. Begitu mereka kembali di lantai bawah, tampak bercak darah yang ternyata menempel di salah satu sisi tembok. “Setelah kami buka, kami melihat korban tergeletak di lantai. Banyak darah,” tuturnya, yang saat itu baru selesai beraktivitas bersama temannya, Imam.

Warga yang datang kemudian mengetahui jika korban masih bernapas. Seketika, mereka melaporkan insiden itu kepada polisi. Korban pun dievakuasi menggunakan ambulans ke rumah sakit. “Saat itu, warga langsung melakukan pencarian ke beberapa tempat,” imbuhnya.

Dari serangkaian upaya perburuan, akhirnya ada sebuah petunjuk. Seorang abang becak sempat mengetahui seseorang melintas. Pria yang diduga masih di sekitar lokasi itu kemudian dicari oleh warga.

Tak lama setelah itu, seorang warga yang nekat naik ke atas pohon akhirnya mengetahui sosok Walled Hussain Ena, pelaku percobaan pembunuhan. Pelaku ada di atas lantai dua untuk bersembunyi. Warga setempat yang kemudian mengetahuinya sempat ada yang melempar, tetapi pelaku tetap tak bergeming.

Pelaku yang sudah mengetahui dikepung warga, akhirnya berbicara dengan bahasa asing. “Police, police, police,” katanya kepada warga. Pelaku melakukan hal ini diduga karena khawatir dikeroyok warga. Pelaku pun tak percaya kepada polisi yang berpakaian bebas, bahkan mencoba menggigit kabel listrik bertegangan tinggi hingga polisi melepaskan tembakan peringatan.

Pelaku baru mau turun begitu ada polisi berseragam yang mengajaknya berbicara. “Pelaku akhirnya dibawa polisi. Tidak ada aksi pengeroyokan,” pungkas Mamang.

Kasus kejahatan yang mengancam keselamatan jiwa bukan kali ini saja terjadi. Medio Mei lalu, Yohanes Satriyo Leonardo Gery, 35, seorang koreografer dan penata busana (fashion stylist) Jember, ditemukan meninggal di dalam rumahnya, di Jalan Kertanegara 32, Kelurahan Jember Kidul, Kecamatan Kaliwates, Jumat (15/5) malam. Tim Resmob Polres Jember berhasil meringkus tiga orang yang diduga pelaku pembunuhan tersebut, dua hari setelah kejadian.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jember, tingkat kriminalitas di Kabupaten Jember dari 2017 hingga 2019 perkembangannya fluktuatif. Pada 2017 total ada 1.634 kejadian kriminalitas, sementara 2018 naik menjadi 1.810, selanjutnya 2019 turun 1.721.

Dari keseluruhan kejadian kriminalitas di Kabupaten Jember, kejahatan terhadap jiwa atau pembunuhan menjadi yang tertinggi dari seluruh jenis kriminalitas. Total pada 2019 ada 307 kejadian, sedangkan pada 2018 ada 301. Sementara itu, urutan berikutnya ada penggelapan, pencurian biasa, dan pencurian dengan kekerasan.

Sedangkan berdasarkan putusan pengadilan, terbanyak adalah penjara kurang dari 1 tahun dengan 717 kasus, penjara 1-5 tahun 297 kasus, pidana kurungan 30 kasus, dan penjara di atas 5 tahun mencapai 66 kasus. Lalu apakah yang akan menjadi alasan kejahatan hingga membahayakan jiwa manusia ini?

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca