22.5 C
Jember
Saturday, 3 June 2023

Direlokasi ke Belakang, Penjualan Merosot

Mobile_AP_Rectangle 1

RADAR JEMBER.ID – Pasar Tegalbesar menjadi pasar yang selalu ramai oleh masyarakat. Banyak aktivitas ekonomi di tempat ini. Pasarnya juga sudah direnovasi menjadi pasar yang lebih modern. Ketika di renovasi, pedagang di pindah ke belakang dan berdampak pada penjualan yang menurun.

Sayangnya, sampai saat ini, pedagang masih belum menempati pasar yang sudah jadi tersebut. Padahal, pedagang sudah jenuh dengan kondisi sekarang dan ingin segera menempati pasar yang baru itu. Seperti aktivitas yang tampak kemarin sore (30/6).

Munimah, 58, hanya duduk termenung di depan lapak dagangannya di Pasar Tegalbesar. Walau sedang menunggu pembeli, tatapannya tertuju ke bangunan dua lantai yang baru selesai dibangun. Bangunan itu adalah Pasar Tegalbesar yang masih baru, berkeramik, bersih, tapi tak satu pun pedagang yang berjualan.

Mobile_AP_Rectangle 2

Pandangan Munimah menunjukkan hasratnya yang ingin segera menempati pasar baru itu. Wajar, sebab Munimah adalah salah satu pedagang yang mendapat lapak di pasar tersebut. Apalagi, sejak direlokasi di belakang, penjualannya merosot tajam. “Gak tahu kapan mulai ditempati. Katanya masih belum serah terima, sehingga tidak bisa ditempati,” ujarnya.

Sejak direlokasi tepat di belakang Pasar Tegalbesar, penghasilannya turun drastis. “Dulu sehari dapat Rp 200 sampai Rp 400 ribu itu gampang. Ini sehari paling jelek hanya Rp 40 ribu,” imbuhnya. Turunnya penjualan itu, kata dia, karena pembeli malas untuk masuk pasar. “Sepinya bukan karena tertutup bangunan pasar yang baru saja, tapi di depan banyak pedagang yang berjualan juga,” jelasnya.

Dia berharap besar jika nanti pasar yang baru telah beroperasi, maka pedagang yang berjualan di bahu jalan juga ditertibkan. “Buat apa punya lapak di pasar, kalau di depan banyak pedagang. Lebih baik jualan di trotoar saja,” akunya.

Pasar yang sering disebut Pasar Sabtuan itu merupakan pasar tradisional yang terus ramai sampai malam hari. Tidak hanya berjualan bumbu-bumbuan, sembako, dan kebutuhan dapur lainnya. Namun juga produk fashion seperti baju, sepatu, sandal, hingga sarung.

Pasar ini pasar yang mudah bisa dijangkau oleh masyarakat kelas ekonomi ke bawah. Harganya murah, bisa ditawar, dan tidak menguras kantong. Para pedagang memiliki harapan besar pada Pasar Tegalbesar tersebut. Mereka ingin agar dagangannya lebih laris dan penghasilan yang lebih meningkat.

Roni, warga yang sering membeli aneka kebutuhan di Pasar Sabtuan, mengaku, ia menunggu kapan pasar yang baru itu beroperasi. “Semua orang pingin ke pasar itu bersih, seperti bangunan sekarang bersih dan lantainya berkeramik,” imbuhnya. (*)

- Advertisement -

RADAR JEMBER.ID – Pasar Tegalbesar menjadi pasar yang selalu ramai oleh masyarakat. Banyak aktivitas ekonomi di tempat ini. Pasarnya juga sudah direnovasi menjadi pasar yang lebih modern. Ketika di renovasi, pedagang di pindah ke belakang dan berdampak pada penjualan yang menurun.

Sayangnya, sampai saat ini, pedagang masih belum menempati pasar yang sudah jadi tersebut. Padahal, pedagang sudah jenuh dengan kondisi sekarang dan ingin segera menempati pasar yang baru itu. Seperti aktivitas yang tampak kemarin sore (30/6).

Munimah, 58, hanya duduk termenung di depan lapak dagangannya di Pasar Tegalbesar. Walau sedang menunggu pembeli, tatapannya tertuju ke bangunan dua lantai yang baru selesai dibangun. Bangunan itu adalah Pasar Tegalbesar yang masih baru, berkeramik, bersih, tapi tak satu pun pedagang yang berjualan.

Pandangan Munimah menunjukkan hasratnya yang ingin segera menempati pasar baru itu. Wajar, sebab Munimah adalah salah satu pedagang yang mendapat lapak di pasar tersebut. Apalagi, sejak direlokasi di belakang, penjualannya merosot tajam. “Gak tahu kapan mulai ditempati. Katanya masih belum serah terima, sehingga tidak bisa ditempati,” ujarnya.

Sejak direlokasi tepat di belakang Pasar Tegalbesar, penghasilannya turun drastis. “Dulu sehari dapat Rp 200 sampai Rp 400 ribu itu gampang. Ini sehari paling jelek hanya Rp 40 ribu,” imbuhnya. Turunnya penjualan itu, kata dia, karena pembeli malas untuk masuk pasar. “Sepinya bukan karena tertutup bangunan pasar yang baru saja, tapi di depan banyak pedagang yang berjualan juga,” jelasnya.

Dia berharap besar jika nanti pasar yang baru telah beroperasi, maka pedagang yang berjualan di bahu jalan juga ditertibkan. “Buat apa punya lapak di pasar, kalau di depan banyak pedagang. Lebih baik jualan di trotoar saja,” akunya.

Pasar yang sering disebut Pasar Sabtuan itu merupakan pasar tradisional yang terus ramai sampai malam hari. Tidak hanya berjualan bumbu-bumbuan, sembako, dan kebutuhan dapur lainnya. Namun juga produk fashion seperti baju, sepatu, sandal, hingga sarung.

Pasar ini pasar yang mudah bisa dijangkau oleh masyarakat kelas ekonomi ke bawah. Harganya murah, bisa ditawar, dan tidak menguras kantong. Para pedagang memiliki harapan besar pada Pasar Tegalbesar tersebut. Mereka ingin agar dagangannya lebih laris dan penghasilan yang lebih meningkat.

Roni, warga yang sering membeli aneka kebutuhan di Pasar Sabtuan, mengaku, ia menunggu kapan pasar yang baru itu beroperasi. “Semua orang pingin ke pasar itu bersih, seperti bangunan sekarang bersih dan lantainya berkeramik,” imbuhnya. (*)

RADAR JEMBER.ID – Pasar Tegalbesar menjadi pasar yang selalu ramai oleh masyarakat. Banyak aktivitas ekonomi di tempat ini. Pasarnya juga sudah direnovasi menjadi pasar yang lebih modern. Ketika di renovasi, pedagang di pindah ke belakang dan berdampak pada penjualan yang menurun.

Sayangnya, sampai saat ini, pedagang masih belum menempati pasar yang sudah jadi tersebut. Padahal, pedagang sudah jenuh dengan kondisi sekarang dan ingin segera menempati pasar yang baru itu. Seperti aktivitas yang tampak kemarin sore (30/6).

Munimah, 58, hanya duduk termenung di depan lapak dagangannya di Pasar Tegalbesar. Walau sedang menunggu pembeli, tatapannya tertuju ke bangunan dua lantai yang baru selesai dibangun. Bangunan itu adalah Pasar Tegalbesar yang masih baru, berkeramik, bersih, tapi tak satu pun pedagang yang berjualan.

Pandangan Munimah menunjukkan hasratnya yang ingin segera menempati pasar baru itu. Wajar, sebab Munimah adalah salah satu pedagang yang mendapat lapak di pasar tersebut. Apalagi, sejak direlokasi di belakang, penjualannya merosot tajam. “Gak tahu kapan mulai ditempati. Katanya masih belum serah terima, sehingga tidak bisa ditempati,” ujarnya.

Sejak direlokasi tepat di belakang Pasar Tegalbesar, penghasilannya turun drastis. “Dulu sehari dapat Rp 200 sampai Rp 400 ribu itu gampang. Ini sehari paling jelek hanya Rp 40 ribu,” imbuhnya. Turunnya penjualan itu, kata dia, karena pembeli malas untuk masuk pasar. “Sepinya bukan karena tertutup bangunan pasar yang baru saja, tapi di depan banyak pedagang yang berjualan juga,” jelasnya.

Dia berharap besar jika nanti pasar yang baru telah beroperasi, maka pedagang yang berjualan di bahu jalan juga ditertibkan. “Buat apa punya lapak di pasar, kalau di depan banyak pedagang. Lebih baik jualan di trotoar saja,” akunya.

Pasar yang sering disebut Pasar Sabtuan itu merupakan pasar tradisional yang terus ramai sampai malam hari. Tidak hanya berjualan bumbu-bumbuan, sembako, dan kebutuhan dapur lainnya. Namun juga produk fashion seperti baju, sepatu, sandal, hingga sarung.

Pasar ini pasar yang mudah bisa dijangkau oleh masyarakat kelas ekonomi ke bawah. Harganya murah, bisa ditawar, dan tidak menguras kantong. Para pedagang memiliki harapan besar pada Pasar Tegalbesar tersebut. Mereka ingin agar dagangannya lebih laris dan penghasilan yang lebih meningkat.

Roni, warga yang sering membeli aneka kebutuhan di Pasar Sabtuan, mengaku, ia menunggu kapan pasar yang baru itu beroperasi. “Semua orang pingin ke pasar itu bersih, seperti bangunan sekarang bersih dan lantainya berkeramik,” imbuhnya. (*)

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca