24.8 C
Jember
Friday, 24 March 2023

Cerita Rasmi, Salah Seorang Pedagang di Pasar Tanjung

Mobile_AP_Rectangle 1

RADAR JEMBER.ID – Ada banyak orang yang menggantungkan hidupnya dengan bekerja pada Pasar Tanjung. Pusat perbelanjaan tradisional yang ada di jantung kota ini pun menyimpan banyak kenangan, terutama bagi mereka yang sudah hidup puluhan tahun. Salah satunya seperti Rasmi, penjual kopi yang kini berada di sisi utara lantai dua.

Perempuan berusia 56 tahun ini memang bukan orang pertama menjadi pedagang di pasar tersebut. Akan tetapi, bagi dia, keberadaan Pasar Tanjung sudah mendarah daging. Maklum, Rasmi yang hanya tamatan sekolah rakyat, sudah menjalani aktivitasnya di Pasar Tanjung sejak kecil.

Rasmi bisa menjadi salah satu pedagang di pasar ini karena mengikuti jejak almarhum ibunya, Tiamah. Dia juga mengenal perkembangan pasar dari masa ke masa. Termasuk menjadi saksi hidup sebelum dan sesudah pasar direvitalisasi.

Mobile_AP_Rectangle 2

Bagi Rasmi, keberadaan Pasar Tanjung benar-benar memberi warna dalam hidupnya. Dulu, saat dirinya masih kecil, Rasmi hanya bisa membantu apa yang diminta dan disuruh ibunya. Saat itu, dirinya tak begitu memikirkan apakah kondisi pasar sudah baik atau perlu perbaikan.

Waktu yang terus berjalan dan Rasmi pun dewasa, dia pun menikah dengan pedagang lain, yaitu almarhum Safari. Dia pun mulai melanjutkan profesi ibunya hingga memiliki seorang anak. “Sekarang cucu saya sudah dua,” ujar Rasmi yang tinggal tak jauh dari pasar tersebut.

Sebagai pedagang nasi pecel, lontong, dan kopi yang mandiri, dia pun merasakan betapa kebersihan pasar serta suasananya menjadi hal yang penting. Suasana baru itu benar-benar dia rasakan berbeda saat pasar selesai direvitalisasi.

Menurut Rasmi, adanya revitalisasi pasar tahun 2018 lalu memang memberi perubahan. Yaitu, pasar yang ada di lantai dua bisa lebih asyik dijadikan tempat nongkrong. Pemasangan jendela kaca di sisi utara pasar membuat konsumen bisa bersantai sambil meneguk secangkir kopi.

Kondisi pasar yang sekarang memang lebih memiliki daya tarik dibandingkan yang dulu. Apalagi, di pinggir bangunan pasar lantai dua sudah tak terlihat tirai-tirai berserakan seperti terpal, anyaman bambu, atau barang lain. “Dengan tutup kaca di pinggir pasar lantai dua, jadi lebih asyik untuk bersantai. Pembeli bisa melihat suasana dari atas pasar,” ucapnya.

Namun demikian, revitalisasi tersebut tak sepenuhnya sempurna. Dalam pengamatan dan pengalamannya, pemasangan kaca yang tertutup di sisi utara membuat keadaan tambah panas. “Bisa saja lebih nyaman kalau kacanya dipotong seperti di sisi selatan,” ungkapnya.

Dengan kondisi pasar yang demikian, Rasmi mengaku cukup menarik perhatian konsumen muda untuk datang ke pasar. Agar mereka yang bersantai di warung-warung kopi lantai dua bisa lebih maksimal, dirinya ingin agar kaca-kaca yang tertutup bisa dipotong. “Kalau siang, banyak yang mengeluh. Sebaiknya dipotong saja, agar angin bisa keluar masuk,” ungkapnya.

Keluhan ini tak hanya dirasakan oleh Rasmi, namun juga pedagang lainnya, khususnya yang berjualan di lantai dua. Para pedagang juga berharap agar pemerintah tidak hanya merevitalisasi pasar yang bisa dilihat dari luar. Akan tetapi, bagian pasar induk di dalam juga direvitalisasi. “Kalau yang dalam dicat, pasti lebih indah,” harapnya. (*)

- Advertisement -

RADAR JEMBER.ID – Ada banyak orang yang menggantungkan hidupnya dengan bekerja pada Pasar Tanjung. Pusat perbelanjaan tradisional yang ada di jantung kota ini pun menyimpan banyak kenangan, terutama bagi mereka yang sudah hidup puluhan tahun. Salah satunya seperti Rasmi, penjual kopi yang kini berada di sisi utara lantai dua.

Perempuan berusia 56 tahun ini memang bukan orang pertama menjadi pedagang di pasar tersebut. Akan tetapi, bagi dia, keberadaan Pasar Tanjung sudah mendarah daging. Maklum, Rasmi yang hanya tamatan sekolah rakyat, sudah menjalani aktivitasnya di Pasar Tanjung sejak kecil.

Rasmi bisa menjadi salah satu pedagang di pasar ini karena mengikuti jejak almarhum ibunya, Tiamah. Dia juga mengenal perkembangan pasar dari masa ke masa. Termasuk menjadi saksi hidup sebelum dan sesudah pasar direvitalisasi.

Bagi Rasmi, keberadaan Pasar Tanjung benar-benar memberi warna dalam hidupnya. Dulu, saat dirinya masih kecil, Rasmi hanya bisa membantu apa yang diminta dan disuruh ibunya. Saat itu, dirinya tak begitu memikirkan apakah kondisi pasar sudah baik atau perlu perbaikan.

Waktu yang terus berjalan dan Rasmi pun dewasa, dia pun menikah dengan pedagang lain, yaitu almarhum Safari. Dia pun mulai melanjutkan profesi ibunya hingga memiliki seorang anak. “Sekarang cucu saya sudah dua,” ujar Rasmi yang tinggal tak jauh dari pasar tersebut.

Sebagai pedagang nasi pecel, lontong, dan kopi yang mandiri, dia pun merasakan betapa kebersihan pasar serta suasananya menjadi hal yang penting. Suasana baru itu benar-benar dia rasakan berbeda saat pasar selesai direvitalisasi.

Menurut Rasmi, adanya revitalisasi pasar tahun 2018 lalu memang memberi perubahan. Yaitu, pasar yang ada di lantai dua bisa lebih asyik dijadikan tempat nongkrong. Pemasangan jendela kaca di sisi utara pasar membuat konsumen bisa bersantai sambil meneguk secangkir kopi.

Kondisi pasar yang sekarang memang lebih memiliki daya tarik dibandingkan yang dulu. Apalagi, di pinggir bangunan pasar lantai dua sudah tak terlihat tirai-tirai berserakan seperti terpal, anyaman bambu, atau barang lain. “Dengan tutup kaca di pinggir pasar lantai dua, jadi lebih asyik untuk bersantai. Pembeli bisa melihat suasana dari atas pasar,” ucapnya.

Namun demikian, revitalisasi tersebut tak sepenuhnya sempurna. Dalam pengamatan dan pengalamannya, pemasangan kaca yang tertutup di sisi utara membuat keadaan tambah panas. “Bisa saja lebih nyaman kalau kacanya dipotong seperti di sisi selatan,” ungkapnya.

Dengan kondisi pasar yang demikian, Rasmi mengaku cukup menarik perhatian konsumen muda untuk datang ke pasar. Agar mereka yang bersantai di warung-warung kopi lantai dua bisa lebih maksimal, dirinya ingin agar kaca-kaca yang tertutup bisa dipotong. “Kalau siang, banyak yang mengeluh. Sebaiknya dipotong saja, agar angin bisa keluar masuk,” ungkapnya.

Keluhan ini tak hanya dirasakan oleh Rasmi, namun juga pedagang lainnya, khususnya yang berjualan di lantai dua. Para pedagang juga berharap agar pemerintah tidak hanya merevitalisasi pasar yang bisa dilihat dari luar. Akan tetapi, bagian pasar induk di dalam juga direvitalisasi. “Kalau yang dalam dicat, pasti lebih indah,” harapnya. (*)

RADAR JEMBER.ID – Ada banyak orang yang menggantungkan hidupnya dengan bekerja pada Pasar Tanjung. Pusat perbelanjaan tradisional yang ada di jantung kota ini pun menyimpan banyak kenangan, terutama bagi mereka yang sudah hidup puluhan tahun. Salah satunya seperti Rasmi, penjual kopi yang kini berada di sisi utara lantai dua.

Perempuan berusia 56 tahun ini memang bukan orang pertama menjadi pedagang di pasar tersebut. Akan tetapi, bagi dia, keberadaan Pasar Tanjung sudah mendarah daging. Maklum, Rasmi yang hanya tamatan sekolah rakyat, sudah menjalani aktivitasnya di Pasar Tanjung sejak kecil.

Rasmi bisa menjadi salah satu pedagang di pasar ini karena mengikuti jejak almarhum ibunya, Tiamah. Dia juga mengenal perkembangan pasar dari masa ke masa. Termasuk menjadi saksi hidup sebelum dan sesudah pasar direvitalisasi.

Bagi Rasmi, keberadaan Pasar Tanjung benar-benar memberi warna dalam hidupnya. Dulu, saat dirinya masih kecil, Rasmi hanya bisa membantu apa yang diminta dan disuruh ibunya. Saat itu, dirinya tak begitu memikirkan apakah kondisi pasar sudah baik atau perlu perbaikan.

Waktu yang terus berjalan dan Rasmi pun dewasa, dia pun menikah dengan pedagang lain, yaitu almarhum Safari. Dia pun mulai melanjutkan profesi ibunya hingga memiliki seorang anak. “Sekarang cucu saya sudah dua,” ujar Rasmi yang tinggal tak jauh dari pasar tersebut.

Sebagai pedagang nasi pecel, lontong, dan kopi yang mandiri, dia pun merasakan betapa kebersihan pasar serta suasananya menjadi hal yang penting. Suasana baru itu benar-benar dia rasakan berbeda saat pasar selesai direvitalisasi.

Menurut Rasmi, adanya revitalisasi pasar tahun 2018 lalu memang memberi perubahan. Yaitu, pasar yang ada di lantai dua bisa lebih asyik dijadikan tempat nongkrong. Pemasangan jendela kaca di sisi utara pasar membuat konsumen bisa bersantai sambil meneguk secangkir kopi.

Kondisi pasar yang sekarang memang lebih memiliki daya tarik dibandingkan yang dulu. Apalagi, di pinggir bangunan pasar lantai dua sudah tak terlihat tirai-tirai berserakan seperti terpal, anyaman bambu, atau barang lain. “Dengan tutup kaca di pinggir pasar lantai dua, jadi lebih asyik untuk bersantai. Pembeli bisa melihat suasana dari atas pasar,” ucapnya.

Namun demikian, revitalisasi tersebut tak sepenuhnya sempurna. Dalam pengamatan dan pengalamannya, pemasangan kaca yang tertutup di sisi utara membuat keadaan tambah panas. “Bisa saja lebih nyaman kalau kacanya dipotong seperti di sisi selatan,” ungkapnya.

Dengan kondisi pasar yang demikian, Rasmi mengaku cukup menarik perhatian konsumen muda untuk datang ke pasar. Agar mereka yang bersantai di warung-warung kopi lantai dua bisa lebih maksimal, dirinya ingin agar kaca-kaca yang tertutup bisa dipotong. “Kalau siang, banyak yang mengeluh. Sebaiknya dipotong saja, agar angin bisa keluar masuk,” ungkapnya.

Keluhan ini tak hanya dirasakan oleh Rasmi, namun juga pedagang lainnya, khususnya yang berjualan di lantai dua. Para pedagang juga berharap agar pemerintah tidak hanya merevitalisasi pasar yang bisa dilihat dari luar. Akan tetapi, bagian pasar induk di dalam juga direvitalisasi. “Kalau yang dalam dicat, pasti lebih indah,” harapnya. (*)

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca

/