RADARJEMBER.ID- Pria paruh baya terlihat sedang mengajari siswa di MTs Miftahul Huda, Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu. Dari jauh, wajah yang terlihat bersahaja itu mengajar dengan perlahan. Dia begitu ramah ke siswanya. Sesekali tak lupa melontarkan lelucon demi mencairkan suasana di ruang kelas.
Meski usianya sudah 61 tahun, namun dia tetap terlihat bugar. Bahkan, pria yang gemar menggunakan songkok dan kemeja batik itu terlihat semangat dan sepenuh hati memberi materi pelajaran kepada siswa. Ditambah loyalitas mengabdikan diri untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa, meskipun telah berusia tidak muda lagi, ia perlu diacungi jempol. Sebab, banyak yang telah berumur lebih memilih beristirahat dan menikmati masa tua dibandingkan repot-repot mengajar.
Pria itu adalah Achmad Miskan Suhaili. Guru yang telah mengabdi selama 40 tahun di MTs Miftahul Huda. Sebuah sekolah yang terletak di pinggir sawah ujung selatan Kabupaten Jember. Jarak menuju pusat kota terbilang cukup jauh. Yakni perlu ditempuh 45 kilometer melalui jalur darat.
Pria yang akrab dipanggil Miskan itu memang sudah 40 tahun mengabdi sebagai guru di MTs Miftahul Huda. Karirnya dimulai sejak tahun 1983. Ketika dia berusia 21 tahun. Masa lajangnya diisi dengan mengabdi menjadi seorang guru di sekolah yang sampai saat ini jadi tempat dia mengajar. “Perjalanan pengabdian saya sejak awal menjadi guru sampai sekarang, ya, di sini, MTs Miftahul Huda,” ungkapnya.
Dalam perjalanannya menjadi guru, ayah empat anak itu memang cukup dekat dengan murid-muridnya. Begitu juga dengan warga Desa Sumberejo. Sebab, mayoritas wali siswanya merupakan mantan muridnya dulu. Bahkan, sebagian muridnya yang terdahulu ada yang sudah punya cucu.
Miskan masih ingat betul apa yang dialami saat bertugas di MTs Miftahul Huda. Kondisi sekolah yang masih tidak layak serta sarana dan prasarana yang belum bisa dikatakan baik menjadi kisah pengabdian tersendiri bagi pria asal Desa Sumberejo itu. “Tahun 1983 sekolah itu hanya berupa bangunan kecil di sebelah masjid yang terletak di jalan setapak,” ingatnya.
Miskan mengungkapkan, sekolah tempat dia mengabdi puluhan tahun itu menjadi tempat favorit bagi siswa kelas menengah ke bawah. Sebab, sampai saat ini sekolah yang masih berstatus swasta itu tidak memungut biaya banyak. Malah, mempersilakan siswa yang benar-benar kurang mampu untuk belajar secara gratis.
Ada beberapa alasan Miskan untuk terus mengabdikan hidupnya demi pendidikan di MTs Miftahul Huda. Pertama, sulit mencari guru untuk ditugaskan sebagai pengganti dia. Kedua, penduduk sekitar sekolah banyak yang mempertahankan dia untuk tetap mengajar.
Kendati demikian, Miskan masih tetap bertahan dan mengabdi untuk menjadi seorang guru meski di usianya yang sudah memasuki masa pensiun. Sebab, yang ada di benak Miskan sampai saat ini hanya ingin mencerdaskan anak-anak yang berada di pinggiran. “Saya punya keinginan untuk terus mendidik anak-anak pinggiran. Hal itu yang menyemangati saya sampai saat ini,” pungkasnya. (c2/nur)