22.4 C
Jember
Tuesday, 6 June 2023

Sudah Tercatat Dalam Buku Verbek 1932

Mobile_AP_Rectangle 1

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Keunikan dari formasi batu yang ada di Situs Kodedek, ternyata juga sudah pernah dicatat oleh orang Belanda dalam bukunya. Selain formasi susunan batu, ada juga bentuk batu kenong yang dianggap berbeda, jika dibandingkan dengan batu kenong di tempat lain.

Situs Kodedek, Klaster Persebaran Megalitikum Bondowoso

Hery Kusdaryanto, Sub Koordinator Sejarah dan Cagar Budaya pada Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda Olahraga (Disparbudpora) Bondowoso menjelaskan, berdasarkan dalam buku Verbeek itu dijelaskan bahwa di Kecamatan Maesan ada batu circle silinder, atau yang akrab dikenal dengan batu kenong melingkar saat ini. Hal ini mirip dengan benda yang ada di Pasema, Sumatera. Meski di sana hanya batu biasa yang diletakkan melingkar.

Mobile_AP_Rectangle 2

Dia menjelaskan, tempat itu pada zaman dahulu, dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai tempat berdoa. Oleh sebab itu, ketika ingin berburu dan mendapatkan hasil yang banyak. Maka, orang dulu akan pergi ke sana terlebih dahulu. Tapi jauh sebelum itu, tempat yang sama juga digunakan sebagai tempat pemujaan arwah nenek moyang mereka.

Meski begitu, Heri mengaku belum menemukan secara pasti sejarah lengkapnya. Karena situs itu dikategorikan sebagai dead monument. Atau situs yang sudah ditinggalkan oleh para penggunanya terdahulu. Berbeda dengan situs atau benda megalitik yang ada di Bali dan tempat lain.

Melihat itu, dia menjelaskan, hanya menggunakan perbandingan-perbandingan, sejarah terdahulu yang ada di daerah lain. Penggunaan batu serupa di daerah lain, menjadi acuan pihaknya dalam menentukan, kegunaan batu di Bondowoso pada zaman terdahulu. Mengingat benda megalitikum atau cagar budaya di Bondowoso jumlahnya mencapai ribuan.

Lebih lanjut, pria yang memiliki disiplin ilmu arkeologi ini menjelaskan jenis batuan yang digunakan sebagai batu kenong, di Situs Kodedek rata-rata batuan breksi, atau batuan padas dari letusan gunung berapi. Jenis tersebut memang lebih mudah dibentuk, jika dibandingkan dengan batuan andesit. “Bentuknya batu breksi juga lebih halus,” pungkasnya.

Jurnalis: Ilham Wahyudi
Fotografer: Ilham Wahyudi
Editor: Dwi Siswanto

- Advertisement -

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Keunikan dari formasi batu yang ada di Situs Kodedek, ternyata juga sudah pernah dicatat oleh orang Belanda dalam bukunya. Selain formasi susunan batu, ada juga bentuk batu kenong yang dianggap berbeda, jika dibandingkan dengan batu kenong di tempat lain.

Situs Kodedek, Klaster Persebaran Megalitikum Bondowoso

Hery Kusdaryanto, Sub Koordinator Sejarah dan Cagar Budaya pada Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda Olahraga (Disparbudpora) Bondowoso menjelaskan, berdasarkan dalam buku Verbeek itu dijelaskan bahwa di Kecamatan Maesan ada batu circle silinder, atau yang akrab dikenal dengan batu kenong melingkar saat ini. Hal ini mirip dengan benda yang ada di Pasema, Sumatera. Meski di sana hanya batu biasa yang diletakkan melingkar.

Dia menjelaskan, tempat itu pada zaman dahulu, dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai tempat berdoa. Oleh sebab itu, ketika ingin berburu dan mendapatkan hasil yang banyak. Maka, orang dulu akan pergi ke sana terlebih dahulu. Tapi jauh sebelum itu, tempat yang sama juga digunakan sebagai tempat pemujaan arwah nenek moyang mereka.

Meski begitu, Heri mengaku belum menemukan secara pasti sejarah lengkapnya. Karena situs itu dikategorikan sebagai dead monument. Atau situs yang sudah ditinggalkan oleh para penggunanya terdahulu. Berbeda dengan situs atau benda megalitik yang ada di Bali dan tempat lain.

Melihat itu, dia menjelaskan, hanya menggunakan perbandingan-perbandingan, sejarah terdahulu yang ada di daerah lain. Penggunaan batu serupa di daerah lain, menjadi acuan pihaknya dalam menentukan, kegunaan batu di Bondowoso pada zaman terdahulu. Mengingat benda megalitikum atau cagar budaya di Bondowoso jumlahnya mencapai ribuan.

Lebih lanjut, pria yang memiliki disiplin ilmu arkeologi ini menjelaskan jenis batuan yang digunakan sebagai batu kenong, di Situs Kodedek rata-rata batuan breksi, atau batuan padas dari letusan gunung berapi. Jenis tersebut memang lebih mudah dibentuk, jika dibandingkan dengan batuan andesit. “Bentuknya batu breksi juga lebih halus,” pungkasnya.

Jurnalis: Ilham Wahyudi
Fotografer: Ilham Wahyudi
Editor: Dwi Siswanto

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Keunikan dari formasi batu yang ada di Situs Kodedek, ternyata juga sudah pernah dicatat oleh orang Belanda dalam bukunya. Selain formasi susunan batu, ada juga bentuk batu kenong yang dianggap berbeda, jika dibandingkan dengan batu kenong di tempat lain.

Situs Kodedek, Klaster Persebaran Megalitikum Bondowoso

Hery Kusdaryanto, Sub Koordinator Sejarah dan Cagar Budaya pada Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda Olahraga (Disparbudpora) Bondowoso menjelaskan, berdasarkan dalam buku Verbeek itu dijelaskan bahwa di Kecamatan Maesan ada batu circle silinder, atau yang akrab dikenal dengan batu kenong melingkar saat ini. Hal ini mirip dengan benda yang ada di Pasema, Sumatera. Meski di sana hanya batu biasa yang diletakkan melingkar.

Dia menjelaskan, tempat itu pada zaman dahulu, dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai tempat berdoa. Oleh sebab itu, ketika ingin berburu dan mendapatkan hasil yang banyak. Maka, orang dulu akan pergi ke sana terlebih dahulu. Tapi jauh sebelum itu, tempat yang sama juga digunakan sebagai tempat pemujaan arwah nenek moyang mereka.

Meski begitu, Heri mengaku belum menemukan secara pasti sejarah lengkapnya. Karena situs itu dikategorikan sebagai dead monument. Atau situs yang sudah ditinggalkan oleh para penggunanya terdahulu. Berbeda dengan situs atau benda megalitik yang ada di Bali dan tempat lain.

Melihat itu, dia menjelaskan, hanya menggunakan perbandingan-perbandingan, sejarah terdahulu yang ada di daerah lain. Penggunaan batu serupa di daerah lain, menjadi acuan pihaknya dalam menentukan, kegunaan batu di Bondowoso pada zaman terdahulu. Mengingat benda megalitikum atau cagar budaya di Bondowoso jumlahnya mencapai ribuan.

Lebih lanjut, pria yang memiliki disiplin ilmu arkeologi ini menjelaskan jenis batuan yang digunakan sebagai batu kenong, di Situs Kodedek rata-rata batuan breksi, atau batuan padas dari letusan gunung berapi. Jenis tersebut memang lebih mudah dibentuk, jika dibandingkan dengan batuan andesit. “Bentuknya batu breksi juga lebih halus,” pungkasnya.

Jurnalis: Ilham Wahyudi
Fotografer: Ilham Wahyudi
Editor: Dwi Siswanto

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca