Mobile_AP_Rectangle 1
BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Memasuki edisi VI program Ngopi (Ngobrol Pis-Tipis), Jawa Pos Radar Ijen mendatangkan bintang tamu Inaka Patria Firano, seorang pembina klub motor Sunmori Bondowoso. Membahas dunia otomotif di Bondowoso saat ini.
Salah satu pembahasan menarik ketika Kaka, panggilan akrab Inaka, mengungkapkan jika selama ini klub motor sering mendapat tanggapan kurang baik dari masyarakat. Ini menjadi salah satu hal yang sering didapatkan klub motor.
Menurutnya, saat ini masih banyak masyarakat yang beranggapan negatif terhadap berbagai klub motor di Indonesia. Termasuk di Bondowoso. Misalnya ketika kumpul atau kopdar, tapi malah disangka geng motor, padahal bukan. “Kalau kami pakai apparel lengkap, sarung tangan, sepatu, jaket, celana panjang, helm full face, itu disangka mau balapan,” jelas alumnus Fakultas Hukum Unej tersebut.
Padahal, menurutnya, menggunakan apparel lengkap bisa mengurangi cedera ketika terjadi kecelakaan di jalan. Di sisi lain, menurutnya menggunakan apparel lengkap juga meminimalisasi anggapan buruk dari masyarakat. “Kalau riding gak pakai helm misalnya, itu akan lebih menambah perspektif negatif dari orang-orang di sekitar kita,” paparnya.
Pembahasan lain yang menarik adalah kondisi para pembalap yang ada di Bondowoso saat ini. Kaka mengatakan, jumlah pengendara yang memiliki minat dalam dunia balap motor sangat banyak. Tapi, hingga saat ini belum dilengkapi dengan fasilitas pendukung yang memadai. Karena itu, sangat sulit bagi para pembalap lokal untuk mengembangkan kemampuannya.
Lebih lanjut, dirinya berharap ke depan akan ada sarana bagi para pembalap Bondowoso untuk melakukan latihan. Sehingga mereka bisa mengembangkan kemampuan yang dimiliki. Apalagi saat ini Indonesia sudah memiliki sirkuit MotoGP kelas internasional. “Negara yang sudah punya sirkuit kelas dunia itu biasanya pembibitannya harus lebih ditekankan lagi,” tegasnya. Serta sangat disayangkan sekali apabila sirkuit kelas dunia tersebut tidak diisi oleh para pembalap asli dari Indonesia.
Jurnalis: mg3
Fotografer: mg3
Editor: Solikhul Huda
- Advertisement -
BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Memasuki edisi VI program Ngopi (Ngobrol Pis-Tipis), Jawa Pos Radar Ijen mendatangkan bintang tamu Inaka Patria Firano, seorang pembina klub motor Sunmori Bondowoso. Membahas dunia otomotif di Bondowoso saat ini.
Salah satu pembahasan menarik ketika Kaka, panggilan akrab Inaka, mengungkapkan jika selama ini klub motor sering mendapat tanggapan kurang baik dari masyarakat. Ini menjadi salah satu hal yang sering didapatkan klub motor.
Menurutnya, saat ini masih banyak masyarakat yang beranggapan negatif terhadap berbagai klub motor di Indonesia. Termasuk di Bondowoso. Misalnya ketika kumpul atau kopdar, tapi malah disangka geng motor, padahal bukan. “Kalau kami pakai apparel lengkap, sarung tangan, sepatu, jaket, celana panjang, helm full face, itu disangka mau balapan,” jelas alumnus Fakultas Hukum Unej tersebut.
Padahal, menurutnya, menggunakan apparel lengkap bisa mengurangi cedera ketika terjadi kecelakaan di jalan. Di sisi lain, menurutnya menggunakan apparel lengkap juga meminimalisasi anggapan buruk dari masyarakat. “Kalau riding gak pakai helm misalnya, itu akan lebih menambah perspektif negatif dari orang-orang di sekitar kita,” paparnya.
Pembahasan lain yang menarik adalah kondisi para pembalap yang ada di Bondowoso saat ini. Kaka mengatakan, jumlah pengendara yang memiliki minat dalam dunia balap motor sangat banyak. Tapi, hingga saat ini belum dilengkapi dengan fasilitas pendukung yang memadai. Karena itu, sangat sulit bagi para pembalap lokal untuk mengembangkan kemampuannya.
Lebih lanjut, dirinya berharap ke depan akan ada sarana bagi para pembalap Bondowoso untuk melakukan latihan. Sehingga mereka bisa mengembangkan kemampuan yang dimiliki. Apalagi saat ini Indonesia sudah memiliki sirkuit MotoGP kelas internasional. “Negara yang sudah punya sirkuit kelas dunia itu biasanya pembibitannya harus lebih ditekankan lagi,” tegasnya. Serta sangat disayangkan sekali apabila sirkuit kelas dunia tersebut tidak diisi oleh para pembalap asli dari Indonesia.
Jurnalis: mg3
Fotografer: mg3
Editor: Solikhul Huda
BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Memasuki edisi VI program Ngopi (Ngobrol Pis-Tipis), Jawa Pos Radar Ijen mendatangkan bintang tamu Inaka Patria Firano, seorang pembina klub motor Sunmori Bondowoso. Membahas dunia otomotif di Bondowoso saat ini.
Salah satu pembahasan menarik ketika Kaka, panggilan akrab Inaka, mengungkapkan jika selama ini klub motor sering mendapat tanggapan kurang baik dari masyarakat. Ini menjadi salah satu hal yang sering didapatkan klub motor.
Menurutnya, saat ini masih banyak masyarakat yang beranggapan negatif terhadap berbagai klub motor di Indonesia. Termasuk di Bondowoso. Misalnya ketika kumpul atau kopdar, tapi malah disangka geng motor, padahal bukan. “Kalau kami pakai apparel lengkap, sarung tangan, sepatu, jaket, celana panjang, helm full face, itu disangka mau balapan,” jelas alumnus Fakultas Hukum Unej tersebut.
Padahal, menurutnya, menggunakan apparel lengkap bisa mengurangi cedera ketika terjadi kecelakaan di jalan. Di sisi lain, menurutnya menggunakan apparel lengkap juga meminimalisasi anggapan buruk dari masyarakat. “Kalau riding gak pakai helm misalnya, itu akan lebih menambah perspektif negatif dari orang-orang di sekitar kita,” paparnya.
Pembahasan lain yang menarik adalah kondisi para pembalap yang ada di Bondowoso saat ini. Kaka mengatakan, jumlah pengendara yang memiliki minat dalam dunia balap motor sangat banyak. Tapi, hingga saat ini belum dilengkapi dengan fasilitas pendukung yang memadai. Karena itu, sangat sulit bagi para pembalap lokal untuk mengembangkan kemampuannya.
Lebih lanjut, dirinya berharap ke depan akan ada sarana bagi para pembalap Bondowoso untuk melakukan latihan. Sehingga mereka bisa mengembangkan kemampuan yang dimiliki. Apalagi saat ini Indonesia sudah memiliki sirkuit MotoGP kelas internasional. “Negara yang sudah punya sirkuit kelas dunia itu biasanya pembibitannya harus lebih ditekankan lagi,” tegasnya. Serta sangat disayangkan sekali apabila sirkuit kelas dunia tersebut tidak diisi oleh para pembalap asli dari Indonesia.
Jurnalis: mg3
Fotografer: mg3
Editor: Solikhul Huda