Mobile_AP_Rectangle 1
TENGGARANG, Radar Ijen – Penanganan pada kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Bondowoso perlu ditingkatkan. Sebab, saat ini penanganan hanya dilakukan saat terdeteksi adanya pasien terkena DBD saja.
BACA JUGA :Â Antisipasi Cuaca Ekstrem Seluruh Indonesia, Polri Siagakan Personel SAR
Perhatian pada peningkatan kasus DBD di Bondowoso perlu ditingkatkan. Dari 224 kasus pada tahun 2022 ini, sudah terdapat lima orang meninggal dunia. Penderita DBD meninggal ini turut meningkat daripada tahun sebelumnya yang hanya empat orang saja.
Mobile_AP_Rectangle 2
Ketua Komisi IV DPRD Bondowoso Kukuh Rahardjo mengatakan, peningkatan penanganan pada kasus tersebut perlu dilakukan di beberapa Kecamatan dengan kasus DBD tertinggi. Diantaranya Kecamatan Wringin dengan angka kasus sebanyak 28 dan Kecamatan Tapen dengan angka 24 kasus.
Menurut Kukuh penanganan tersebut harus dilakukan secara preventif agar kasus tidak sampai terjadi. Dirinya menguraikan tindakan tersebut bisa dilakukan dengan berbentuk sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. Sebab dirinya khawatir, masih banyak masyarakat yang tidak tahu, seperti apa nyamuk DBD, lahirnya dari mana dan bagaimana cara mengantisipasinya. “Harus dilakukan langkah preventif agar kasus DBD tidak sampai terjadi,” terangnya kepada Jawa Pos Radar Ijen, kemarin.
- Advertisement -
TENGGARANG, Radar Ijen – Penanganan pada kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Bondowoso perlu ditingkatkan. Sebab, saat ini penanganan hanya dilakukan saat terdeteksi adanya pasien terkena DBD saja.
BACA JUGA :Â Antisipasi Cuaca Ekstrem Seluruh Indonesia, Polri Siagakan Personel SAR
Perhatian pada peningkatan kasus DBD di Bondowoso perlu ditingkatkan. Dari 224 kasus pada tahun 2022 ini, sudah terdapat lima orang meninggal dunia. Penderita DBD meninggal ini turut meningkat daripada tahun sebelumnya yang hanya empat orang saja.
Ketua Komisi IV DPRD Bondowoso Kukuh Rahardjo mengatakan, peningkatan penanganan pada kasus tersebut perlu dilakukan di beberapa Kecamatan dengan kasus DBD tertinggi. Diantaranya Kecamatan Wringin dengan angka kasus sebanyak 28 dan Kecamatan Tapen dengan angka 24 kasus.
Menurut Kukuh penanganan tersebut harus dilakukan secara preventif agar kasus tidak sampai terjadi. Dirinya menguraikan tindakan tersebut bisa dilakukan dengan berbentuk sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. Sebab dirinya khawatir, masih banyak masyarakat yang tidak tahu, seperti apa nyamuk DBD, lahirnya dari mana dan bagaimana cara mengantisipasinya. “Harus dilakukan langkah preventif agar kasus DBD tidak sampai terjadi,” terangnya kepada Jawa Pos Radar Ijen, kemarin.
TENGGARANG, Radar Ijen – Penanganan pada kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Bondowoso perlu ditingkatkan. Sebab, saat ini penanganan hanya dilakukan saat terdeteksi adanya pasien terkena DBD saja.
BACA JUGA :Â Antisipasi Cuaca Ekstrem Seluruh Indonesia, Polri Siagakan Personel SAR
Perhatian pada peningkatan kasus DBD di Bondowoso perlu ditingkatkan. Dari 224 kasus pada tahun 2022 ini, sudah terdapat lima orang meninggal dunia. Penderita DBD meninggal ini turut meningkat daripada tahun sebelumnya yang hanya empat orang saja.
Ketua Komisi IV DPRD Bondowoso Kukuh Rahardjo mengatakan, peningkatan penanganan pada kasus tersebut perlu dilakukan di beberapa Kecamatan dengan kasus DBD tertinggi. Diantaranya Kecamatan Wringin dengan angka kasus sebanyak 28 dan Kecamatan Tapen dengan angka 24 kasus.
Menurut Kukuh penanganan tersebut harus dilakukan secara preventif agar kasus tidak sampai terjadi. Dirinya menguraikan tindakan tersebut bisa dilakukan dengan berbentuk sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. Sebab dirinya khawatir, masih banyak masyarakat yang tidak tahu, seperti apa nyamuk DBD, lahirnya dari mana dan bagaimana cara mengantisipasinya. “Harus dilakukan langkah preventif agar kasus DBD tidak sampai terjadi,” terangnya kepada Jawa Pos Radar Ijen, kemarin.