BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Ratusan santri Pondok Pesantren Darul Falah mendapatkan ilmu baru terkait tata cara pertolongan pertama jika ada yang mengalami gangguan pada jantung dengan cara pijat jantung. Ini setelah 300 santri mengikuti pelatihan basic life support dari Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) Bondowoso, kemarin (28/11).
Kegiatan yang berlangsung di halaman Ponpes Darul Falah tersebut merupakan kolaborasi berbagai organisasi kesehatan dan sosial. Di antaranya Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (Perki), Perhimpunan Dokter Nahdlatul Ulama (PDNU), Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ikatan Istri Dokter Indonesia (IIDI), Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shodaqoh Nahdlatul Ulama (LAZIZNU), serta Ponpes Darul Falah dan Klinik NU Cermee.
Informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Ijen, basic life support (BLS) adalah pelatihan dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang, agar mampu melakukan resusitasi jantung paru (RJP) dengan segera. Hal itu dimaksudkan agar santri atau masyarakat yang melihat atau menemukan seseorang yang mengalami henti jantung bisa memberikan pertolongan sebelum bantuan medis tiba.
Ketua LKNU Bondowoso dr Habib Muzakki mengatakan, kegiatan pelatihan tersebut digelar dalam rangka Hari Kesehatan Nasional dan Hari Santri Nasional. “Pelatihan pijat jantung yang diikuti ratusan santri ini penting,” katanya.
Tujuan kegiatan ini, kata dia, agar para santri atau masyarakat umum bisa mengetahui penanganan awal apabila menemui orang yang terkena serangan jantung. “Dengan tujuan meminimalisasi risiko kematian akibat serangan jantung,” katanya saat dikonfirmasi Jawa Pos Radar Ijen.
Ke depan, lanjut dia, LKNU dan IDI akan terus berkolaborasi untuk menjadikan Bondowoso semakin sehat. “Akan memajukan Bondowoso, terutama di bidang kesehatan,” imbuhnya.
Di sisi lain, Ketua IDI Bondowoso dr Nurwahyudi mengatakan bahwa sebanyak 300 santri telah dilatih penanganan bantuan hidup dasar pada orang henti jantung. Diharapkan para santri mampu menguasai dan memahami pelajaran serta praktik yang diberikan. “Harapannya kematian akibat henti jantung diminimalisasi. Semoga ke depan IDI lebih berperan lagi,” ujarnya.
Selain pelatihan BLS, sebanyak 170 orang juga mengikuti pemeriksaan kulit dan pemeriksaan USG jantung untuk 31 ibu hamil. Serta 20 orang diperiksa mata. “Pemeriksaan terhadap ibu hamil tersebut untuk melihat kelainan jantung pada mereka. Untuk mata bertujuan memeriksa katarak,” tandasnya.
Jurnalis : Ilham Wahyudi
Fotografer : Istimewa
Redaktur : Lintang Anis Bena Kinanti