21.2 C
Jember
Wednesday, 31 May 2023

Dapat Diskon Study Exchange, namun Terancam Tak Diambil

Fani Saputra, Raih Juara III Lomba Project Exchange Dengan usaha yang sungguh-sungguh, cita-cita akan tercapai. Hal itu dibuktikan Fani Indra Saputra, mahasiswa sekaligus santri yang kini menempuh pendidikan S-1 di Unej kampus Bondowoso. Baru saja dia meraih juara III Lomba Project Exchange.

Mobile_AP_Rectangle 1

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Kopiah hitam lengkap dengan jas almamater dan celana kain membuat Fani Indra Saputra lekat dengan budaya santri. Kopiah itu menjadi mahkotanya setiap hari. Walau sedang ke kampus.

Selain menempuh S-1 di Unej Kampus Bondowoso, Fani yang kini berusia 20 tahun itu juga menjadi santri Ponpes Nurul Ma’rifah, Desa Poncogati, Kecamatan Curahdami.

Baru-baru ini, ia mendapat prestasi membanggakan. Fani menyabet juara III Lomba Project Exchange 1.0.1, AIESEC Universitas Jember. Materi yang dilombakan terkait pengembangan program berkelanjutan SDGs desa.

Mobile_AP_Rectangle 2

Awalnya, Fani mengaku hanya ingin coba-coba ikut lomba. Sebagai pendukung, ia mengikuti pelatihan dan mentoring pembuatan project materi yang dilombakan. Untuk kegiatan mentoring tersebut, Fani juga harus mengeluarkan biaya sendiri. “Saya mulai berpikir waktu itu, kalau saya buat mainan, maka saya akan rugi,” katanya.

Fani kemudian belajar dan mengikuti pembinaan dengan serius. Ia tidak pernah menargetkan harus juara dalam lomba itu. Terpenting, bisa dijadikan pengalaman.

Akhirnya, dengan segala kendala yang dihadapi, ia menjadi juara tiga dalam lomba itu. Hal tersebut menjadi salah satu pencapaian terbesarnya selama ini. Apalagi, sebelumnya ia hanya bisa sampai pada tahap finalis. Tidak pernah keluar sebagai pemenang.

Atas keberhasilannya itu, dirinya mendapatkan diskon untuk melakukan study exchange ke luar negeri. Sayangnya, karena terkendala kondisi ekonomi keluarganya, kesempatan tersebut terancam tidak ia manfaatkan.

Tapi, setelah mendapatkan masukan dari berbagai pihak, dirinya terus mengusahakan untuk mendapatkan kesempatan belajar di luar negeri. Salah satu cara yang ia lakukan adalah mengajukan proposal kepada panitia penyelenggara lomba, sesuai dengan arahan mereka.

Awalnya, Fani memang tidak diperbolehkan untuk menjalani pendidikan di perguruan tinggi oleh keluarganya. Mengingat kondisi ekonomi mereka yang dinilai kurang mampu. Tapi, karena Fani sukses meraih beasiswa, walaupun syaratnya harus mondok, ia pun diperbolehkan untuk kuliah.

Jurnalis: Ilham Wahyudi
Fotografer: Ilham Wahyudi
Editor: Solikhul Huda

- Advertisement -

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Kopiah hitam lengkap dengan jas almamater dan celana kain membuat Fani Indra Saputra lekat dengan budaya santri. Kopiah itu menjadi mahkotanya setiap hari. Walau sedang ke kampus.

Selain menempuh S-1 di Unej Kampus Bondowoso, Fani yang kini berusia 20 tahun itu juga menjadi santri Ponpes Nurul Ma’rifah, Desa Poncogati, Kecamatan Curahdami.

Baru-baru ini, ia mendapat prestasi membanggakan. Fani menyabet juara III Lomba Project Exchange 1.0.1, AIESEC Universitas Jember. Materi yang dilombakan terkait pengembangan program berkelanjutan SDGs desa.

Awalnya, Fani mengaku hanya ingin coba-coba ikut lomba. Sebagai pendukung, ia mengikuti pelatihan dan mentoring pembuatan project materi yang dilombakan. Untuk kegiatan mentoring tersebut, Fani juga harus mengeluarkan biaya sendiri. “Saya mulai berpikir waktu itu, kalau saya buat mainan, maka saya akan rugi,” katanya.

Fani kemudian belajar dan mengikuti pembinaan dengan serius. Ia tidak pernah menargetkan harus juara dalam lomba itu. Terpenting, bisa dijadikan pengalaman.

Akhirnya, dengan segala kendala yang dihadapi, ia menjadi juara tiga dalam lomba itu. Hal tersebut menjadi salah satu pencapaian terbesarnya selama ini. Apalagi, sebelumnya ia hanya bisa sampai pada tahap finalis. Tidak pernah keluar sebagai pemenang.

Atas keberhasilannya itu, dirinya mendapatkan diskon untuk melakukan study exchange ke luar negeri. Sayangnya, karena terkendala kondisi ekonomi keluarganya, kesempatan tersebut terancam tidak ia manfaatkan.

Tapi, setelah mendapatkan masukan dari berbagai pihak, dirinya terus mengusahakan untuk mendapatkan kesempatan belajar di luar negeri. Salah satu cara yang ia lakukan adalah mengajukan proposal kepada panitia penyelenggara lomba, sesuai dengan arahan mereka.

Awalnya, Fani memang tidak diperbolehkan untuk menjalani pendidikan di perguruan tinggi oleh keluarganya. Mengingat kondisi ekonomi mereka yang dinilai kurang mampu. Tapi, karena Fani sukses meraih beasiswa, walaupun syaratnya harus mondok, ia pun diperbolehkan untuk kuliah.

Jurnalis: Ilham Wahyudi
Fotografer: Ilham Wahyudi
Editor: Solikhul Huda

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Kopiah hitam lengkap dengan jas almamater dan celana kain membuat Fani Indra Saputra lekat dengan budaya santri. Kopiah itu menjadi mahkotanya setiap hari. Walau sedang ke kampus.

Selain menempuh S-1 di Unej Kampus Bondowoso, Fani yang kini berusia 20 tahun itu juga menjadi santri Ponpes Nurul Ma’rifah, Desa Poncogati, Kecamatan Curahdami.

Baru-baru ini, ia mendapat prestasi membanggakan. Fani menyabet juara III Lomba Project Exchange 1.0.1, AIESEC Universitas Jember. Materi yang dilombakan terkait pengembangan program berkelanjutan SDGs desa.

Awalnya, Fani mengaku hanya ingin coba-coba ikut lomba. Sebagai pendukung, ia mengikuti pelatihan dan mentoring pembuatan project materi yang dilombakan. Untuk kegiatan mentoring tersebut, Fani juga harus mengeluarkan biaya sendiri. “Saya mulai berpikir waktu itu, kalau saya buat mainan, maka saya akan rugi,” katanya.

Fani kemudian belajar dan mengikuti pembinaan dengan serius. Ia tidak pernah menargetkan harus juara dalam lomba itu. Terpenting, bisa dijadikan pengalaman.

Akhirnya, dengan segala kendala yang dihadapi, ia menjadi juara tiga dalam lomba itu. Hal tersebut menjadi salah satu pencapaian terbesarnya selama ini. Apalagi, sebelumnya ia hanya bisa sampai pada tahap finalis. Tidak pernah keluar sebagai pemenang.

Atas keberhasilannya itu, dirinya mendapatkan diskon untuk melakukan study exchange ke luar negeri. Sayangnya, karena terkendala kondisi ekonomi keluarganya, kesempatan tersebut terancam tidak ia manfaatkan.

Tapi, setelah mendapatkan masukan dari berbagai pihak, dirinya terus mengusahakan untuk mendapatkan kesempatan belajar di luar negeri. Salah satu cara yang ia lakukan adalah mengajukan proposal kepada panitia penyelenggara lomba, sesuai dengan arahan mereka.

Awalnya, Fani memang tidak diperbolehkan untuk menjalani pendidikan di perguruan tinggi oleh keluarganya. Mengingat kondisi ekonomi mereka yang dinilai kurang mampu. Tapi, karena Fani sukses meraih beasiswa, walaupun syaratnya harus mondok, ia pun diperbolehkan untuk kuliah.

Jurnalis: Ilham Wahyudi
Fotografer: Ilham Wahyudi
Editor: Solikhul Huda

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca