22.9 C
Jember
Friday, 31 March 2023

Mulai Dirikan Tenda hingga Revisi Perbup

Covid-19 Naik Tajam, Pemda Pasang Badan Penambahan kasus Covid-19 sepekan ini mengerikan. Bahkan, berdasar data yg dikeluarkan Dinas Kesehatan, grafik penambahan kasus di Bondowoso sempat menjadi yang tertinggi se-Jawa Timur.

Mobile_AP_Rectangle 1

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Anggota Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Bondowoso mendirikan tenda darurat pada Sabtu (26/6). Tenda itu sebagai antisipasi melonjaknya kasus Covid-19 di Bondowoso. Sepekan terakhir, penambahan kasus Covid-19 sangat mengerikan. Bahkan, Bondowoso sempat menjadi daerah dengan penambahan kasus tertinggi di Jatim.

Pendirian tenda itu, menjadi langkah antisipasi. Beriringan dengan itu, keramaian di alun-alun pada Minggu pagi juga langsung ditiadakan. Polisi menutup jalur. Sementara itu, Bupati Bondowoso KH Salwa Arifin telah melakukan rapat untuk membuat revisi perbup tentang pengaturan kemasyarakatan di tengah pandemi Covid-19. Mengingat, kasus Covid-19 meningkat tajam. Karena itu, peraturan harus diperkuat dan diperketat.

Bupati Salwa menyatakan, peningkatan kasus tersebut tentu menjadi perhatian serius. Oleh sebab itu, pihaknya tengah menggodok revisi Peraturan Bupati (Perbup) Nomor 107 Tahun 2020 tentang Pengaturan Kemasyarakatan di Tengah Pandemi Covid-19. “Kami berupaya maksimal untuk merevisi perbup dan pengetatan PPKM mikro ini untuk masyarakat,” tuturnya usai menghadiri vaksinasi masyarakat di halaman Pemkab Bondowoso, Sabtu (26/6).

Mobile_AP_Rectangle 2

Dia juga meminta optimalisasi pelaksanaan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat berbasis mikro (PPKM) mikro. “Akan kami kembali tekankan peningkatan PPKM mikro tersebut,” tegasnya.

Menurut dia, selama ini demi menyelamatkan perekonomian warga, pihaknya memang memberi ruang agar masyarakat bisa melakukan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masing-masing. Namun, harus menerapkan protokol kesehatan (prokes).

Selain itu untuk kegiatan umum di ruangan, jika awalnya harus memakai prokes maksimal dan kapasitas ruangan 50 persen, hal itu akan direvisi dan dipersempit lagi. “Ke depan akan kembali dikerucutkan menjadi 25 persen dari tempat aktivitas,” tambahnya.

Sementara itu, Direktur RSUD Koesnadi, dr Yus Priyatna mengaku, pihaknya mendorong pemberlakukan lockdown parsial di Bondowoso. Dia mencontohkan, rencana pendidikan tatap muka sebaiknya ditunda, kantor dilakukan Work From Home (WFH), kegiatan di pasar hendaknya dikurangi. “Model seperti saat awal-awal Covid-19. Di mana-mana ada tempat cuci tangan,” ujarnya.

Pihaknya sengaja mendorong itu karena unit gawat darurat (UGD) saat ini penuh pasien. Bahkan, hingga saat ini, ada 12 bed pasien stagnan di UGD. Mereka menunggu hasil swab PCR.

Di sisi lain, tenaga medis di rumah sakit daerah juga sudah mulai kewalahan. “Apalagi tenaga perawat sudah ada yang konfirmasi (perawat di RSUD Koesnadi, Red). Karena itu, kemarin kami merekrut 20 tenaga tambahan,” ujarnya.

Dia mengakui bahwa lonjakan kasus di Kota Tape ini bagian imbas dari kejadian di berbagai kota lain. Belum lagi, ini bagian dari dampak masyarakat lengah. Sebab, kasus Covid-19 sempat turun drastis di Bondowoso pada Maret dan April 2021. “Sampai hari puasa itu sepi, pasien juga sepi. Meledaknya ini seminggu setelah hari raya,” pungkasnya.

Jurnalis: Ilham Wahyudi
Fotografer: Istimewa
Editor: Solikhul Huda

- Advertisement -

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Anggota Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Bondowoso mendirikan tenda darurat pada Sabtu (26/6). Tenda itu sebagai antisipasi melonjaknya kasus Covid-19 di Bondowoso. Sepekan terakhir, penambahan kasus Covid-19 sangat mengerikan. Bahkan, Bondowoso sempat menjadi daerah dengan penambahan kasus tertinggi di Jatim.

Pendirian tenda itu, menjadi langkah antisipasi. Beriringan dengan itu, keramaian di alun-alun pada Minggu pagi juga langsung ditiadakan. Polisi menutup jalur. Sementara itu, Bupati Bondowoso KH Salwa Arifin telah melakukan rapat untuk membuat revisi perbup tentang pengaturan kemasyarakatan di tengah pandemi Covid-19. Mengingat, kasus Covid-19 meningkat tajam. Karena itu, peraturan harus diperkuat dan diperketat.

Bupati Salwa menyatakan, peningkatan kasus tersebut tentu menjadi perhatian serius. Oleh sebab itu, pihaknya tengah menggodok revisi Peraturan Bupati (Perbup) Nomor 107 Tahun 2020 tentang Pengaturan Kemasyarakatan di Tengah Pandemi Covid-19. “Kami berupaya maksimal untuk merevisi perbup dan pengetatan PPKM mikro ini untuk masyarakat,” tuturnya usai menghadiri vaksinasi masyarakat di halaman Pemkab Bondowoso, Sabtu (26/6).

Dia juga meminta optimalisasi pelaksanaan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat berbasis mikro (PPKM) mikro. “Akan kami kembali tekankan peningkatan PPKM mikro tersebut,” tegasnya.

Menurut dia, selama ini demi menyelamatkan perekonomian warga, pihaknya memang memberi ruang agar masyarakat bisa melakukan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masing-masing. Namun, harus menerapkan protokol kesehatan (prokes).

Selain itu untuk kegiatan umum di ruangan, jika awalnya harus memakai prokes maksimal dan kapasitas ruangan 50 persen, hal itu akan direvisi dan dipersempit lagi. “Ke depan akan kembali dikerucutkan menjadi 25 persen dari tempat aktivitas,” tambahnya.

Sementara itu, Direktur RSUD Koesnadi, dr Yus Priyatna mengaku, pihaknya mendorong pemberlakukan lockdown parsial di Bondowoso. Dia mencontohkan, rencana pendidikan tatap muka sebaiknya ditunda, kantor dilakukan Work From Home (WFH), kegiatan di pasar hendaknya dikurangi. “Model seperti saat awal-awal Covid-19. Di mana-mana ada tempat cuci tangan,” ujarnya.

Pihaknya sengaja mendorong itu karena unit gawat darurat (UGD) saat ini penuh pasien. Bahkan, hingga saat ini, ada 12 bed pasien stagnan di UGD. Mereka menunggu hasil swab PCR.

Di sisi lain, tenaga medis di rumah sakit daerah juga sudah mulai kewalahan. “Apalagi tenaga perawat sudah ada yang konfirmasi (perawat di RSUD Koesnadi, Red). Karena itu, kemarin kami merekrut 20 tenaga tambahan,” ujarnya.

Dia mengakui bahwa lonjakan kasus di Kota Tape ini bagian imbas dari kejadian di berbagai kota lain. Belum lagi, ini bagian dari dampak masyarakat lengah. Sebab, kasus Covid-19 sempat turun drastis di Bondowoso pada Maret dan April 2021. “Sampai hari puasa itu sepi, pasien juga sepi. Meledaknya ini seminggu setelah hari raya,” pungkasnya.

Jurnalis: Ilham Wahyudi
Fotografer: Istimewa
Editor: Solikhul Huda

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Anggota Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Bondowoso mendirikan tenda darurat pada Sabtu (26/6). Tenda itu sebagai antisipasi melonjaknya kasus Covid-19 di Bondowoso. Sepekan terakhir, penambahan kasus Covid-19 sangat mengerikan. Bahkan, Bondowoso sempat menjadi daerah dengan penambahan kasus tertinggi di Jatim.

Pendirian tenda itu, menjadi langkah antisipasi. Beriringan dengan itu, keramaian di alun-alun pada Minggu pagi juga langsung ditiadakan. Polisi menutup jalur. Sementara itu, Bupati Bondowoso KH Salwa Arifin telah melakukan rapat untuk membuat revisi perbup tentang pengaturan kemasyarakatan di tengah pandemi Covid-19. Mengingat, kasus Covid-19 meningkat tajam. Karena itu, peraturan harus diperkuat dan diperketat.

Bupati Salwa menyatakan, peningkatan kasus tersebut tentu menjadi perhatian serius. Oleh sebab itu, pihaknya tengah menggodok revisi Peraturan Bupati (Perbup) Nomor 107 Tahun 2020 tentang Pengaturan Kemasyarakatan di Tengah Pandemi Covid-19. “Kami berupaya maksimal untuk merevisi perbup dan pengetatan PPKM mikro ini untuk masyarakat,” tuturnya usai menghadiri vaksinasi masyarakat di halaman Pemkab Bondowoso, Sabtu (26/6).

Dia juga meminta optimalisasi pelaksanaan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat berbasis mikro (PPKM) mikro. “Akan kami kembali tekankan peningkatan PPKM mikro tersebut,” tegasnya.

Menurut dia, selama ini demi menyelamatkan perekonomian warga, pihaknya memang memberi ruang agar masyarakat bisa melakukan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masing-masing. Namun, harus menerapkan protokol kesehatan (prokes).

Selain itu untuk kegiatan umum di ruangan, jika awalnya harus memakai prokes maksimal dan kapasitas ruangan 50 persen, hal itu akan direvisi dan dipersempit lagi. “Ke depan akan kembali dikerucutkan menjadi 25 persen dari tempat aktivitas,” tambahnya.

Sementara itu, Direktur RSUD Koesnadi, dr Yus Priyatna mengaku, pihaknya mendorong pemberlakukan lockdown parsial di Bondowoso. Dia mencontohkan, rencana pendidikan tatap muka sebaiknya ditunda, kantor dilakukan Work From Home (WFH), kegiatan di pasar hendaknya dikurangi. “Model seperti saat awal-awal Covid-19. Di mana-mana ada tempat cuci tangan,” ujarnya.

Pihaknya sengaja mendorong itu karena unit gawat darurat (UGD) saat ini penuh pasien. Bahkan, hingga saat ini, ada 12 bed pasien stagnan di UGD. Mereka menunggu hasil swab PCR.

Di sisi lain, tenaga medis di rumah sakit daerah juga sudah mulai kewalahan. “Apalagi tenaga perawat sudah ada yang konfirmasi (perawat di RSUD Koesnadi, Red). Karena itu, kemarin kami merekrut 20 tenaga tambahan,” ujarnya.

Dia mengakui bahwa lonjakan kasus di Kota Tape ini bagian imbas dari kejadian di berbagai kota lain. Belum lagi, ini bagian dari dampak masyarakat lengah. Sebab, kasus Covid-19 sempat turun drastis di Bondowoso pada Maret dan April 2021. “Sampai hari puasa itu sepi, pasien juga sepi. Meledaknya ini seminggu setelah hari raya,” pungkasnya.

Jurnalis: Ilham Wahyudi
Fotografer: Istimewa
Editor: Solikhul Huda

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca