29.4 C
Jember
Saturday, 1 April 2023

Sepi Dua Minggu, Berikutnya Lancar Jaya

Inspirasi dan peluang untuk sukses dalam usaha bisa datang dari mana saja dan kapan saja. Peluang itu akan menjadi sebuah kesuksesan apabila ditekuni dengan baik dan tidak pernah putus asa dalam menjalaninya. Selalu berusaha bangkit apabila mengalami kegagalan. Itulah gambaran usaha Tape Crispy yang dijalani Nurul Hidayati.

Mobile_AP_Rectangle 1

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Gehael Food Tape Crispy, begitu orang-orang menyebutnya. Produk usaha kecil dan menengah (UKM) asal Curahdami ini adalah salah satu produk yang tak terkena imbas ketika awal pandemi Covid-19 melanda. Sebab, saat itu produk ini hanya sepi selama dua minggu. Berikutnya UKM satu ini baik-baik saja. Bahkan semakin banyak pesanan.

Nurul Hidayati, pemilik produk Tape Crispy, mengatakan, pertengahan Maret 2020, produksinya sempat dihantam pandemi Covid-19. Saat itu pesanan sempat turun selama dua minggu. Namun, sepinya pesanan itu hanya dirasakan dua minggu pertama pandemi Covid-19. Setelah itu, pesanan naik dan permintaan banyak dari luar daerah. “Bahkan sampai over load,” terangnya.

Sampai-sampai, Nurul memutuskan untuk membeli peralatan baru dengan kapasitas yang lebih besar. Awalnya, Nurul sempat mendapat bantuan vacuum frying dan freezer dari Diskoperindag. Namun, akhirnya harus upgrade karena pesanan semakin banyak.

Mobile_AP_Rectangle 2

Nurul melayani pesanan tidak hanya dalam negeri, namun sampai luar negeri. Seperti Tiongkok dan Malaysia. Selain itu, pesanan dari dalam negeri, terjauh datang dari Halmahera.

Namun, laju pasar naik-turun. Walaupun selama masa pandemi awal usahanya tidak terdampak, pada dua bulan terakhir penjualannya mengalami penurunan. Dia menengarai karena banyaknya bencana yang terjadi dan meningkatnya angka terpapar Covid-19. “Jadi, saya baru merasakan terdampak Covid ini ya sejak bulan terakhir. Bulan pertama turun sampai 10 persen, kemudian paling parah bulan ini. Penurunan omzetnya bisa sampai 50 persen” imbuhnya.

Nurul membuat Tape Crispy karena melihat brand Bondowoso Kota Tape. Terlintas dalam benaknya membuat produk kuliner khas. Akhirnya, dia berkreasi membuat Tape Crispy. Selama ini, pembuatan Tape Crispy telah mengalami banyak sejarah. Bahkan pernah gagal produksi sampai mendapat teguran dari Diskoperindag.

Awalnya Nurul coba-coba. Yakni ketika mendapatkan oleh-oleh dari saudaranya berupa Tape Crispy. Dirinya kemudian memesan lebih banyak produk saudaranya, setelah itu melakukan repack alias mengemas ulang produk saudaranya tersebut. Berikutnya, dijual secara online. Hari pertama melakukan repack menunjukan hasil yang luar biasa. Nurul berhasil menjual 100 pcs.

Usaha sudah berjalan, akhirnya didaftarkan ke UKM Diskoperindag. Sampai dia mendapatkan vacuum friyer dan freezer untuk produksi Tape Crispy. Saat mendapatkan alat, Nurul sempat bingung. Sebab memang sebelumnya, Nurul bekerja sebagai kepala instalasi farmasi di salah satu rumah sakit di Bondowoso selama delapan tahun. Jadi background-nya adalah seorang apoteker, bukan seorang pengusaha. Namun, karena ketekunannya, dia akhirnya bisa menguasai ilmu wirausaha. Dia banyak belajar dari YouTube.

Dalam prosesnya, Nurul sempat gagal. Namun terus mencoba dan menemukan formulasi yang tepat. Kini dia sudah banyak memproduksi makanan unik. Tak berhenti sampai di situ, Nurul terus menimba ilmu. Ikut pelatihan pembuatan makanan olahan sampai membuat packaging. Sebab baginya, kegagalan adalah hal wajar. Kuncinya jangan sampai menyerah.

- Advertisement -

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Gehael Food Tape Crispy, begitu orang-orang menyebutnya. Produk usaha kecil dan menengah (UKM) asal Curahdami ini adalah salah satu produk yang tak terkena imbas ketika awal pandemi Covid-19 melanda. Sebab, saat itu produk ini hanya sepi selama dua minggu. Berikutnya UKM satu ini baik-baik saja. Bahkan semakin banyak pesanan.

Nurul Hidayati, pemilik produk Tape Crispy, mengatakan, pertengahan Maret 2020, produksinya sempat dihantam pandemi Covid-19. Saat itu pesanan sempat turun selama dua minggu. Namun, sepinya pesanan itu hanya dirasakan dua minggu pertama pandemi Covid-19. Setelah itu, pesanan naik dan permintaan banyak dari luar daerah. “Bahkan sampai over load,” terangnya.

Sampai-sampai, Nurul memutuskan untuk membeli peralatan baru dengan kapasitas yang lebih besar. Awalnya, Nurul sempat mendapat bantuan vacuum frying dan freezer dari Diskoperindag. Namun, akhirnya harus upgrade karena pesanan semakin banyak.

Nurul melayani pesanan tidak hanya dalam negeri, namun sampai luar negeri. Seperti Tiongkok dan Malaysia. Selain itu, pesanan dari dalam negeri, terjauh datang dari Halmahera.

Namun, laju pasar naik-turun. Walaupun selama masa pandemi awal usahanya tidak terdampak, pada dua bulan terakhir penjualannya mengalami penurunan. Dia menengarai karena banyaknya bencana yang terjadi dan meningkatnya angka terpapar Covid-19. “Jadi, saya baru merasakan terdampak Covid ini ya sejak bulan terakhir. Bulan pertama turun sampai 10 persen, kemudian paling parah bulan ini. Penurunan omzetnya bisa sampai 50 persen” imbuhnya.

Nurul membuat Tape Crispy karena melihat brand Bondowoso Kota Tape. Terlintas dalam benaknya membuat produk kuliner khas. Akhirnya, dia berkreasi membuat Tape Crispy. Selama ini, pembuatan Tape Crispy telah mengalami banyak sejarah. Bahkan pernah gagal produksi sampai mendapat teguran dari Diskoperindag.

Awalnya Nurul coba-coba. Yakni ketika mendapatkan oleh-oleh dari saudaranya berupa Tape Crispy. Dirinya kemudian memesan lebih banyak produk saudaranya, setelah itu melakukan repack alias mengemas ulang produk saudaranya tersebut. Berikutnya, dijual secara online. Hari pertama melakukan repack menunjukan hasil yang luar biasa. Nurul berhasil menjual 100 pcs.

Usaha sudah berjalan, akhirnya didaftarkan ke UKM Diskoperindag. Sampai dia mendapatkan vacuum friyer dan freezer untuk produksi Tape Crispy. Saat mendapatkan alat, Nurul sempat bingung. Sebab memang sebelumnya, Nurul bekerja sebagai kepala instalasi farmasi di salah satu rumah sakit di Bondowoso selama delapan tahun. Jadi background-nya adalah seorang apoteker, bukan seorang pengusaha. Namun, karena ketekunannya, dia akhirnya bisa menguasai ilmu wirausaha. Dia banyak belajar dari YouTube.

Dalam prosesnya, Nurul sempat gagal. Namun terus mencoba dan menemukan formulasi yang tepat. Kini dia sudah banyak memproduksi makanan unik. Tak berhenti sampai di situ, Nurul terus menimba ilmu. Ikut pelatihan pembuatan makanan olahan sampai membuat packaging. Sebab baginya, kegagalan adalah hal wajar. Kuncinya jangan sampai menyerah.

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Gehael Food Tape Crispy, begitu orang-orang menyebutnya. Produk usaha kecil dan menengah (UKM) asal Curahdami ini adalah salah satu produk yang tak terkena imbas ketika awal pandemi Covid-19 melanda. Sebab, saat itu produk ini hanya sepi selama dua minggu. Berikutnya UKM satu ini baik-baik saja. Bahkan semakin banyak pesanan.

Nurul Hidayati, pemilik produk Tape Crispy, mengatakan, pertengahan Maret 2020, produksinya sempat dihantam pandemi Covid-19. Saat itu pesanan sempat turun selama dua minggu. Namun, sepinya pesanan itu hanya dirasakan dua minggu pertama pandemi Covid-19. Setelah itu, pesanan naik dan permintaan banyak dari luar daerah. “Bahkan sampai over load,” terangnya.

Sampai-sampai, Nurul memutuskan untuk membeli peralatan baru dengan kapasitas yang lebih besar. Awalnya, Nurul sempat mendapat bantuan vacuum frying dan freezer dari Diskoperindag. Namun, akhirnya harus upgrade karena pesanan semakin banyak.

Nurul melayani pesanan tidak hanya dalam negeri, namun sampai luar negeri. Seperti Tiongkok dan Malaysia. Selain itu, pesanan dari dalam negeri, terjauh datang dari Halmahera.

Namun, laju pasar naik-turun. Walaupun selama masa pandemi awal usahanya tidak terdampak, pada dua bulan terakhir penjualannya mengalami penurunan. Dia menengarai karena banyaknya bencana yang terjadi dan meningkatnya angka terpapar Covid-19. “Jadi, saya baru merasakan terdampak Covid ini ya sejak bulan terakhir. Bulan pertama turun sampai 10 persen, kemudian paling parah bulan ini. Penurunan omzetnya bisa sampai 50 persen” imbuhnya.

Nurul membuat Tape Crispy karena melihat brand Bondowoso Kota Tape. Terlintas dalam benaknya membuat produk kuliner khas. Akhirnya, dia berkreasi membuat Tape Crispy. Selama ini, pembuatan Tape Crispy telah mengalami banyak sejarah. Bahkan pernah gagal produksi sampai mendapat teguran dari Diskoperindag.

Awalnya Nurul coba-coba. Yakni ketika mendapatkan oleh-oleh dari saudaranya berupa Tape Crispy. Dirinya kemudian memesan lebih banyak produk saudaranya, setelah itu melakukan repack alias mengemas ulang produk saudaranya tersebut. Berikutnya, dijual secara online. Hari pertama melakukan repack menunjukan hasil yang luar biasa. Nurul berhasil menjual 100 pcs.

Usaha sudah berjalan, akhirnya didaftarkan ke UKM Diskoperindag. Sampai dia mendapatkan vacuum friyer dan freezer untuk produksi Tape Crispy. Saat mendapatkan alat, Nurul sempat bingung. Sebab memang sebelumnya, Nurul bekerja sebagai kepala instalasi farmasi di salah satu rumah sakit di Bondowoso selama delapan tahun. Jadi background-nya adalah seorang apoteker, bukan seorang pengusaha. Namun, karena ketekunannya, dia akhirnya bisa menguasai ilmu wirausaha. Dia banyak belajar dari YouTube.

Dalam prosesnya, Nurul sempat gagal. Namun terus mencoba dan menemukan formulasi yang tepat. Kini dia sudah banyak memproduksi makanan unik. Tak berhenti sampai di situ, Nurul terus menimba ilmu. Ikut pelatihan pembuatan makanan olahan sampai membuat packaging. Sebab baginya, kegagalan adalah hal wajar. Kuncinya jangan sampai menyerah.

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca