BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Salah satu tanaman yang sedang menarik perhatian adalah porang. Tanaman ini memiliki harga jual tinggi. Porang merupakan sejenis tanaman umbi yang kaya manfaat.
Suprapto, salah seorang petani porang di Bondowoso, menyampaikan, tanaman porang betul-betul membangun dan menciptakan petani mandiri. Artinya, para petani tidak memerlukan bimbingan khusus untuk budi daya. “Ditanam begitu saja hidup, dan itu sudah terbukti menghasilkan rupiah,” katanya.
Berangkat dari hal itu, Suprapto menilai hal ini sangat layak untuk dikembangkan. Baik secara regional ataupun secara nasional. Dalam rangka mendukung terwujudnya program ketahanan pangan nasional.
Disebutkan, dari 2018 hingga saat ini, sudah ada kurang lebih 100 hektare lahar pertanian yang digunakan untuk menanam porang. Tersebar di berbagai kecamatan di Bondowoso. Hal tersebut, menurutnya, dilakukan secara mandiri oleh petani tanpa arahan dari pihak mana pun.
Selain itu, dijelaskannya, masa panen tanaman satu ini berkisar delapan bulan hingga satu tahun. Walau demikian, waktu menanam terbaik juga harus diperhatikan. Sebab, jenis bibit tertentu memiliki waktu tanam tersendiri.
“Kalau waktu penanaman paling awal bulan Agustus. Kalau penanaman dari umbi mini itu bulan sembilan atau sepuluh, bisa September atau November. Kalau bibit cabutan atau bibit polybag itu seharusnya pertengahan Desember. Karena harus langsung ada hujan,” terangnya.
Lebih lanjut, Prapto mengatakan, porang memiliki masa tanam tertentu. Saat musim kemarau misalnya, tanaman ini akan mati. Tapi, saat musim hujan, tanaman ini akan hidup kembali.
Plt Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertan) Hendri Widonoto menyampaikan, porang merupakan komoditas baru yang kebijakannya masih dalam penataan regulasi. Selain itu, porang merupakan komoditas marginal. Artinya bukan komoditas tanaman pokok. Walau demikian, nilai ekonomi dari tanaman ini terbilang cukup tinggi.
Disampaikan, tahun ini Kabupaten Bondowoso mendapatkan alokasi dari Kementerian Pertanian (Kementan) sebanyak dua hektare untuk mengembangkan porang. Lahan tersebut berada di Kecamatan Sumberwringin dan di Kecamatan Tegalampel. Masing-masing satu hektare. “Itu buktinya pemerintah mulai ngikuti tren sesuai kondisi ekonomi di luar,” ungkapnya.
Sebab, tanaman ini secara regulasi masih baru. Pihaknya saat ini hanya mengomunikasikan dengan berbagai perusahaan terkait. Meski demikian, untuk mendukung petani dalam pengembangan porang, pihaknya juga mendampingi lewat pemberian KUR sebanyak Rp 50 juta bagi setiap petani yang mau mengembangkan usaha porang.
Ketika dikonfirmasi terkait potensi pengembangan porang di Bondowoso, Hendri menjawab, hal itu akan sangat mungkin untuk terus dikembangkan. Bahkan, tidak menutup kemungkinan akan ada perusahaan porang di wilayah Bondowoso. “Ini banyak investor yang sudah melirik itu,” tandasnya.
Jurnalis: mg3
Fotografer: Istimewa
Editor: Solikhul Huda