KADEMANGAN, Radar Ijen – Pencegahan kasus demam berdarah dengue (DBD) tentu tidak boleh hanya sebatas mengandalkan fogging. Sebab, nyamuk Aedes aegypti akan terus berkembang biak jika pola hidup bersih dan sehat tidak dijaga dengan baik. Meskipun sebenarnya masa hidup nyamuk dewasa sangat terbatas. Yakni kurang lebih hanya 14 hari saja.
BACA JUGA :Â Chinta, Mahasiswa Unej yang Tuntaskan Skripsi di Semester 7
Biasanya, penyakit satu ini akan mengalami peningkatan saat musim hujan. Terbukti, hingga saat ini di Bondowoso sudah tercatat kurang lebih ada 48 kasus yang menimpa masyarakat. Tersebar di sejumlah wilayah. Paling banyak berada di Kecamatan Tamanan dan sekitarnya. Namun, belum sampai menyebabkan meninggal dunia.
Kasi Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Bondowoso Goek Fitri Purwandari menjelaskan, semua wilayah di Bumi Ki Ronggo memang termasuk rawan terserang nyamuk Aedes aegypti. Tapi, hal ini juga dapat ditanggulangi dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Misalnya menguras bak mandi dan sebagainya.
Selain itu, demam berdarah menular karena dua penyebab. Yakni karena ada pasien yang darahnya mengandung virus dengue, serta karena faktor keberadaan nyamuk Aedes aegypti itu sendiri.
Jika satu dari penyebab itu tidak ada di dalam suatu wilayah, menurutnya, maka juga tidak akan ada penularan atau kasus lain yang ditemukan. “Karena siklus hidup nyamuk kan hanya beberapa hari. Kemudian, nyamuknya misalkan habis, ya sudah habis kan gitu,” ujarnya.
Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mencegah DBD adalah pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Goek menganggap, jika upaya itu dilakukan, maka tidak ada lagi jentik yang akan berkembang menjadi nyamuk.
Oleh sebab itu, masyarakat diimbau untuk kembali menggalakkan satu rumah satu jumantik. Seminggu sekali melihat tempat penampungan yang di bawahnya tidak langsung berasal dari tanah. “Karena itu adalah salah satu habitat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti,” pungkasnya. (ham/c2/fid)