BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Dugaan penyalahgunaan pupuk masih menjadi problem klasik, termasuk di Kabupaten Bondowoso. Mulai dari monopoli pupuk hingga adanya mafia yang bermain pupuk subsidi untuk petani tersebut masih menjadi bola panas berstatus dugaan.
Petani terus menyuarakan keluh kesahnya. Bahkan mereka menyebut bahwa ada warga yang sudah meninggal dunia, namun namanya dicatut telah membeli pupuk subsidi. Hal ini terjadi di Desa Sumberdumpyong, Kecamatan Pakem.
Nama Simin tercatat membeli pupuk subsidi di kios UD Sederhana yang ada di Desa Pakem, Kecamatan Pakem, pada tahun 2021. Berdasarkan data penyaluran pupuk bersubsidi tahun 2021, Simin tercatat membeli pupuk subsidi sebanyak 333 kilogram pada Desember 2021. Padahal, saat itu atas nama Simin sudah meninggal dunia. “Simin itu memang warga Sumberdumpyong, tapi sudah meninggal dunia tiga tahun yang lalu,” ungkap salah seorang keluarga Simin, SNS, yang tak ingin disebutkan namanya.
Dengan adanya kejanggalan ini, dirinya menduga ada permainan penyaluran pupuk subsidi pada masyarakat atau petani kecil. Sebab, petani selalu kekurangan pupuk subsidi. Sementara, alokasi pupuk subsidi untuk Kecamatan Pakem sangat besar.
Apalagi, alokasi pupuk subsidi di Kecamatan Pakem sebanyak 819,251 ton pada tahun 2021 terserap semua. Sementara di lapangan, petani selalu kekurangan pupuk subsidi. Ketika datang ke kios, juga tidak ada. “Kalau dia tidak beli, ini lari ke mana pupuknya,” tambah dia.
Sebelumnya diberitakan petani di Kecamatan Pakem, Bondowoso, menjerit. Sebab, harga pupuk bisa di atas harga eceran tertinggi (HET). Bahkan, harga bisa dua kali lipat dari HET. Biasanya per kuintal dijual dengan harga Rp 225.000.
Namun faktanya, pupuk subsidi dijual dengan harga di atas HET. Harga yang dijual bisa mencapai Rp 300 ribu hingga Rp 400 ribu. “Ada yang beli Rp 160 ribu setengah kuintal, ada juga yang katanya beli sampai Rp 200 ribu,” ucap Imam Mahmudi, petani asal Kecamatan Pakem.
Padahal, HET setengah kuintal itu hanya Rp 112.500. Keluhan itu juga disampaikan oleh Satibiyanto yang tidak pernah mendapatkan pupuk subsidi. Dia selalu merasa kesulitan mendapatkan pupuk karena langka. Akibatnya, tanaman miliknya terancam gagal panen.
Jurnalis : Muchammad Ainul Budi
Fotografer : Muchammad Ainul Budi
Redaktur : Lintang Anis Bena Kinanti