JEMBER, RADARJEMBER.ID – Terik matahari siang itu cukup membuat Hadi kepanasan. Namun, bagi pengusaha genteng, rasa panas merupakan berkah. Sebab, ketika panas, genteng yang sudah dicetak bisa kering.
Hadi saat itu tengah menata genteng cetakan untuk dikeringkan. Ratusan genteng dijajar rapi agar pengeringan bisa maksimal. Para pekerja juga terlihat sangat sibuk. Ada yang mencetak genteng, ada yang menjemur, ada juga yang membakar, hingga merapikan genteng yang sudah melewati proses pembakaran.
Suasana tersebut tergambar di tempat Hadi, salah satu pengusaha genteng di Desa Koncer, Kecamatan Tenggarang, Bondowoso. Di tempat itu, rata-rata penduduknya adalah pengusaha genteng. Hal tersebut bisa dilihat dari nama dusun di desa itu yang sering disebut dengan Koncer Gentengan.
BACA JUGA : Wadah Bertemunya Hobi dan Bisnis
Di sepanjang jalan menuju tempat produksi milik Hadi alias Pak Lia itu, berjejer ratusan genteng di pinggir jalan.
Pak Lia sudah menggeluti usahanya sejak 1990 lalu. Sampai saat ini, kurang lebih sudah berjalan selama 22 tahun. Sebelum memulai usahanya, dia mengaku masih tinggal bersama mertuanya.
Saat itu, dia tekun memulai usahanya sebagai pengrajin genteng. Meneruskan usaha turun-temurun dari kakek buyutnya yang bernama Tohiran.
Menurut dia, buyutnya merupakan orang yang merintis berdirinya industri genteng di desa itu. Hingga saat ini, banyak dikenal masyarakat. Karena kualitas genteng yang dijual bagus, harganya juga terjangkau. “Kalau kata orang-orang, buyut saya adalah orang pertama yang membabat industri genteng di sini,” ungkapnya.
Setelah usahanya dimulai, dia mulai kedatangan banyak pelanggan. Setahun berjalan, Hadi membuat rumah sendiri. Tak lain dari hasil usahanya. “Soalnya, saya ingin mandiri dari segi tempat. Akhirnya, saya bikin rumah di sebelah ini,” ungkap pria yang sudah memiliki tiga orang anak itu sembari menunjukan rumah yang dibuatnya dan sudah diserahkan ke anak pertamanya.
Usahanya terus mengalami perkembangan, sehingga beberapa tahun kemudian, dia kembali membuat rumah yang disiapkan untuk anak keduanya. Rumah itu dibuat murni hasil dari penjualan genteng. Karena memiliki tiga anak, dia juga membuat rumah untuk anak ketiganya. Saat ini, rumah tersebut juga menjadi tempat tinggalnya.
Hadi mengaku tidak penah merasa khawatir gentengnya tidak laku. Sebab, dia masih memegang teguh prinsip yang diberikan oleh almarhum ibunya. “Kata ibu, jangan pernah khawatir kepada rezeki karena sudah ada yang ngatur. Yang penting itu berusaha dan berdoa. Asal uang maka akan jadi uang. Kan modal pertamanya uang, jadi hasilnya juga akan uang,” ujarnya.
Dengan usaha yang ditekuninya itu, selain bisa merubah hidupnya, ternyata juga berhasil membuka lapangan pekerjaan bagi warga di sekitarnya. Saat ini, sudah ada enam orang yang menjadi pekerja. Setiap hari, aktifitas produksi terlihat di sini. Genteng yang diproduksi beragam dan memiliki nama masing-masing. Harganya tentu beragam sesuai dengan kualitas dan ketebalan genteng.
Jurnalis : mg3
Fotografer : mg3
Redaktur : Solikhul Huda