Mobile_AP_Rectangle 1
BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Fenomena super blood moon atau gerhana bulan total bisa disaksikan oleh seluruh masyarakat Indonesia, Rabu (26/5). Tidak terkecuali masyarakat Bondowoso. Fonomena langka tersebut dapat disaksikan langsung dengan mata telanjang. Artinya meskipun tanpa menggunakan alat bantu, seperti teleskop dan lain sebagainya fenomena tersebut tetap bisa dinikmati.
Suharyono, Ketua Falakiyah Nahdlatul Ulama (NU) Bondowoso menyampaikan, proses gerhana kali ini akan berjalan cukup lama. Dikatakan mulai proses awal hingga bulan kembali seperti biasanya akan membutuhkan waktu selama tiga jam. Sementara untuk gerhana totalnya akan terjadi selama 14 menit. “Mulai dari krowaknya kecil sampai hilang dan kembali bersinar itu tiga jam,” jelasnya.
Dijelaskan, peristiwa serupa hanya bisa disaksikan dua kali saja dalam satu tahun. Tetapi, untuk jenis gerhana baik sebagian atau total belum bisa dipastikan. Gerhana bulan total terjadi karena posisi bumi matahari dan bulan berada dalam satu garis. “Titik pusat Matahari, Titik Pusat bumi dan titik pusat bulan pas satu garis begitu,” katanya.
Mobile_AP_Rectangle 2
“Bulan kan memancarkan cahaya dari matahari karena ada bumi ditengahnya, bulan tertutup tidak dapat sinar. Sehingga seolah-olah gelap ,” imbuh pria yang juga menjabat sebagai Kepala seksi Pendidikan Islam (PAIS) Kemenag Bondowoso.
Menurutnya, fenomena tersebut merupakan fenomena alam biasa terjadi dalam jangka waktu tertentu. Tetapi hal tersebut menjadi kekuasaan Allah SWT, karena manusia manapun tidak bisa membuat kejadian serupa. Oleh sebab itu, dengan adanya fenomena yang sangat jarang ini dirinya masyarakat harus memperbanyak doa dan ibadah.
Pada saat terjadi gerhana bulan biasanya banyak masyarakat melaksanakan salat sunnah gerhana. Baik dilakukan ditengah lapangan ataupun di dalam masjid. Tata caranya berbeda dengan shalat wajib pada umumnya. Karena saat ini masih dalam masa pandemi Covid-19, Suharyanto juga berharap agar masyarakat yang nantinya akan melaksanakan salat itu untuk tetap menerapkan protokol kesehatan.
Penulis: Ilham Wahyudi
Fotografer: Falakiyah NU Bondowoso
Redaktur: Sholikhul Huda
- Advertisement -
BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Fenomena super blood moon atau gerhana bulan total bisa disaksikan oleh seluruh masyarakat Indonesia, Rabu (26/5). Tidak terkecuali masyarakat Bondowoso. Fonomena langka tersebut dapat disaksikan langsung dengan mata telanjang. Artinya meskipun tanpa menggunakan alat bantu, seperti teleskop dan lain sebagainya fenomena tersebut tetap bisa dinikmati.
Suharyono, Ketua Falakiyah Nahdlatul Ulama (NU) Bondowoso menyampaikan, proses gerhana kali ini akan berjalan cukup lama. Dikatakan mulai proses awal hingga bulan kembali seperti biasanya akan membutuhkan waktu selama tiga jam. Sementara untuk gerhana totalnya akan terjadi selama 14 menit. “Mulai dari krowaknya kecil sampai hilang dan kembali bersinar itu tiga jam,” jelasnya.
Dijelaskan, peristiwa serupa hanya bisa disaksikan dua kali saja dalam satu tahun. Tetapi, untuk jenis gerhana baik sebagian atau total belum bisa dipastikan. Gerhana bulan total terjadi karena posisi bumi matahari dan bulan berada dalam satu garis. “Titik pusat Matahari, Titik Pusat bumi dan titik pusat bulan pas satu garis begitu,” katanya.
“Bulan kan memancarkan cahaya dari matahari karena ada bumi ditengahnya, bulan tertutup tidak dapat sinar. Sehingga seolah-olah gelap ,” imbuh pria yang juga menjabat sebagai Kepala seksi Pendidikan Islam (PAIS) Kemenag Bondowoso.
Menurutnya, fenomena tersebut merupakan fenomena alam biasa terjadi dalam jangka waktu tertentu. Tetapi hal tersebut menjadi kekuasaan Allah SWT, karena manusia manapun tidak bisa membuat kejadian serupa. Oleh sebab itu, dengan adanya fenomena yang sangat jarang ini dirinya masyarakat harus memperbanyak doa dan ibadah.
Pada saat terjadi gerhana bulan biasanya banyak masyarakat melaksanakan salat sunnah gerhana. Baik dilakukan ditengah lapangan ataupun di dalam masjid. Tata caranya berbeda dengan shalat wajib pada umumnya. Karena saat ini masih dalam masa pandemi Covid-19, Suharyanto juga berharap agar masyarakat yang nantinya akan melaksanakan salat itu untuk tetap menerapkan protokol kesehatan.
Penulis: Ilham Wahyudi
Fotografer: Falakiyah NU Bondowoso
Redaktur: Sholikhul Huda
BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Fenomena super blood moon atau gerhana bulan total bisa disaksikan oleh seluruh masyarakat Indonesia, Rabu (26/5). Tidak terkecuali masyarakat Bondowoso. Fonomena langka tersebut dapat disaksikan langsung dengan mata telanjang. Artinya meskipun tanpa menggunakan alat bantu, seperti teleskop dan lain sebagainya fenomena tersebut tetap bisa dinikmati.
Suharyono, Ketua Falakiyah Nahdlatul Ulama (NU) Bondowoso menyampaikan, proses gerhana kali ini akan berjalan cukup lama. Dikatakan mulai proses awal hingga bulan kembali seperti biasanya akan membutuhkan waktu selama tiga jam. Sementara untuk gerhana totalnya akan terjadi selama 14 menit. “Mulai dari krowaknya kecil sampai hilang dan kembali bersinar itu tiga jam,” jelasnya.
Dijelaskan, peristiwa serupa hanya bisa disaksikan dua kali saja dalam satu tahun. Tetapi, untuk jenis gerhana baik sebagian atau total belum bisa dipastikan. Gerhana bulan total terjadi karena posisi bumi matahari dan bulan berada dalam satu garis. “Titik pusat Matahari, Titik Pusat bumi dan titik pusat bulan pas satu garis begitu,” katanya.
“Bulan kan memancarkan cahaya dari matahari karena ada bumi ditengahnya, bulan tertutup tidak dapat sinar. Sehingga seolah-olah gelap ,” imbuh pria yang juga menjabat sebagai Kepala seksi Pendidikan Islam (PAIS) Kemenag Bondowoso.
Menurutnya, fenomena tersebut merupakan fenomena alam biasa terjadi dalam jangka waktu tertentu. Tetapi hal tersebut menjadi kekuasaan Allah SWT, karena manusia manapun tidak bisa membuat kejadian serupa. Oleh sebab itu, dengan adanya fenomena yang sangat jarang ini dirinya masyarakat harus memperbanyak doa dan ibadah.
Pada saat terjadi gerhana bulan biasanya banyak masyarakat melaksanakan salat sunnah gerhana. Baik dilakukan ditengah lapangan ataupun di dalam masjid. Tata caranya berbeda dengan shalat wajib pada umumnya. Karena saat ini masih dalam masa pandemi Covid-19, Suharyanto juga berharap agar masyarakat yang nantinya akan melaksanakan salat itu untuk tetap menerapkan protokol kesehatan.
Penulis: Ilham Wahyudi
Fotografer: Falakiyah NU Bondowoso
Redaktur: Sholikhul Huda