BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Rambu-rambu jalur evakuasi di jalur menuju situs-situs Ijen Geopark wilayah Bondowoso masih minim. Terlebih, di beberapa jalur rawan bencana. Seperti di kawasan Ijen, yang sejumlah jalannya sering terjadi longsor.
BPBD Bondowoso menjadi salah satu dinas penopang dalam rangka persiapan Ijen Geopark menuju diakui UNESCO Global Geopark (UGG). Menurut Adi Sunaryadi, Plt Kalaksa BPBD Bondowoso, kini pihaknya sedang menginventarisasi kawasan-kawasan mana saja yang berstatus rawan bencana dalam rangka persiapan Ijen Geopark.
“Kami juga menyediakan air bersih, melalui tandon-tandon cuci tangan. Untuk rambu-rambu seperti rambu jalur evakuasi, rambu rawan bencana, sekarang ini kami sedang menginventarisasi kawasan mana saja yang dapat diberi rambu itu,” ujar Adi.
Adi menambahkan, pihaknya terus berkoordinasi dengan tim Ijen Geopark melalui rapat koordinasi (rapor). “Seperti sebelumnya, ada peninjauan dari tim Ijen Geopark, koordinasinya masih fokus kepada penyediaan air bersih. Tandon-tandon itu ada di beberapa destinasi wisata (DTW), juga dalam rangka pengendalian penyebaran virus korona,” jelasnya.
Adi menyebut, sementara ini ada empat titik tandon air bersih. Di antaranya di kawasan Megasari dan Kawah Wurung. Lebih jauh, penempatan rambu-rambu rawan bencana itu juga harus dikoordinasikan lebih lanjut. “Tentu harus disinergikan dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Perhubungan (DLHP). Agar tidak tumpang tindih,” urainya.
Di sisi lain, pihaknya juga memberikan sosialisasi rawan bencana kepada beberapa Desa Tangguh Bencana (Destana) yang berada di kawasan Ijen Geopark. “Seperti di Kecamatan Sumberwringin, kawasan paling dekat dengan Gunung Raung,” ucap dia.
Sebab, di Sumberwringin ada dua situs Ijen Geopark. Yakni Hutan Pelangi dan Kebun Kopi. “Untuk sosialisasi kepada Destana, sebenarnya sudah umum dilakukan tiap tahun,” pungkasnya.
Jurnalis: Muchammad Ainul Budi
Fotografer: Istimewa
Editor: Solikhul Huda