Mobile_AP_Rectangle 1
BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Data yang berhasil dihimpun oleh Jawa Pos Radar Ijen, pada September kemarin hasil produksi padi sekitar 35 ribu ton. Jumlah itu merosot bila dibandingkan capaian produksi padi pada Oktober yang sekitar 25 ribu ton. Tren penurunan tersebut juga terjadi setiap tahun, baik produksi maupun luas panen, (selengkapnya lihat grafis).
BACA JUGA : Cuaca Buruk, Jual Ikan Tetap Lancar
Bila luas panen turun, maka bisa dipastikan produksi akan turun. Agar produksi padi tetap naik walau luas lahan merosot, maka harus ada sentuhan teknologi pertanian.
Mobile_AP_Rectangle 2
Kabid Ketersediaan dan Diversifikasi Pangan pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dispertapa) Bondowoso Denny Indra Pratama mengatakan, pemicu turunnya produksi padi di Bondowoso disebabkan oleh pengalihan cocok tanam. Para petani saat ini banyak mengganti pada jenis tanaman yang lain.
Menurutnya, petani beralih tanaman karena kondisi lahannya tidak bisa dipakai untuk padi setiap tahun. Selain itu, melihat musim tanam yang cocok. Karenanya, petani memilih tanaman jagung, cabai, dan tembakau. “Jadi, satu tahun bisa dua kali padi. Satu kali tanam jagung atau cabai dan tembakau,” terangnya.
- Advertisement -
BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Data yang berhasil dihimpun oleh Jawa Pos Radar Ijen, pada September kemarin hasil produksi padi sekitar 35 ribu ton. Jumlah itu merosot bila dibandingkan capaian produksi padi pada Oktober yang sekitar 25 ribu ton. Tren penurunan tersebut juga terjadi setiap tahun, baik produksi maupun luas panen, (selengkapnya lihat grafis).
BACA JUGA : Cuaca Buruk, Jual Ikan Tetap Lancar
Bila luas panen turun, maka bisa dipastikan produksi akan turun. Agar produksi padi tetap naik walau luas lahan merosot, maka harus ada sentuhan teknologi pertanian.
Kabid Ketersediaan dan Diversifikasi Pangan pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dispertapa) Bondowoso Denny Indra Pratama mengatakan, pemicu turunnya produksi padi di Bondowoso disebabkan oleh pengalihan cocok tanam. Para petani saat ini banyak mengganti pada jenis tanaman yang lain.
Menurutnya, petani beralih tanaman karena kondisi lahannya tidak bisa dipakai untuk padi setiap tahun. Selain itu, melihat musim tanam yang cocok. Karenanya, petani memilih tanaman jagung, cabai, dan tembakau. “Jadi, satu tahun bisa dua kali padi. Satu kali tanam jagung atau cabai dan tembakau,” terangnya.
BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Data yang berhasil dihimpun oleh Jawa Pos Radar Ijen, pada September kemarin hasil produksi padi sekitar 35 ribu ton. Jumlah itu merosot bila dibandingkan capaian produksi padi pada Oktober yang sekitar 25 ribu ton. Tren penurunan tersebut juga terjadi setiap tahun, baik produksi maupun luas panen, (selengkapnya lihat grafis).
BACA JUGA : Cuaca Buruk, Jual Ikan Tetap Lancar
Bila luas panen turun, maka bisa dipastikan produksi akan turun. Agar produksi padi tetap naik walau luas lahan merosot, maka harus ada sentuhan teknologi pertanian.
Kabid Ketersediaan dan Diversifikasi Pangan pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dispertapa) Bondowoso Denny Indra Pratama mengatakan, pemicu turunnya produksi padi di Bondowoso disebabkan oleh pengalihan cocok tanam. Para petani saat ini banyak mengganti pada jenis tanaman yang lain.
Menurutnya, petani beralih tanaman karena kondisi lahannya tidak bisa dipakai untuk padi setiap tahun. Selain itu, melihat musim tanam yang cocok. Karenanya, petani memilih tanaman jagung, cabai, dan tembakau. “Jadi, satu tahun bisa dua kali padi. Satu kali tanam jagung atau cabai dan tembakau,” terangnya.