22.9 C
Jember
Wednesday, 29 March 2023

Harus Tepat Malam Syakban

Penampilan Singo Ulung dalam Bersih Desa

Mobile_AP_Rectangle 1

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Singo ulung merupakan salah satu warisan budaya tak benda yang dimiliki oleh Bondowoso. Hingga saat ini, kesenian tersebut masih rutin ditampilkan saat acara adat bersih desa di Desa Blimbing, Kecamatan Klabang.

Penampilan singo ulung harus dilakukan tepat pada waktu pertengahan bulan Syakban. Jika tidak, maka dapat diulang kembali, karena masyarakat setempat menganggap sakral terkait waktu yang sudah ditentukan tersebut. “Tanggal harus pas malam Syakban. Seandainya tidak tepat, itu bisa selamatan lagi, karena memang dianggap sangat sakral sama masyarakat,” kata Samin Nur Wahid, Kades Blimbing.

Menurutnya, pertunjukan singo ulung tersebut dalam rangka upacara adat bersih desa. Pada tahun ini upacara terebut digelar di halaman kantor desa setempat. Ternyata upacara tersebut merupakan upacara ke-529 yang digelar di Desa Blimbing.

Mobile_AP_Rectangle 2

Acara tersebut diawali dengan pertunjukan enam singo ulung. Mereka menampilkan gerakan-gerakan yang mampu menarik perhatian ratusan masyarakat yang sedang menyaksikan. “Setelah melakukan aksinya, para warga kemudian memberikan saweran kepada para penari singo ulung itu,” ungkap Samin.

Berdasarkan pantauan Jawa Pos Radar Ijen, kegiatan ritual upacara adat bersih desa tidak cukup sampai di situ. Warga kemudian melanjutkan dengan melakukan arak-arakan dengan membawa berbagai hasil bumi menuju Nangger atau tempat yang dikeramatkan oleh masyarakat setempat. Nangger merupakan tempat ritual untuk menghanyutkan sesaji hasil bumi yang mereka bawa di salah satu sungai.

Sebelum sesajen yang mereka bawa dihanyutkan ke sungai, para warga tidak lupa untuk memanjatkan doa bersama terlebih dahulu. Dipimpin langsung oleh sesepuh adat di sana. Tujuannya untuk mendoakan arwah nenek moyang mereka. Serta meminta keselamatan dan limpahan rezeki bagi masyarakat.

Selain itu, Samin juga menuturkan, upacara adat desa ini memang rutin dilakukan setahun sekali. Bertepatan dengan pertengahan bulan Syakban. Oleh sebab itu, masyarakat rela beramai-ramai memeriahkan upacara tersebut. Terlebih, menurut Samin, para warga meyakini akan mendapatkan limpahan rezeki dan keselamatan. (ham/c2/dwi)

Reporter : Ilham Wahyudi
Fotografer : Ilham Wahyudi
Editor : Dwi Siswanto

 

- Advertisement -

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Singo ulung merupakan salah satu warisan budaya tak benda yang dimiliki oleh Bondowoso. Hingga saat ini, kesenian tersebut masih rutin ditampilkan saat acara adat bersih desa di Desa Blimbing, Kecamatan Klabang.

Penampilan singo ulung harus dilakukan tepat pada waktu pertengahan bulan Syakban. Jika tidak, maka dapat diulang kembali, karena masyarakat setempat menganggap sakral terkait waktu yang sudah ditentukan tersebut. “Tanggal harus pas malam Syakban. Seandainya tidak tepat, itu bisa selamatan lagi, karena memang dianggap sangat sakral sama masyarakat,” kata Samin Nur Wahid, Kades Blimbing.

Menurutnya, pertunjukan singo ulung tersebut dalam rangka upacara adat bersih desa. Pada tahun ini upacara terebut digelar di halaman kantor desa setempat. Ternyata upacara tersebut merupakan upacara ke-529 yang digelar di Desa Blimbing.

Acara tersebut diawali dengan pertunjukan enam singo ulung. Mereka menampilkan gerakan-gerakan yang mampu menarik perhatian ratusan masyarakat yang sedang menyaksikan. “Setelah melakukan aksinya, para warga kemudian memberikan saweran kepada para penari singo ulung itu,” ungkap Samin.

Berdasarkan pantauan Jawa Pos Radar Ijen, kegiatan ritual upacara adat bersih desa tidak cukup sampai di situ. Warga kemudian melanjutkan dengan melakukan arak-arakan dengan membawa berbagai hasil bumi menuju Nangger atau tempat yang dikeramatkan oleh masyarakat setempat. Nangger merupakan tempat ritual untuk menghanyutkan sesaji hasil bumi yang mereka bawa di salah satu sungai.

Sebelum sesajen yang mereka bawa dihanyutkan ke sungai, para warga tidak lupa untuk memanjatkan doa bersama terlebih dahulu. Dipimpin langsung oleh sesepuh adat di sana. Tujuannya untuk mendoakan arwah nenek moyang mereka. Serta meminta keselamatan dan limpahan rezeki bagi masyarakat.

Selain itu, Samin juga menuturkan, upacara adat desa ini memang rutin dilakukan setahun sekali. Bertepatan dengan pertengahan bulan Syakban. Oleh sebab itu, masyarakat rela beramai-ramai memeriahkan upacara tersebut. Terlebih, menurut Samin, para warga meyakini akan mendapatkan limpahan rezeki dan keselamatan. (ham/c2/dwi)

Reporter : Ilham Wahyudi
Fotografer : Ilham Wahyudi
Editor : Dwi Siswanto

 

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Singo ulung merupakan salah satu warisan budaya tak benda yang dimiliki oleh Bondowoso. Hingga saat ini, kesenian tersebut masih rutin ditampilkan saat acara adat bersih desa di Desa Blimbing, Kecamatan Klabang.

Penampilan singo ulung harus dilakukan tepat pada waktu pertengahan bulan Syakban. Jika tidak, maka dapat diulang kembali, karena masyarakat setempat menganggap sakral terkait waktu yang sudah ditentukan tersebut. “Tanggal harus pas malam Syakban. Seandainya tidak tepat, itu bisa selamatan lagi, karena memang dianggap sangat sakral sama masyarakat,” kata Samin Nur Wahid, Kades Blimbing.

Menurutnya, pertunjukan singo ulung tersebut dalam rangka upacara adat bersih desa. Pada tahun ini upacara terebut digelar di halaman kantor desa setempat. Ternyata upacara tersebut merupakan upacara ke-529 yang digelar di Desa Blimbing.

Acara tersebut diawali dengan pertunjukan enam singo ulung. Mereka menampilkan gerakan-gerakan yang mampu menarik perhatian ratusan masyarakat yang sedang menyaksikan. “Setelah melakukan aksinya, para warga kemudian memberikan saweran kepada para penari singo ulung itu,” ungkap Samin.

Berdasarkan pantauan Jawa Pos Radar Ijen, kegiatan ritual upacara adat bersih desa tidak cukup sampai di situ. Warga kemudian melanjutkan dengan melakukan arak-arakan dengan membawa berbagai hasil bumi menuju Nangger atau tempat yang dikeramatkan oleh masyarakat setempat. Nangger merupakan tempat ritual untuk menghanyutkan sesaji hasil bumi yang mereka bawa di salah satu sungai.

Sebelum sesajen yang mereka bawa dihanyutkan ke sungai, para warga tidak lupa untuk memanjatkan doa bersama terlebih dahulu. Dipimpin langsung oleh sesepuh adat di sana. Tujuannya untuk mendoakan arwah nenek moyang mereka. Serta meminta keselamatan dan limpahan rezeki bagi masyarakat.

Selain itu, Samin juga menuturkan, upacara adat desa ini memang rutin dilakukan setahun sekali. Bertepatan dengan pertengahan bulan Syakban. Oleh sebab itu, masyarakat rela beramai-ramai memeriahkan upacara tersebut. Terlebih, menurut Samin, para warga meyakini akan mendapatkan limpahan rezeki dan keselamatan. (ham/c2/dwi)

Reporter : Ilham Wahyudi
Fotografer : Ilham Wahyudi
Editor : Dwi Siswanto

 

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca