23.3 C
Jember
Wednesday, 29 March 2023

Bahaya Penyakit Zoonosis dari Tikus, Bisa Merusak Ginjal hingga Kematian

Mobile_AP_Rectangle 1

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Tumpukan perangkap tikus itu berisi tikus berbagai ukuran dan menjadi tontonan warga Desa Tarum, Kecamatan Prajekan. Tikus di desa tersebut sengaja ditangkap karena adanya temuan masyarakat Desa Tarum diduga terinfeksi leptospirosis.

BACA JUGA : Seorang Ibu Meninggal Saat Lomba Balap Karung, Ini Penyebabnya

Masyarakat semakin penasaran tentang penyakit leptospirosis. Itu setelah petugas dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Bondowoso dan Jatim, serta perwakilan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), datang ke lokasi. Berbagai pertanyaan dari masyarakat pun muncul. “Apa itu leptospirosis?” ucap warga yang penasaran tentang penyakit yang menghebohkan Desa Tarum tersebut.

Mobile_AP_Rectangle 2

Tikus yang berhasil ditangkap tersebut, oleh petugas medis dilakukan pembedahan. Bagian perut dibedah dan diambil ginjalnya untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, apakah mengandung bakteri Leptospira interrogans atau tidak. Warga sekitar menyaksikan proses pembedahan hingga pengambilan ginjal lima tikus. Termasuk Jayadi, seorang warga yang diduga terinfeksi leptospirosis sejak beberapa hari sebelumnya.

Kepada Jawa Pos Radar Ijen, dia mengaku awalnya hanya merasakan tubuh panas dan lemas saja. Namun, setelah beberapa hari, tubuhnya mulai menguning layaknya terkena penyakit hepatitis. “Sampai tidak bisa jalan. Sampai ngesot saya,” katanya.

Setelah dirinya melakukan pemeriksaan di puskesmas terdekat, kondisinya mulai membaik. Walau hingga saat ini beberapa bagian tubuhnya, seperti mata, masih menguning. Dia memperkirakan terkena bakteri yang ditularkan lewat kencing tikus tersebut di rumahnya sendiri. “Tikus di rumah besar-besar,” ungkapnya.

Dikonfirmasi di tempat yang sama, dr Teguh Mubawadi selaku Kabid Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL) pada Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan
dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Kemenkes RI menerangkan, jika terdapat warga yang diduga terkonfirmasi penyakit itu, maka harus segera dilakukan deteksi dini. Yaitu dengan pemeriksaan kepada warga sekitar yang mengalami gejala yang sama. Sebab, pengobatannya sebenarnya ringan, tapi harus dilakukan dengan waktu yang cepat. “Kalau terlambat bisa menyebabkan kematian, karena gagal ginjal,” tegasnya.

Pencegahan lain yang dapat dilakukan adalah mengendalikan tikus atau hewan yang diduga membawa bakteri Leptospira interrogans. Seperti yang dilakukan di Desa Tarum, yaitu menangkap dan membedah tikus untuk diambil ginjalnya. Serta dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. “Pemeriksaan kurang lebih tiga sampai empat hari,” ucapnya.

Banyak gejala yang dapat dilihat dari orang yang terkonfirmasi penyakit ini. Beberapa gejala umum di antaranya mengalami panas, pusing, dan mual. Kemudian, gejala khas apabila terkena leptospirosis adalah mengalami nyeri betis dan tubuh menguning, seperti terkena penyakit hepatitis. Selain itu, gejala paling parah adalah kegagalan ginjal. Dia mengaku sudah pernah ada kasus orang yang terkena leptospirosis sampai meninggal dunia. “Terakhir itu sudah ada yang sampai meninggal,” pungkasnya. (ham/c2/dwi)

 

- Advertisement -

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Tumpukan perangkap tikus itu berisi tikus berbagai ukuran dan menjadi tontonan warga Desa Tarum, Kecamatan Prajekan. Tikus di desa tersebut sengaja ditangkap karena adanya temuan masyarakat Desa Tarum diduga terinfeksi leptospirosis.

BACA JUGA : Seorang Ibu Meninggal Saat Lomba Balap Karung, Ini Penyebabnya

Masyarakat semakin penasaran tentang penyakit leptospirosis. Itu setelah petugas dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Bondowoso dan Jatim, serta perwakilan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), datang ke lokasi. Berbagai pertanyaan dari masyarakat pun muncul. “Apa itu leptospirosis?” ucap warga yang penasaran tentang penyakit yang menghebohkan Desa Tarum tersebut.

Tikus yang berhasil ditangkap tersebut, oleh petugas medis dilakukan pembedahan. Bagian perut dibedah dan diambil ginjalnya untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, apakah mengandung bakteri Leptospira interrogans atau tidak. Warga sekitar menyaksikan proses pembedahan hingga pengambilan ginjal lima tikus. Termasuk Jayadi, seorang warga yang diduga terinfeksi leptospirosis sejak beberapa hari sebelumnya.

Kepada Jawa Pos Radar Ijen, dia mengaku awalnya hanya merasakan tubuh panas dan lemas saja. Namun, setelah beberapa hari, tubuhnya mulai menguning layaknya terkena penyakit hepatitis. “Sampai tidak bisa jalan. Sampai ngesot saya,” katanya.

Setelah dirinya melakukan pemeriksaan di puskesmas terdekat, kondisinya mulai membaik. Walau hingga saat ini beberapa bagian tubuhnya, seperti mata, masih menguning. Dia memperkirakan terkena bakteri yang ditularkan lewat kencing tikus tersebut di rumahnya sendiri. “Tikus di rumah besar-besar,” ungkapnya.

Dikonfirmasi di tempat yang sama, dr Teguh Mubawadi selaku Kabid Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL) pada Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan
dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Kemenkes RI menerangkan, jika terdapat warga yang diduga terkonfirmasi penyakit itu, maka harus segera dilakukan deteksi dini. Yaitu dengan pemeriksaan kepada warga sekitar yang mengalami gejala yang sama. Sebab, pengobatannya sebenarnya ringan, tapi harus dilakukan dengan waktu yang cepat. “Kalau terlambat bisa menyebabkan kematian, karena gagal ginjal,” tegasnya.

Pencegahan lain yang dapat dilakukan adalah mengendalikan tikus atau hewan yang diduga membawa bakteri Leptospira interrogans. Seperti yang dilakukan di Desa Tarum, yaitu menangkap dan membedah tikus untuk diambil ginjalnya. Serta dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. “Pemeriksaan kurang lebih tiga sampai empat hari,” ucapnya.

Banyak gejala yang dapat dilihat dari orang yang terkonfirmasi penyakit ini. Beberapa gejala umum di antaranya mengalami panas, pusing, dan mual. Kemudian, gejala khas apabila terkena leptospirosis adalah mengalami nyeri betis dan tubuh menguning, seperti terkena penyakit hepatitis. Selain itu, gejala paling parah adalah kegagalan ginjal. Dia mengaku sudah pernah ada kasus orang yang terkena leptospirosis sampai meninggal dunia. “Terakhir itu sudah ada yang sampai meninggal,” pungkasnya. (ham/c2/dwi)

 

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Tumpukan perangkap tikus itu berisi tikus berbagai ukuran dan menjadi tontonan warga Desa Tarum, Kecamatan Prajekan. Tikus di desa tersebut sengaja ditangkap karena adanya temuan masyarakat Desa Tarum diduga terinfeksi leptospirosis.

BACA JUGA : Seorang Ibu Meninggal Saat Lomba Balap Karung, Ini Penyebabnya

Masyarakat semakin penasaran tentang penyakit leptospirosis. Itu setelah petugas dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Bondowoso dan Jatim, serta perwakilan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), datang ke lokasi. Berbagai pertanyaan dari masyarakat pun muncul. “Apa itu leptospirosis?” ucap warga yang penasaran tentang penyakit yang menghebohkan Desa Tarum tersebut.

Tikus yang berhasil ditangkap tersebut, oleh petugas medis dilakukan pembedahan. Bagian perut dibedah dan diambil ginjalnya untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, apakah mengandung bakteri Leptospira interrogans atau tidak. Warga sekitar menyaksikan proses pembedahan hingga pengambilan ginjal lima tikus. Termasuk Jayadi, seorang warga yang diduga terinfeksi leptospirosis sejak beberapa hari sebelumnya.

Kepada Jawa Pos Radar Ijen, dia mengaku awalnya hanya merasakan tubuh panas dan lemas saja. Namun, setelah beberapa hari, tubuhnya mulai menguning layaknya terkena penyakit hepatitis. “Sampai tidak bisa jalan. Sampai ngesot saya,” katanya.

Setelah dirinya melakukan pemeriksaan di puskesmas terdekat, kondisinya mulai membaik. Walau hingga saat ini beberapa bagian tubuhnya, seperti mata, masih menguning. Dia memperkirakan terkena bakteri yang ditularkan lewat kencing tikus tersebut di rumahnya sendiri. “Tikus di rumah besar-besar,” ungkapnya.

Dikonfirmasi di tempat yang sama, dr Teguh Mubawadi selaku Kabid Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL) pada Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan
dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Kemenkes RI menerangkan, jika terdapat warga yang diduga terkonfirmasi penyakit itu, maka harus segera dilakukan deteksi dini. Yaitu dengan pemeriksaan kepada warga sekitar yang mengalami gejala yang sama. Sebab, pengobatannya sebenarnya ringan, tapi harus dilakukan dengan waktu yang cepat. “Kalau terlambat bisa menyebabkan kematian, karena gagal ginjal,” tegasnya.

Pencegahan lain yang dapat dilakukan adalah mengendalikan tikus atau hewan yang diduga membawa bakteri Leptospira interrogans. Seperti yang dilakukan di Desa Tarum, yaitu menangkap dan membedah tikus untuk diambil ginjalnya. Serta dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. “Pemeriksaan kurang lebih tiga sampai empat hari,” ucapnya.

Banyak gejala yang dapat dilihat dari orang yang terkonfirmasi penyakit ini. Beberapa gejala umum di antaranya mengalami panas, pusing, dan mual. Kemudian, gejala khas apabila terkena leptospirosis adalah mengalami nyeri betis dan tubuh menguning, seperti terkena penyakit hepatitis. Selain itu, gejala paling parah adalah kegagalan ginjal. Dia mengaku sudah pernah ada kasus orang yang terkena leptospirosis sampai meninggal dunia. “Terakhir itu sudah ada yang sampai meninggal,” pungkasnya. (ham/c2/dwi)

 

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca