29.4 C
Jember
Wednesday, 22 March 2023

Rambak Sapi, Terus Berproduksi di Kala Pandemi

Mobile_AP_Rectangle 1

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Kerupuk rambak sapi salah satu camilan yang digemari di masyarakat. Di kala pandemi saat ini, produksinya tetap moncer. Apalagi saat momen Lebaran. Sehingga menjadi salah satu ladang penghasilan bagi masyarakat yang menggelutinya.

Seperti masyarakat di Dusun Krajan RT 1 Desa/Kecamatan Maesan. Ada dua industri rumahan yang aktif memproduksi rambak di dusun ini. Salah satunya UD Rambak Jaya yang sudah beroperasi selama bertahun-tahun. Membuat rambak sapi hingga siap goreng membutuhkan waktu yang cukup lama. Prosesnya pun terbilang tidak mudah. Pembuatan rambak juga bergantung pada cuaca, agar hasilnya gurih dan renyah.

Pemilik usaha tambak UD Rambak Jaya, Sutini, 50, mengaku bahwa dia membeli bahan baku berupa kulit sapi dari rumah jagal di Maesan, juga didatangkan dari Jember. “Tidak semua kulit sapi bisa dijadikan rambak. Hanya kulit sapi jantan yang bisa dijadikan kerupuk. Kalau kulit sapi betina tidak ngembang,” jelasnya.

Mobile_AP_Rectangle 2

Di rumahnya, tampak tiga pekerja sedang melakukan produksi. Ada yang sedang membersihkan bulu dari kulit sapi yang sudah direbus, dan ada pula yang menjaga di tempat penjemuran.

Dalam sehari, kata dia, pihaknya bisa memproduksi rata-rata 0,5 kuintal kulit sapi. Bergantung pada pengiriman kulit dari rumah jagal. Kadang kurang, kadang juga lebih. Menurutnya, harga kulit sapi per kilogram Rp 15 ribu, sehingga dalam 0,5 kuintal dibutuhkan biaya Rp 750 ribu.

Adapun prosesnya, pertama-tama kulit sapi direbus dengan air mendidih selama 5 jam di malam hari dan didiamkan. Kemudian, pagi harinya dicuci lagi dan dibuang bulunya hingga betul-betul bersih. “Setelah itu, kami iris tipis-tipis, dan dipotong sesuai kebutuhan. Ada yang ukurannya memanjang dan dipotong kecil-kecil berbentuk persegi,” jelasnya.

Proses selanjutnya adalah penjemuran. Butuh waktu 5 hari dalam proses penjemuran agar rambak betul-betul siap goreng. Produksi rambak juga bergantung pada cuaca. “Dalam sehari itu harus betul-betul panas. Karena, jika dalam masa dua hari selama proses jemur ada mendung atau hujan, maka hasil rambak bisa pahit,” jelasnya.

Dengan 0,5 kuintal kulit sapi, dia bisa menghasilkan 13 kilo rambak kering siap goreng. Kalau ada pesanan, pihaknya juga menjual rambak yang sudah siap konsumsi. Sementara, harga rambak kering siap goreng dipatok Rp 120 ribu per kilogram. Sedangkan yang dijemur 2 hari, dipatok Rp 100 ribu per kilogramnya.

Menurutnya, penjualan rambak hasil produksinya dijual hingga ke Situbondo dan Jember. “Pembeli datang ke sini. Iya dijual lagi, bahkan juga dijual di expo,” imbuhnya.

Menurutnya, menjelang Lebaran atau Idul Fitri, pesanan mulai meningkat. Biasanya dia menjual 15-20 kilogram setiap hari. Saat ini sudah ada pesanan 30 kilogram. “Kadang kami tidak nututi pesanan, karena kekurangan bahan bakunya. Kalau kulit sapinya banyak, kami bisa memenuhi,” paparnya.

Jurnalis: Muchammad Ainul Budi
Fotografer: Muchammad Ainul Budi
Editor: Solikhul Huda

- Advertisement -

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Kerupuk rambak sapi salah satu camilan yang digemari di masyarakat. Di kala pandemi saat ini, produksinya tetap moncer. Apalagi saat momen Lebaran. Sehingga menjadi salah satu ladang penghasilan bagi masyarakat yang menggelutinya.

Seperti masyarakat di Dusun Krajan RT 1 Desa/Kecamatan Maesan. Ada dua industri rumahan yang aktif memproduksi rambak di dusun ini. Salah satunya UD Rambak Jaya yang sudah beroperasi selama bertahun-tahun. Membuat rambak sapi hingga siap goreng membutuhkan waktu yang cukup lama. Prosesnya pun terbilang tidak mudah. Pembuatan rambak juga bergantung pada cuaca, agar hasilnya gurih dan renyah.

Pemilik usaha tambak UD Rambak Jaya, Sutini, 50, mengaku bahwa dia membeli bahan baku berupa kulit sapi dari rumah jagal di Maesan, juga didatangkan dari Jember. “Tidak semua kulit sapi bisa dijadikan rambak. Hanya kulit sapi jantan yang bisa dijadikan kerupuk. Kalau kulit sapi betina tidak ngembang,” jelasnya.

Di rumahnya, tampak tiga pekerja sedang melakukan produksi. Ada yang sedang membersihkan bulu dari kulit sapi yang sudah direbus, dan ada pula yang menjaga di tempat penjemuran.

Dalam sehari, kata dia, pihaknya bisa memproduksi rata-rata 0,5 kuintal kulit sapi. Bergantung pada pengiriman kulit dari rumah jagal. Kadang kurang, kadang juga lebih. Menurutnya, harga kulit sapi per kilogram Rp 15 ribu, sehingga dalam 0,5 kuintal dibutuhkan biaya Rp 750 ribu.

Adapun prosesnya, pertama-tama kulit sapi direbus dengan air mendidih selama 5 jam di malam hari dan didiamkan. Kemudian, pagi harinya dicuci lagi dan dibuang bulunya hingga betul-betul bersih. “Setelah itu, kami iris tipis-tipis, dan dipotong sesuai kebutuhan. Ada yang ukurannya memanjang dan dipotong kecil-kecil berbentuk persegi,” jelasnya.

Proses selanjutnya adalah penjemuran. Butuh waktu 5 hari dalam proses penjemuran agar rambak betul-betul siap goreng. Produksi rambak juga bergantung pada cuaca. “Dalam sehari itu harus betul-betul panas. Karena, jika dalam masa dua hari selama proses jemur ada mendung atau hujan, maka hasil rambak bisa pahit,” jelasnya.

Dengan 0,5 kuintal kulit sapi, dia bisa menghasilkan 13 kilo rambak kering siap goreng. Kalau ada pesanan, pihaknya juga menjual rambak yang sudah siap konsumsi. Sementara, harga rambak kering siap goreng dipatok Rp 120 ribu per kilogram. Sedangkan yang dijemur 2 hari, dipatok Rp 100 ribu per kilogramnya.

Menurutnya, penjualan rambak hasil produksinya dijual hingga ke Situbondo dan Jember. “Pembeli datang ke sini. Iya dijual lagi, bahkan juga dijual di expo,” imbuhnya.

Menurutnya, menjelang Lebaran atau Idul Fitri, pesanan mulai meningkat. Biasanya dia menjual 15-20 kilogram setiap hari. Saat ini sudah ada pesanan 30 kilogram. “Kadang kami tidak nututi pesanan, karena kekurangan bahan bakunya. Kalau kulit sapinya banyak, kami bisa memenuhi,” paparnya.

Jurnalis: Muchammad Ainul Budi
Fotografer: Muchammad Ainul Budi
Editor: Solikhul Huda

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Kerupuk rambak sapi salah satu camilan yang digemari di masyarakat. Di kala pandemi saat ini, produksinya tetap moncer. Apalagi saat momen Lebaran. Sehingga menjadi salah satu ladang penghasilan bagi masyarakat yang menggelutinya.

Seperti masyarakat di Dusun Krajan RT 1 Desa/Kecamatan Maesan. Ada dua industri rumahan yang aktif memproduksi rambak di dusun ini. Salah satunya UD Rambak Jaya yang sudah beroperasi selama bertahun-tahun. Membuat rambak sapi hingga siap goreng membutuhkan waktu yang cukup lama. Prosesnya pun terbilang tidak mudah. Pembuatan rambak juga bergantung pada cuaca, agar hasilnya gurih dan renyah.

Pemilik usaha tambak UD Rambak Jaya, Sutini, 50, mengaku bahwa dia membeli bahan baku berupa kulit sapi dari rumah jagal di Maesan, juga didatangkan dari Jember. “Tidak semua kulit sapi bisa dijadikan rambak. Hanya kulit sapi jantan yang bisa dijadikan kerupuk. Kalau kulit sapi betina tidak ngembang,” jelasnya.

Di rumahnya, tampak tiga pekerja sedang melakukan produksi. Ada yang sedang membersihkan bulu dari kulit sapi yang sudah direbus, dan ada pula yang menjaga di tempat penjemuran.

Dalam sehari, kata dia, pihaknya bisa memproduksi rata-rata 0,5 kuintal kulit sapi. Bergantung pada pengiriman kulit dari rumah jagal. Kadang kurang, kadang juga lebih. Menurutnya, harga kulit sapi per kilogram Rp 15 ribu, sehingga dalam 0,5 kuintal dibutuhkan biaya Rp 750 ribu.

Adapun prosesnya, pertama-tama kulit sapi direbus dengan air mendidih selama 5 jam di malam hari dan didiamkan. Kemudian, pagi harinya dicuci lagi dan dibuang bulunya hingga betul-betul bersih. “Setelah itu, kami iris tipis-tipis, dan dipotong sesuai kebutuhan. Ada yang ukurannya memanjang dan dipotong kecil-kecil berbentuk persegi,” jelasnya.

Proses selanjutnya adalah penjemuran. Butuh waktu 5 hari dalam proses penjemuran agar rambak betul-betul siap goreng. Produksi rambak juga bergantung pada cuaca. “Dalam sehari itu harus betul-betul panas. Karena, jika dalam masa dua hari selama proses jemur ada mendung atau hujan, maka hasil rambak bisa pahit,” jelasnya.

Dengan 0,5 kuintal kulit sapi, dia bisa menghasilkan 13 kilo rambak kering siap goreng. Kalau ada pesanan, pihaknya juga menjual rambak yang sudah siap konsumsi. Sementara, harga rambak kering siap goreng dipatok Rp 120 ribu per kilogram. Sedangkan yang dijemur 2 hari, dipatok Rp 100 ribu per kilogramnya.

Menurutnya, penjualan rambak hasil produksinya dijual hingga ke Situbondo dan Jember. “Pembeli datang ke sini. Iya dijual lagi, bahkan juga dijual di expo,” imbuhnya.

Menurutnya, menjelang Lebaran atau Idul Fitri, pesanan mulai meningkat. Biasanya dia menjual 15-20 kilogram setiap hari. Saat ini sudah ada pesanan 30 kilogram. “Kadang kami tidak nututi pesanan, karena kekurangan bahan bakunya. Kalau kulit sapinya banyak, kami bisa memenuhi,” paparnya.

Jurnalis: Muchammad Ainul Budi
Fotografer: Muchammad Ainul Budi
Editor: Solikhul Huda

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca