23.8 C
Jember
Wednesday, 22 March 2023

Jaga Kualitas agar Tetap Bertahan

Cara Perajin Furnitur Hadapi Produk Pabrikan

Mobile_AP_Rectangle 1

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Serbuan barang furnitur berbahan papan partikel membuat para pengusaha mebel di Bondowoso harus putar otak. Jika tidak, mereka bakal tergerus oleh barang-barang yang harganya lebih murah itu. Terlebih, saat ini daya beli masyarakat menurun akibat pandemi. Bagaimana cara mereka agar tetap bertahan?

Imam Subari, seorang pengusaha mebel di Desa Pejaten, Kecamatan Bondowoso, mengungkapkan, saat ini keberadaan barang-barang yang terbuat dari papan partikel itu sudah tidak berpengaruh terhadap produksinya. Dia menyiasati dengan mempertahankan kualitas barang untuk mengimbangi serbuan mebel pabrikan tersebut. Hal itu, menurutnya, dapat menjadi daya jual tersendiri. Apalagi kualitas barang-barang yang terbuat dari kayu dinilainya jauh lebih bagus daripada barang yang terbuat dari papan partikel.

Biasanya, untuk bahan-bahan produksinya, Imam memilih kayu dengan kualitas sesuai harga yang diminta oleh pembeli. Kayu jati merupakan kayu berkualitas tinggi yang menjadi andalan. Hanya, harganya cukup mahal karena memang sesuai dengan kualitasnya. “Tapi, jika pembeli ingin harga murah, biasanya kami menggunakan kayu biasa,” katanya.

Mobile_AP_Rectangle 2

Dikatakan, pihaknya memang memproduksi berbagai produk mebel setiap hari meski tidak ada pesanan dari pelanggan. Biasanya barang itu menjadi stok. Mengantisipasi jika sewaktu-waktu ada konsumen yang memerlukan mebel tersebut. “Biasanya ada orang lewat sini, terus lihat barang saya. Akhirnya, mereka berhenti. Terkadang ada yang langsung membeli juga,” ujarnya.

Imam mengaku, dirinya menjual barang dengan harga yang bervariasi. Sesuai dengan model atau tingkat kesulitan pembuatannya. Selain itu, berdasarkan jenis kayu yang digunakan untuk bahan baku pembuatan. “Sekarang banyak yang pesan itu gambarnya ambil di Google, terus ditunjukkan ke sini. Ya kami menyesuaikan harganya,” jelasnya.

Di Desa Pejaten memang banyak pengusaha mebel. Namun, di tempat itu belum ada komunitas atau paguyuban. Akibatnya, harga barang-barang yang dijual oleh perajin berbeda-beda. Bahkan, sering terjadi persaingan harga yang kurang sehat. “Jadi, kami main di kualitas. Siapa yang bagus kualitasnya, ya itu yang ramai pelanggannya,” imbuhnya.

Selain itu, untuk memproduksi satu barang, biasanya hanya dikerjakan tidak lebih dari lima hari. Kecuali ketika pesanan ramai, maka proses pembuatan membutuhkan waktu yang lebih lama. “Biasanya paling lama itu dua minggu sudah selesai,” urainya.

Para pembeli ternyata tidak hanya berasal dari Bondowoso. Namun, juga kabupaten lain di luar Bondowoso. Banyaknya pembeli dari luar daerah karena harga jualnya tetap sama. Para pembeli hanya perlu membayar ongkos kirim.

Jurnalis: mg3
Fotografer: mg3
Editor: Mahrus Sholih

- Advertisement -

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Serbuan barang furnitur berbahan papan partikel membuat para pengusaha mebel di Bondowoso harus putar otak. Jika tidak, mereka bakal tergerus oleh barang-barang yang harganya lebih murah itu. Terlebih, saat ini daya beli masyarakat menurun akibat pandemi. Bagaimana cara mereka agar tetap bertahan?

Imam Subari, seorang pengusaha mebel di Desa Pejaten, Kecamatan Bondowoso, mengungkapkan, saat ini keberadaan barang-barang yang terbuat dari papan partikel itu sudah tidak berpengaruh terhadap produksinya. Dia menyiasati dengan mempertahankan kualitas barang untuk mengimbangi serbuan mebel pabrikan tersebut. Hal itu, menurutnya, dapat menjadi daya jual tersendiri. Apalagi kualitas barang-barang yang terbuat dari kayu dinilainya jauh lebih bagus daripada barang yang terbuat dari papan partikel.

Biasanya, untuk bahan-bahan produksinya, Imam memilih kayu dengan kualitas sesuai harga yang diminta oleh pembeli. Kayu jati merupakan kayu berkualitas tinggi yang menjadi andalan. Hanya, harganya cukup mahal karena memang sesuai dengan kualitasnya. “Tapi, jika pembeli ingin harga murah, biasanya kami menggunakan kayu biasa,” katanya.

Dikatakan, pihaknya memang memproduksi berbagai produk mebel setiap hari meski tidak ada pesanan dari pelanggan. Biasanya barang itu menjadi stok. Mengantisipasi jika sewaktu-waktu ada konsumen yang memerlukan mebel tersebut. “Biasanya ada orang lewat sini, terus lihat barang saya. Akhirnya, mereka berhenti. Terkadang ada yang langsung membeli juga,” ujarnya.

Imam mengaku, dirinya menjual barang dengan harga yang bervariasi. Sesuai dengan model atau tingkat kesulitan pembuatannya. Selain itu, berdasarkan jenis kayu yang digunakan untuk bahan baku pembuatan. “Sekarang banyak yang pesan itu gambarnya ambil di Google, terus ditunjukkan ke sini. Ya kami menyesuaikan harganya,” jelasnya.

Di Desa Pejaten memang banyak pengusaha mebel. Namun, di tempat itu belum ada komunitas atau paguyuban. Akibatnya, harga barang-barang yang dijual oleh perajin berbeda-beda. Bahkan, sering terjadi persaingan harga yang kurang sehat. “Jadi, kami main di kualitas. Siapa yang bagus kualitasnya, ya itu yang ramai pelanggannya,” imbuhnya.

Selain itu, untuk memproduksi satu barang, biasanya hanya dikerjakan tidak lebih dari lima hari. Kecuali ketika pesanan ramai, maka proses pembuatan membutuhkan waktu yang lebih lama. “Biasanya paling lama itu dua minggu sudah selesai,” urainya.

Para pembeli ternyata tidak hanya berasal dari Bondowoso. Namun, juga kabupaten lain di luar Bondowoso. Banyaknya pembeli dari luar daerah karena harga jualnya tetap sama. Para pembeli hanya perlu membayar ongkos kirim.

Jurnalis: mg3
Fotografer: mg3
Editor: Mahrus Sholih

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Serbuan barang furnitur berbahan papan partikel membuat para pengusaha mebel di Bondowoso harus putar otak. Jika tidak, mereka bakal tergerus oleh barang-barang yang harganya lebih murah itu. Terlebih, saat ini daya beli masyarakat menurun akibat pandemi. Bagaimana cara mereka agar tetap bertahan?

Imam Subari, seorang pengusaha mebel di Desa Pejaten, Kecamatan Bondowoso, mengungkapkan, saat ini keberadaan barang-barang yang terbuat dari papan partikel itu sudah tidak berpengaruh terhadap produksinya. Dia menyiasati dengan mempertahankan kualitas barang untuk mengimbangi serbuan mebel pabrikan tersebut. Hal itu, menurutnya, dapat menjadi daya jual tersendiri. Apalagi kualitas barang-barang yang terbuat dari kayu dinilainya jauh lebih bagus daripada barang yang terbuat dari papan partikel.

Biasanya, untuk bahan-bahan produksinya, Imam memilih kayu dengan kualitas sesuai harga yang diminta oleh pembeli. Kayu jati merupakan kayu berkualitas tinggi yang menjadi andalan. Hanya, harganya cukup mahal karena memang sesuai dengan kualitasnya. “Tapi, jika pembeli ingin harga murah, biasanya kami menggunakan kayu biasa,” katanya.

Dikatakan, pihaknya memang memproduksi berbagai produk mebel setiap hari meski tidak ada pesanan dari pelanggan. Biasanya barang itu menjadi stok. Mengantisipasi jika sewaktu-waktu ada konsumen yang memerlukan mebel tersebut. “Biasanya ada orang lewat sini, terus lihat barang saya. Akhirnya, mereka berhenti. Terkadang ada yang langsung membeli juga,” ujarnya.

Imam mengaku, dirinya menjual barang dengan harga yang bervariasi. Sesuai dengan model atau tingkat kesulitan pembuatannya. Selain itu, berdasarkan jenis kayu yang digunakan untuk bahan baku pembuatan. “Sekarang banyak yang pesan itu gambarnya ambil di Google, terus ditunjukkan ke sini. Ya kami menyesuaikan harganya,” jelasnya.

Di Desa Pejaten memang banyak pengusaha mebel. Namun, di tempat itu belum ada komunitas atau paguyuban. Akibatnya, harga barang-barang yang dijual oleh perajin berbeda-beda. Bahkan, sering terjadi persaingan harga yang kurang sehat. “Jadi, kami main di kualitas. Siapa yang bagus kualitasnya, ya itu yang ramai pelanggannya,” imbuhnya.

Selain itu, untuk memproduksi satu barang, biasanya hanya dikerjakan tidak lebih dari lima hari. Kecuali ketika pesanan ramai, maka proses pembuatan membutuhkan waktu yang lebih lama. “Biasanya paling lama itu dua minggu sudah selesai,” urainya.

Para pembeli ternyata tidak hanya berasal dari Bondowoso. Namun, juga kabupaten lain di luar Bondowoso. Banyaknya pembeli dari luar daerah karena harga jualnya tetap sama. Para pembeli hanya perlu membayar ongkos kirim.

Jurnalis: mg3
Fotografer: mg3
Editor: Mahrus Sholih

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca