BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Pasar tani yang digelar di depan kantor Dinas Pertanian, kemarin, disulap jadi tempat berjualan bunga anggrek. Tidak sedikit warga yang tertarik datang. Animo masyarakat yang tinggi ini membuat komunitas bunga mendorong pemerintah untuk memiliki laboratorium anggrek.
Ana, salah seorang warga, sengaja membawa anggrek Dendrobium, anggrek bulan, anggrek tanah, sampai anggrek Oncidium. Berbagai anggrek itu dijual dengan kisaran harga Rp 75 ribu. “Sudah lama dikembangbiakkan, hasilnya dijual,” terangnya.
Sementara itu, Eko Setia Budi, pegiat anggrek asal Tamanan, mengaku, ada 25 orang anggota komunitas tanaman hias. “Jika sebelumnya sendiri-sendiri, komunitas ini ingin menjual bersama-sama di pasar tani,” ujarnya.
Semangat komunitas ini sangat tinggi untuk bersama-sama mengembangkan anggrek. Hal itu ditangkap Dinas Pertanian dengan memfasilitasi digelarnya Pasar Tani. Namun, ada keinginan yang lebih untuk pengembangan bunga dari para pegiat anggrek. “Kami ingin ada laboratorium anggrek, agar bisa mengembangkan kultur jaringan,” jelasnya.
Laboratorium itu untuk mengembangkan spesies anggrek baru. Bisa saja, Bondowoso memiliki spesies anggrek khas dengan pendampingan Laboratorium Pertanian Unej. “Kalau bisa, dikembangkan untuk mengangkat nama daerah,” ujarnya.
Sementara itu, Winarto, Kabid Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Disperta, mengatakan, pihaknya akan menampung keinginan para komunitas. Ketika ada pengembangan kultur jaringan, maka akan dipikirkan bersama-sama.
Namun yang pertama dilakukan adalah mewadahi para komunitas ini. Ada komunitas bunga, asosiasi poktan dan gapoktan, serta komunitas hidroponik. “Komunitas bunga ini adalah tambahan, biasanya adalah asosiasi kelompok tani,” terangnya.
Karena masih awal, pihaknya akan melihat respons masyarakat dan komunitas. Ketika prospeknya bagus, akan terus diadakan. “Dan minat anggrek saat ini semakin tinggi. Anggrek seakan jadi kebutuhan kalangan menengah ke atas,” terangnya.