24.4 C
Jember
Thursday, 1 June 2023

Tiga Orang Meninggal Dunia Akibat DBD

Mobile_AP_Rectangle 1

BADEAN, Radar Ijen – Kasus kematian akibat demam berdarah dengue (DBD) di Bondowoso pada awal tahun ini tercatat sudah mencapai tiga orang. Saat memasuki musim hujan, kasus terkonfirmasi DBD biasanya memang mengalami peningkatan. Mengingat pada musim tersebut nyamuk, khususnya nyamuk Aedes aegypti penyebab DBD, mudah untuk berkembang biak.

Akibatnya, pasien DBD yang dirawat di RSU dr H Koesnadi juga mengalami lonjakan cukup tinggi. Bahkan pada Januari lalu sudah ada 91 pasien DBD yang dirawat di tempat tersebut. “Untuk Februari masih berjalan. Januari itu yang sangat meningkat,” ungkap Direktur RSU dr H Koesnadi Bondowoso dr Yus Priyatna.

Menurut dia, rata-rata yang terjangkit dan dirawat di rumah sakit adalah masyarakat yang masih tergolong dalam usia produktif atau usia muda. Mirisnya, dari banyaknya pasien yang dirawat, beberapa di antaranya meninggal dunia.

Mobile_AP_Rectangle 2

Terpisah, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Bondowoso Tuhu Suryono mengatakan, peningkatan kasus DBD sudah terjadi sejak bulan November tahun lalu. Bersamaan dengan datangnya musim hujan di Bumi Ki Ronggo. Dia menyebutkan, pada awal tahun ini, sudah ada tiga orang yang meninggal dunia akibat terjangkit DBD. Jumlah kematian tersebut sama dengan kejadian yang terjadi selama satu tahun pada tahun sebelumnya. “Mulai Januari sampai sekarang tiga,” imbuhnya.

Tuhu menegaskan, Dinas Kesehatan sudah memberikan surat edaran terkait pencegahan dan pengendalian dengan 3M plus. Yakni menguras, menutup, dan memanfaatkan kembali limbah. Sementara plusnya menggunakan obat nyamuk, memelihara ikan pemangsa jentik, dan sebagainya.

Selain itu, pihaknya juga sudah mengaktifkan kembali Gerakan Bersama Masyarakat dan Karyawan Mengendalikan Jentik Aedes (Gebrak Meja) untuk mengendalikan penyebaran penyakit demam berdarah. “Mengaktifkan kembali satu rumah satu jumantik itu,” imbuhnya.

Pihaknya mengimbau agar masyarakat Bondowoso melakukan gerakan bersama untuk mengendalikan jentik dalam mencegah demam berdarah. “Untuk kewaspadaan, bila mengalami demam, segera periksa ke pelayanan kesehatan untuk memastikan penyakitnya,” tandasnya. (ham/c2/lin)

- Advertisement -

BADEAN, Radar Ijen – Kasus kematian akibat demam berdarah dengue (DBD) di Bondowoso pada awal tahun ini tercatat sudah mencapai tiga orang. Saat memasuki musim hujan, kasus terkonfirmasi DBD biasanya memang mengalami peningkatan. Mengingat pada musim tersebut nyamuk, khususnya nyamuk Aedes aegypti penyebab DBD, mudah untuk berkembang biak.

Akibatnya, pasien DBD yang dirawat di RSU dr H Koesnadi juga mengalami lonjakan cukup tinggi. Bahkan pada Januari lalu sudah ada 91 pasien DBD yang dirawat di tempat tersebut. “Untuk Februari masih berjalan. Januari itu yang sangat meningkat,” ungkap Direktur RSU dr H Koesnadi Bondowoso dr Yus Priyatna.

Menurut dia, rata-rata yang terjangkit dan dirawat di rumah sakit adalah masyarakat yang masih tergolong dalam usia produktif atau usia muda. Mirisnya, dari banyaknya pasien yang dirawat, beberapa di antaranya meninggal dunia.

Terpisah, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Bondowoso Tuhu Suryono mengatakan, peningkatan kasus DBD sudah terjadi sejak bulan November tahun lalu. Bersamaan dengan datangnya musim hujan di Bumi Ki Ronggo. Dia menyebutkan, pada awal tahun ini, sudah ada tiga orang yang meninggal dunia akibat terjangkit DBD. Jumlah kematian tersebut sama dengan kejadian yang terjadi selama satu tahun pada tahun sebelumnya. “Mulai Januari sampai sekarang tiga,” imbuhnya.

Tuhu menegaskan, Dinas Kesehatan sudah memberikan surat edaran terkait pencegahan dan pengendalian dengan 3M plus. Yakni menguras, menutup, dan memanfaatkan kembali limbah. Sementara plusnya menggunakan obat nyamuk, memelihara ikan pemangsa jentik, dan sebagainya.

Selain itu, pihaknya juga sudah mengaktifkan kembali Gerakan Bersama Masyarakat dan Karyawan Mengendalikan Jentik Aedes (Gebrak Meja) untuk mengendalikan penyebaran penyakit demam berdarah. “Mengaktifkan kembali satu rumah satu jumantik itu,” imbuhnya.

Pihaknya mengimbau agar masyarakat Bondowoso melakukan gerakan bersama untuk mengendalikan jentik dalam mencegah demam berdarah. “Untuk kewaspadaan, bila mengalami demam, segera periksa ke pelayanan kesehatan untuk memastikan penyakitnya,” tandasnya. (ham/c2/lin)

BADEAN, Radar Ijen – Kasus kematian akibat demam berdarah dengue (DBD) di Bondowoso pada awal tahun ini tercatat sudah mencapai tiga orang. Saat memasuki musim hujan, kasus terkonfirmasi DBD biasanya memang mengalami peningkatan. Mengingat pada musim tersebut nyamuk, khususnya nyamuk Aedes aegypti penyebab DBD, mudah untuk berkembang biak.

Akibatnya, pasien DBD yang dirawat di RSU dr H Koesnadi juga mengalami lonjakan cukup tinggi. Bahkan pada Januari lalu sudah ada 91 pasien DBD yang dirawat di tempat tersebut. “Untuk Februari masih berjalan. Januari itu yang sangat meningkat,” ungkap Direktur RSU dr H Koesnadi Bondowoso dr Yus Priyatna.

Menurut dia, rata-rata yang terjangkit dan dirawat di rumah sakit adalah masyarakat yang masih tergolong dalam usia produktif atau usia muda. Mirisnya, dari banyaknya pasien yang dirawat, beberapa di antaranya meninggal dunia.

Terpisah, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Bondowoso Tuhu Suryono mengatakan, peningkatan kasus DBD sudah terjadi sejak bulan November tahun lalu. Bersamaan dengan datangnya musim hujan di Bumi Ki Ronggo. Dia menyebutkan, pada awal tahun ini, sudah ada tiga orang yang meninggal dunia akibat terjangkit DBD. Jumlah kematian tersebut sama dengan kejadian yang terjadi selama satu tahun pada tahun sebelumnya. “Mulai Januari sampai sekarang tiga,” imbuhnya.

Tuhu menegaskan, Dinas Kesehatan sudah memberikan surat edaran terkait pencegahan dan pengendalian dengan 3M plus. Yakni menguras, menutup, dan memanfaatkan kembali limbah. Sementara plusnya menggunakan obat nyamuk, memelihara ikan pemangsa jentik, dan sebagainya.

Selain itu, pihaknya juga sudah mengaktifkan kembali Gerakan Bersama Masyarakat dan Karyawan Mengendalikan Jentik Aedes (Gebrak Meja) untuk mengendalikan penyebaran penyakit demam berdarah. “Mengaktifkan kembali satu rumah satu jumantik itu,” imbuhnya.

Pihaknya mengimbau agar masyarakat Bondowoso melakukan gerakan bersama untuk mengendalikan jentik dalam mencegah demam berdarah. “Untuk kewaspadaan, bila mengalami demam, segera periksa ke pelayanan kesehatan untuk memastikan penyakitnya,” tandasnya. (ham/c2/lin)

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca