23.5 C
Jember
Tuesday, 21 March 2023

Ratusan Pengusaha Kelontong di Bondowoso Dapat Bantuan yang Harus Dijual

Mobile_AP_Rectangle 1

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Ratusan pengusaha kelontong di Bondowoso mendapatkan bantuan barang-barang jualan mereka. Bantuan itu berupa beras, gula, minyak, kecap, serta sembako lainnya yang biasa dijual di toko kelontong. Bantuan itu diberikan langsung di Aula Gusdur, Desa Pakuniran, Kecamatan Maesan, Bondowoso, kemarin.

Uniknya, bantuan tersebut tidak boleh dikonsumsi pribadi oleh penerima bantuan. Namun, harus dijual kembali di tokonya masing-masing. Kemudian, hasilnya boleh dijadikan modal untuk belanja barang-barang yang biasanya mereka jual.

H Tohari, inisiator program pemberian bantuan yang disebut “Toko Tetangga Tidak Boleh Mati di Tengah Pandemi” ini, mengatakan, bantuan nontunai itu sudah tahap kedua. Setelah sebelumnya program yang sama sudah pernah dilakukan oleh pihaknya. Menurut dia, di tengah pandemi Covid-19, daya beli masyarakat mengalami penurunan drastis. Hal itu membuat pengusaha toko peracangan atau toko kelontong penghasilannya menurun.

Mobile_AP_Rectangle 2

Dia menyebutkan, ada 270 penerima bantuan yang dihadirkan langsung ke tempatnya. Pihaknya menyadari bantuan ini belum dapat dirasakan secara luas atau keseluruhan masyarakat Bondowoso. Penerimanya juga masih berasal dari Kecamatan Maesan, Jambersari, Tamanan, Grujugan, dan Curahdami saja.

Dia menjelaskan, pihaknya ingin menggugah pemerintah agar pemberian bantuan ini menjadi program yang masif. Terlebih di tengah pandemi, banyak bantuan yang diberikan hanya berupa uang tunai. Sementara, di tengah masyarakat masih ada yang tidak paham kebutuhannya sendiri. “Padahal mereka butuh beras, butuh lauk-pauk. Begitu diberi uang, mereka beli baju,” ujarnya.

Ditegaskan, bantuan nontunai itu bukan untuk dikonsumsi oleh para penerima. Melainkan harus dijual kembali. Itulah alasan pihaknya tidak memberikan bantuan berupa uang tunai. “Kami ingin memberdayakan mereka, agar tahu kebutuhannya,” tegas pria yang juga Ketua Komisi I DPRD Bondowoso tersebut.

Tujuannya memberikan bantuan ini adalah ingin mencoba mendorong kebangkitan ekonomi para pedagang kecil. Bahkan, pihaknya mengaku akan terus melaksanakan program ini, hingga dampak pandemi tidak lagi dirasakan oleh pedagang kecil. Serta pihaknya juga akan menaikkan jumlah bantuan dan jumlah penerima nantinya.

Sementara itu, Wawan, salah seorang penerima bantuan, mengaku sangat terbantu dengan bantuan yang diberikan oleh anggota DPRD itu. Di tengah pandemi, dia mengaku mengalami penurunan keuntungan. Sehingga untuk belanja atau kulakan bahan-bahan jualannya kadang juga kesulitan.

Terlebih bantuan yang dia terima jika dikonversi ke dalam bentuk uang tunai jumlahnya mencapai Rp 600 ribu lebih. “Sangat bermanfaat untuk kami. Ini akan kami jual kembali nanti,” pungkasnya.

 

 

Jurnalis : Ilham Wahyudi
Fotografer : Ilham Wahyudi
Redaktur : Hafid Asnan

- Advertisement -

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Ratusan pengusaha kelontong di Bondowoso mendapatkan bantuan barang-barang jualan mereka. Bantuan itu berupa beras, gula, minyak, kecap, serta sembako lainnya yang biasa dijual di toko kelontong. Bantuan itu diberikan langsung di Aula Gusdur, Desa Pakuniran, Kecamatan Maesan, Bondowoso, kemarin.

Uniknya, bantuan tersebut tidak boleh dikonsumsi pribadi oleh penerima bantuan. Namun, harus dijual kembali di tokonya masing-masing. Kemudian, hasilnya boleh dijadikan modal untuk belanja barang-barang yang biasanya mereka jual.

H Tohari, inisiator program pemberian bantuan yang disebut “Toko Tetangga Tidak Boleh Mati di Tengah Pandemi” ini, mengatakan, bantuan nontunai itu sudah tahap kedua. Setelah sebelumnya program yang sama sudah pernah dilakukan oleh pihaknya. Menurut dia, di tengah pandemi Covid-19, daya beli masyarakat mengalami penurunan drastis. Hal itu membuat pengusaha toko peracangan atau toko kelontong penghasilannya menurun.

Dia menyebutkan, ada 270 penerima bantuan yang dihadirkan langsung ke tempatnya. Pihaknya menyadari bantuan ini belum dapat dirasakan secara luas atau keseluruhan masyarakat Bondowoso. Penerimanya juga masih berasal dari Kecamatan Maesan, Jambersari, Tamanan, Grujugan, dan Curahdami saja.

Dia menjelaskan, pihaknya ingin menggugah pemerintah agar pemberian bantuan ini menjadi program yang masif. Terlebih di tengah pandemi, banyak bantuan yang diberikan hanya berupa uang tunai. Sementara, di tengah masyarakat masih ada yang tidak paham kebutuhannya sendiri. “Padahal mereka butuh beras, butuh lauk-pauk. Begitu diberi uang, mereka beli baju,” ujarnya.

Ditegaskan, bantuan nontunai itu bukan untuk dikonsumsi oleh para penerima. Melainkan harus dijual kembali. Itulah alasan pihaknya tidak memberikan bantuan berupa uang tunai. “Kami ingin memberdayakan mereka, agar tahu kebutuhannya,” tegas pria yang juga Ketua Komisi I DPRD Bondowoso tersebut.

Tujuannya memberikan bantuan ini adalah ingin mencoba mendorong kebangkitan ekonomi para pedagang kecil. Bahkan, pihaknya mengaku akan terus melaksanakan program ini, hingga dampak pandemi tidak lagi dirasakan oleh pedagang kecil. Serta pihaknya juga akan menaikkan jumlah bantuan dan jumlah penerima nantinya.

Sementara itu, Wawan, salah seorang penerima bantuan, mengaku sangat terbantu dengan bantuan yang diberikan oleh anggota DPRD itu. Di tengah pandemi, dia mengaku mengalami penurunan keuntungan. Sehingga untuk belanja atau kulakan bahan-bahan jualannya kadang juga kesulitan.

Terlebih bantuan yang dia terima jika dikonversi ke dalam bentuk uang tunai jumlahnya mencapai Rp 600 ribu lebih. “Sangat bermanfaat untuk kami. Ini akan kami jual kembali nanti,” pungkasnya.

 

 

Jurnalis : Ilham Wahyudi
Fotografer : Ilham Wahyudi
Redaktur : Hafid Asnan

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Ratusan pengusaha kelontong di Bondowoso mendapatkan bantuan barang-barang jualan mereka. Bantuan itu berupa beras, gula, minyak, kecap, serta sembako lainnya yang biasa dijual di toko kelontong. Bantuan itu diberikan langsung di Aula Gusdur, Desa Pakuniran, Kecamatan Maesan, Bondowoso, kemarin.

Uniknya, bantuan tersebut tidak boleh dikonsumsi pribadi oleh penerima bantuan. Namun, harus dijual kembali di tokonya masing-masing. Kemudian, hasilnya boleh dijadikan modal untuk belanja barang-barang yang biasanya mereka jual.

H Tohari, inisiator program pemberian bantuan yang disebut “Toko Tetangga Tidak Boleh Mati di Tengah Pandemi” ini, mengatakan, bantuan nontunai itu sudah tahap kedua. Setelah sebelumnya program yang sama sudah pernah dilakukan oleh pihaknya. Menurut dia, di tengah pandemi Covid-19, daya beli masyarakat mengalami penurunan drastis. Hal itu membuat pengusaha toko peracangan atau toko kelontong penghasilannya menurun.

Dia menyebutkan, ada 270 penerima bantuan yang dihadirkan langsung ke tempatnya. Pihaknya menyadari bantuan ini belum dapat dirasakan secara luas atau keseluruhan masyarakat Bondowoso. Penerimanya juga masih berasal dari Kecamatan Maesan, Jambersari, Tamanan, Grujugan, dan Curahdami saja.

Dia menjelaskan, pihaknya ingin menggugah pemerintah agar pemberian bantuan ini menjadi program yang masif. Terlebih di tengah pandemi, banyak bantuan yang diberikan hanya berupa uang tunai. Sementara, di tengah masyarakat masih ada yang tidak paham kebutuhannya sendiri. “Padahal mereka butuh beras, butuh lauk-pauk. Begitu diberi uang, mereka beli baju,” ujarnya.

Ditegaskan, bantuan nontunai itu bukan untuk dikonsumsi oleh para penerima. Melainkan harus dijual kembali. Itulah alasan pihaknya tidak memberikan bantuan berupa uang tunai. “Kami ingin memberdayakan mereka, agar tahu kebutuhannya,” tegas pria yang juga Ketua Komisi I DPRD Bondowoso tersebut.

Tujuannya memberikan bantuan ini adalah ingin mencoba mendorong kebangkitan ekonomi para pedagang kecil. Bahkan, pihaknya mengaku akan terus melaksanakan program ini, hingga dampak pandemi tidak lagi dirasakan oleh pedagang kecil. Serta pihaknya juga akan menaikkan jumlah bantuan dan jumlah penerima nantinya.

Sementara itu, Wawan, salah seorang penerima bantuan, mengaku sangat terbantu dengan bantuan yang diberikan oleh anggota DPRD itu. Di tengah pandemi, dia mengaku mengalami penurunan keuntungan. Sehingga untuk belanja atau kulakan bahan-bahan jualannya kadang juga kesulitan.

Terlebih bantuan yang dia terima jika dikonversi ke dalam bentuk uang tunai jumlahnya mencapai Rp 600 ribu lebih. “Sangat bermanfaat untuk kami. Ini akan kami jual kembali nanti,” pungkasnya.

 

 

Jurnalis : Ilham Wahyudi
Fotografer : Ilham Wahyudi
Redaktur : Hafid Asnan

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca