31.4 C
Jember
Thursday, 30 March 2023

Kopi Bondowoso Ikuti Coffee Cupping di Belanda

Petani Tawarkan Harga USD 4–8 Per Kilogram

Mobile_AP_Rectangle 1

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Kopi arabika dan robusta Bondowoso mulai mendunia. Bahkan, kopi-kopi tersebut juga ditawarkan dengan harga yang fantastis di luar negeri. Hal tersebut diketahui ketika kopi Bondowoso mengikuti agenda coffee cupping oleh tester kopi profesional Eropa di Den Haag, Belanda, beberapa waktu lalu.

Kopi Bondowoso adalah salah satu dari sekian varian kopi yang ikut serta dalam kegiatan yang digelar oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Belanda, bersama Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (Dubes RI). Hasil dari kegiatan pencicipan rasa kopi ini akan menjadi rekomendasi bagi pembeli kopi dari Eropa, untuk menentukan kopi yang akan mereka beli. Kegiatan tersebut dibuka resmi oleh Duta Besar RI untuk Belanda Mayerfas.

Berdasarkan hal itu, cita-cita petani kopi, khususnya petani kopi di Sumberwringin, mulai meniti asa. Pasalnya, para petani di tempat itu sedang dibina oleh Universitas Jember melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M), bekerja sama dengan PT Astra Internasional. Harapannya, kopi-kopi di tempat itu bisa tembus pasar internasional, sehingga para petani bisa mengekspor kopi mereka ke luar negeri.

Mobile_AP_Rectangle 2

Sekretaris I Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Jember Ali Badruddin mengatakan, green beans (biji hijau) kopi arabika Bondowoso ditawarkan oleh petani seharga USD 8,62 per kilogram. Sementara, untuk kopi robusta ditawarkan dengan harga USD 5,17 per kilogram. “Itu harga yang ditawarkan petani ke buyer” ungkapnya ketika dikonfirmasi Jawa Pos Radar Ijen.

Dari kegiatan coffee cupping oleh tester profesional ini, kata dia, selanjutnya akan menghasilkan sertifikat yang menjadi salah satu jaminan bahwa kopi Bondowoso sudah tidak diragukan lagi cita rasanya. “Selanjutnya, kami berharap masuk ke perundingan dengan importir kopi dari Belanda dan negara lain di Eropa,” harapnya.

Diungkapkan, sudah ada perwakilan pembeli yang hadir meminta kopi Bondowoso untuk dibawa pulang karena suka dengan rasanya. Pihaknya mengaku sangat bangga, karena langkah membawa kopi Bondowoso ke tataran dunia yang sudah dirintis sejak 2020 lalu tak mudah. “Perlu kerja keras dan kerja sama dengan semua pihak untuk membawa kopi Bondowoso ke tingkat dunia,” jelasnya.

Tantangannya ke depan, lanjutnya, yakni bagaimana menjaga dan meningkatkan mutu kopi Bondowoso dan memastikan hasil panen, agar tercipta kesinambungan ekspornya. “Ketiga, PR kita bersama adalah bagaimana mem-branding kopi Bondowoso agar lebih dikenal,” kata Ali.

Sebagai informasi, kopi yang disajikan dalam Indonesia Coffee Cupping 2021 di Belanda adalah hasil panen petani kopi Sumberwringin pada 3 Juli 2021 lalu. Selain menampilkan kopi Bondowoso, dalam kesempatan tersebut juga dihadirkan kopi Arjasari Bandung, kopi Bengkulu, kopi Kintamani-Bali, kopi Flores, kopi Gayo, dan kopi dari daerah lain.

Sementara itu, Ketua Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Raung Ijen Sumberwringin Agropolitan (RAISA) Saleh menyampaikan, rata-rata masyarakat di tempat itu memang berprofesi sebagai petani kopi. Biasanya, para petani akan menjual kepada para pengepul di tempat itu. Sebagian lainnya menjual dengan sistem ijon atau pembelian sebelum masak dan diambil oleh pembeli setelah masak.

Untuk kepastian harga tersebut, pihaknya mengaku masih menunggu hasil cupping, beberapa waktu lalu. Walaupun demikian, pihaknya optimistis harga tersebut akan disetujui oleh pembeli. “Ini adalah pembelajaran berarti bagi kita,” pungkasnya.

 

 

 

Jurnalis : Ilham Wahyudi
Fotografer : Dokumentasi Radar Jember
Redaktur : Lintang Anis Bena Kinanti

- Advertisement -

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Kopi arabika dan robusta Bondowoso mulai mendunia. Bahkan, kopi-kopi tersebut juga ditawarkan dengan harga yang fantastis di luar negeri. Hal tersebut diketahui ketika kopi Bondowoso mengikuti agenda coffee cupping oleh tester kopi profesional Eropa di Den Haag, Belanda, beberapa waktu lalu.

Kopi Bondowoso adalah salah satu dari sekian varian kopi yang ikut serta dalam kegiatan yang digelar oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Belanda, bersama Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (Dubes RI). Hasil dari kegiatan pencicipan rasa kopi ini akan menjadi rekomendasi bagi pembeli kopi dari Eropa, untuk menentukan kopi yang akan mereka beli. Kegiatan tersebut dibuka resmi oleh Duta Besar RI untuk Belanda Mayerfas.

Berdasarkan hal itu, cita-cita petani kopi, khususnya petani kopi di Sumberwringin, mulai meniti asa. Pasalnya, para petani di tempat itu sedang dibina oleh Universitas Jember melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M), bekerja sama dengan PT Astra Internasional. Harapannya, kopi-kopi di tempat itu bisa tembus pasar internasional, sehingga para petani bisa mengekspor kopi mereka ke luar negeri.

Sekretaris I Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Jember Ali Badruddin mengatakan, green beans (biji hijau) kopi arabika Bondowoso ditawarkan oleh petani seharga USD 8,62 per kilogram. Sementara, untuk kopi robusta ditawarkan dengan harga USD 5,17 per kilogram. “Itu harga yang ditawarkan petani ke buyer” ungkapnya ketika dikonfirmasi Jawa Pos Radar Ijen.

Dari kegiatan coffee cupping oleh tester profesional ini, kata dia, selanjutnya akan menghasilkan sertifikat yang menjadi salah satu jaminan bahwa kopi Bondowoso sudah tidak diragukan lagi cita rasanya. “Selanjutnya, kami berharap masuk ke perundingan dengan importir kopi dari Belanda dan negara lain di Eropa,” harapnya.

Diungkapkan, sudah ada perwakilan pembeli yang hadir meminta kopi Bondowoso untuk dibawa pulang karena suka dengan rasanya. Pihaknya mengaku sangat bangga, karena langkah membawa kopi Bondowoso ke tataran dunia yang sudah dirintis sejak 2020 lalu tak mudah. “Perlu kerja keras dan kerja sama dengan semua pihak untuk membawa kopi Bondowoso ke tingkat dunia,” jelasnya.

Tantangannya ke depan, lanjutnya, yakni bagaimana menjaga dan meningkatkan mutu kopi Bondowoso dan memastikan hasil panen, agar tercipta kesinambungan ekspornya. “Ketiga, PR kita bersama adalah bagaimana mem-branding kopi Bondowoso agar lebih dikenal,” kata Ali.

Sebagai informasi, kopi yang disajikan dalam Indonesia Coffee Cupping 2021 di Belanda adalah hasil panen petani kopi Sumberwringin pada 3 Juli 2021 lalu. Selain menampilkan kopi Bondowoso, dalam kesempatan tersebut juga dihadirkan kopi Arjasari Bandung, kopi Bengkulu, kopi Kintamani-Bali, kopi Flores, kopi Gayo, dan kopi dari daerah lain.

Sementara itu, Ketua Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Raung Ijen Sumberwringin Agropolitan (RAISA) Saleh menyampaikan, rata-rata masyarakat di tempat itu memang berprofesi sebagai petani kopi. Biasanya, para petani akan menjual kepada para pengepul di tempat itu. Sebagian lainnya menjual dengan sistem ijon atau pembelian sebelum masak dan diambil oleh pembeli setelah masak.

Untuk kepastian harga tersebut, pihaknya mengaku masih menunggu hasil cupping, beberapa waktu lalu. Walaupun demikian, pihaknya optimistis harga tersebut akan disetujui oleh pembeli. “Ini adalah pembelajaran berarti bagi kita,” pungkasnya.

 

 

 

Jurnalis : Ilham Wahyudi
Fotografer : Dokumentasi Radar Jember
Redaktur : Lintang Anis Bena Kinanti

BONDOWOSO, RADARJEMBER.ID – Kopi arabika dan robusta Bondowoso mulai mendunia. Bahkan, kopi-kopi tersebut juga ditawarkan dengan harga yang fantastis di luar negeri. Hal tersebut diketahui ketika kopi Bondowoso mengikuti agenda coffee cupping oleh tester kopi profesional Eropa di Den Haag, Belanda, beberapa waktu lalu.

Kopi Bondowoso adalah salah satu dari sekian varian kopi yang ikut serta dalam kegiatan yang digelar oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Belanda, bersama Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (Dubes RI). Hasil dari kegiatan pencicipan rasa kopi ini akan menjadi rekomendasi bagi pembeli kopi dari Eropa, untuk menentukan kopi yang akan mereka beli. Kegiatan tersebut dibuka resmi oleh Duta Besar RI untuk Belanda Mayerfas.

Berdasarkan hal itu, cita-cita petani kopi, khususnya petani kopi di Sumberwringin, mulai meniti asa. Pasalnya, para petani di tempat itu sedang dibina oleh Universitas Jember melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M), bekerja sama dengan PT Astra Internasional. Harapannya, kopi-kopi di tempat itu bisa tembus pasar internasional, sehingga para petani bisa mengekspor kopi mereka ke luar negeri.

Sekretaris I Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Jember Ali Badruddin mengatakan, green beans (biji hijau) kopi arabika Bondowoso ditawarkan oleh petani seharga USD 8,62 per kilogram. Sementara, untuk kopi robusta ditawarkan dengan harga USD 5,17 per kilogram. “Itu harga yang ditawarkan petani ke buyer” ungkapnya ketika dikonfirmasi Jawa Pos Radar Ijen.

Dari kegiatan coffee cupping oleh tester profesional ini, kata dia, selanjutnya akan menghasilkan sertifikat yang menjadi salah satu jaminan bahwa kopi Bondowoso sudah tidak diragukan lagi cita rasanya. “Selanjutnya, kami berharap masuk ke perundingan dengan importir kopi dari Belanda dan negara lain di Eropa,” harapnya.

Diungkapkan, sudah ada perwakilan pembeli yang hadir meminta kopi Bondowoso untuk dibawa pulang karena suka dengan rasanya. Pihaknya mengaku sangat bangga, karena langkah membawa kopi Bondowoso ke tataran dunia yang sudah dirintis sejak 2020 lalu tak mudah. “Perlu kerja keras dan kerja sama dengan semua pihak untuk membawa kopi Bondowoso ke tingkat dunia,” jelasnya.

Tantangannya ke depan, lanjutnya, yakni bagaimana menjaga dan meningkatkan mutu kopi Bondowoso dan memastikan hasil panen, agar tercipta kesinambungan ekspornya. “Ketiga, PR kita bersama adalah bagaimana mem-branding kopi Bondowoso agar lebih dikenal,” kata Ali.

Sebagai informasi, kopi yang disajikan dalam Indonesia Coffee Cupping 2021 di Belanda adalah hasil panen petani kopi Sumberwringin pada 3 Juli 2021 lalu. Selain menampilkan kopi Bondowoso, dalam kesempatan tersebut juga dihadirkan kopi Arjasari Bandung, kopi Bengkulu, kopi Kintamani-Bali, kopi Flores, kopi Gayo, dan kopi dari daerah lain.

Sementara itu, Ketua Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Raung Ijen Sumberwringin Agropolitan (RAISA) Saleh menyampaikan, rata-rata masyarakat di tempat itu memang berprofesi sebagai petani kopi. Biasanya, para petani akan menjual kepada para pengepul di tempat itu. Sebagian lainnya menjual dengan sistem ijon atau pembelian sebelum masak dan diambil oleh pembeli setelah masak.

Untuk kepastian harga tersebut, pihaknya mengaku masih menunggu hasil cupping, beberapa waktu lalu. Walaupun demikian, pihaknya optimistis harga tersebut akan disetujui oleh pembeli. “Ini adalah pembelajaran berarti bagi kita,” pungkasnya.

 

 

 

Jurnalis : Ilham Wahyudi
Fotografer : Dokumentasi Radar Jember
Redaktur : Lintang Anis Bena Kinanti

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca